Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor

Lingkungan Hidup
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Hingga hari ini, air masih menjadi masalah serius sebagain besar wilayah di Kabupaten Flores Timur. Sebabnya adalah tidak banyak sumber mata air yang ada di daerah ini. Selain minimnya sumber mata air, Flores Timur juga adalah daerah yang curah hujannya sangat rendah, sebagaimana Povinsi Nusa Tenggara Timur.

Data BPS menunjukan bahwa jumlah hari hujan di NTT pada tahun 2015 adalah 82 hari, nomor urut 3 terendah, dari 34 provinsi di Indonesia. Dengan jumlah curah hujan sebesar 1406 mm berdasarkan pengukuran oleh stasiun BMKG di Lasiana – Kupang. Untuk Flores Timur sendiri  jumlah curah hujan pada tahun tersebut sebesar 889.6 mm.

Hal ini mendorong sebagian wilayah di Flores Timur memenuhi kebutuhan air bakunya dengan mengambil air dari dalam tanah. Di beberapa daerah masayarakat bisa mendapatkan air dari sumur yang digalinya sendiri. Biasanya sumber air tanah dangkal ini bisa didapatkan pada kedalaman hanya 7 hingga 12 meter. Namun yang menarik akhir-akhir ini adalah menjamurnya sumur bor. Tentu sumur bor menjadi pilihan bagi daerah yang sumber airnya lebih dalam dari sumur dangkal.

Antaranews.com, 24 Juli 2019, menulis bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Flores Timur  akan membangun 10 sumur bor pada tahun 2019 ini. Sumur bor ini menjadi startegi jangka panjang untuk wilayah-wilayah di Flores Timur yang tidak memiliki sumber air permukaan. Rencana kedepan minimal lima (5) sumur bor akan dibangun setiap tahunnya.

Air tanah dalam biasanya bersumber dari aliran air dari gunung, atau resapan air hujan yang masuk kedalam tanah lewat proses-proses hidrologi. Air tanah dalam digunakan oleh pepohonan  untuk proses fotosintesis. Selain itu, air tanah dalam adalah juga penyanggah permukaan tanah agar tidak ambles atau longsor.

Syamsu Rosid, peneliti dari Universitas Indonesia, seperti dikutip oleh liputan6.com pada tanggal 04 Desember 2018 mengatakan bahwa hampir sebagian besar wilayah di Jakarta mengalami penurunan permukaan tanah. “Laju penurunan rata-rata sekitar 11 senti meter per tahun,” kata Syamsu berdasar pada hasil penelitian mikro gravitasi empat dimensi antara tahun 2014-2018 yang dilakukannya. Fenomena ini, tambah Syamsu, kemungkinan disebabkan oleh ekspliotasi air tanah yang berlebihan.

Tirto.id  pada 19 Desember 2019, menulis bahwa lebih dari 17.000 mill persegi di 45 negara bagian USA telah mengalami kasus tanah amblas. Hasil penelitian geologi Amerika US Geological Survey mengkonfirmasi bahwa 80 % kasus ini disebabkan oleh eksploitasi air bawah tanah. Eksploitasi air tanah dalam secara berlebihan menyebabkan pergeseran bebatuan yang menyanggah permukaan tanah, yang kemudian mengakibatkan tanah mudah amblas.

Flores Timur adalah daerah yang rawan gempa. Getaran yang ditimbulkan akibat gempa tentu membuat tanah semakin tidak stabil. Eksploitasi air tanah dalam yang berlebihan ditambah gempa bumi yang sering melanda Flores Timur bisa menjadi bahaya yang sangat serius di masa depan.

Dalam konteks Flores Timur, haruskah Sumur Bor dilarang? Jika dilarang, bagaimana caranya mengatasi  kekeringan dan kekuarangan air di sebagian besar wilayah Kabupaten Flores Timur ? Namun jika dibiarkan tanpa diatur bisa saja ini menjadi bahaya yang lebih besar. Sumur Bor di Flores Timur ibarat “makan buah simalakama”.

Yang paling penting adalah bagaimana menemukan solusi paling ideal dengan resiko sekecil-kecilnya untuk mengatasi kekeringan dan kelangkaan air baku di kabupaten Flores Timur.

Persoalan air baku jika mau disederhanakan, hanya menyangkut dua hal  utama. Pertama: sumber air, dan yang kedua:  bagaimana mendistribusikan air tersebut. Sumur Bor adalah salah satu sumber air baku. Selain itu ada sumber air dari  mata air dan air hujan.  Sumber air baku lainnya adalah dengan teknologi kondensasi terbaru mengubah udara menjadi air.

Penggunaan sumur bor untuk mendapatkan air baku bisa ditekan dengan memanfaatkan air permukaan. Maka mata air harus dilestarikan. Pelestarian daerah mata air untuk menjamin volume air tetap mencukupi kebutuhan masyarakat. Flores Timur tentu menyambut baik himbauan Bapak Agus Boli, Wakil Bupati Flores Timur, soal menjaga mata air.

Untuk daerah yang tidak ada mata air maka sangat dianjurkan untuk memiliki penampungan air hujan dalam jumlah yang cukup. Barangkali ada perda khusus bagi seluruh masyarakat Flores Timur agar memiliki bak penampungan air hujan di setiap rumah dan bangunan public lainnya. Dimulai dari bangunan-bangunan milik pemerintah.  Penampungan air hujan tentu memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan sumur bor.

Selain penampungan air hujan untuk kebutuhan air baku bagi manusia, pemerintah juga sudah saatnya memikirkan pembangunan embung untuk kebutuhan pertanian. Embung butuh di bangun dalam jumlah yang lebih banyak dan sebaran lebih luas untuk menampung air hujan. Sumber dana pembangunan embung bisa dialokasikan dari dana desa.

Jika memungkinkan, aplikasikan teknologi menangkap air dari udara (kondensasi). Tentu dengan mempertimbangkan pendanaan dan efektifitasnya. Teknologi jenis ini sudah banyak diaplikasikan baik untuk kebutuhan manusia maupun kebutuhan lahan pertanian.

Potensi bahaya dari sumur bor adalah eksploitasi yang besar dari air tanah sehingga menimbulkan rongga besar di perut bumi. Rongga ini tercipta akibat berkurangnya air tanah lebih cepat dari pengisian kembali. Maka air tanah yang sudah disedot oleh sumur bor sedapat mungkin dikembalikan dengan volume yang sama kedalam tanah.

Cara paling efektif mempertahankan volume air tanah adalah mengurangi aliran air hujan langsung menuju laut. Ada banyak cara untuk menahan air hujan agar tidak langsung menuju laut. Mengaplikasikan sumur resapan disetiap rumah warga untuk mencegar aliran air hujan langsung menuju laut. Kemudian membuat sebanyak mungkin lubang bipori . Lubang bipori teruji efektif membantu resapan air kedalam tanah. Manfaatnya akan bertambah  jika lubang bipori  ini diisi dengan pupuk kompos yang tentu dapat meningkatkan unsur hara tanah yang baik bagi lahan pertanian.

Salah satu solusi yang paling bermanfaat adalah menggalakan tanaman bambu secara massif. Tanaman bambu adalah spon alami untuk menangkap sekaligus menahan air hujan, menghijaukan tanah, mendatangkan manfaat ekonomi sekaligus meminimalisir efek merusak dari bencana gempa bumi.

Eposdigi akan mengulas lebih lanjut tentang bambu bagi konservasi mata air sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat pada edisi mendatang. (Foto :merdeka.com)

Sebarkan Artikel Ini:

14
Leave a Reply

avatar
11 Discussion threads
3 Thread replies
0 Pengikut
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
5 Comment authors
RudylexsSenuken MedhonTommy Djdigi-ersJosef Lo Recent comment authors
  Subscribe  
newest oldest most voted
Notify of
trackback

[…] Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor […]

Josef Lo
Guest
Josef Lo

Wah…
Super sekali ulasannya. Mohon ijin share ya pak ketua..

trackback

[…] Baca Juga : Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor […]

Tommy Dj
Guest
Tommy Dj

Kondisi geologi jkt N Flotim sangat jauh Brbeda …

Senuken Medhon
Guest
Senuken Medhon

walaupun berbeda tapi potensi bahayanya tetap sama kan ya?

trackback

[…] Baca Juga: Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor […]

trackback

[…] Ayo Baca Juga: Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor […]

trackback

[…] Ayo Baca Juga: Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor […]

trackback

[…] Ayo Baca Juga : Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor […]

trackback

[…] Baca Juga: Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor […]

trackback

[…] Baca Juga: Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor […]

trackback

[…] Baca Juga: Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor […]

Rudylexs
Guest
Rudylexs

Mungkin pembuatan sumur resapan air hujan skala kawasan bisa menjadi solusi yg tepat seperti pembuatan embung dsb. Jadi banyak air yang recharge dari pada biopori.