Eposdigi.com – Ibarat sebuah system computer, Infrastruktur adalah hardware, sedangkan suprastruktur adalah softwarenya. Agar dapat berfungsi optimal, hardware computer yang canggih, harus diisi dengan berbagai aplikasi program yang sama canggihnya.
Masyarakat petani di NTT, lewat berbagai pendidikan dan pelatihan harus bisa merubah cara bertani. Harus ada sentuhan teknologi. Dan teknologi pertanian canggih ini butuh pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mengoprasikannya.
Lewat pendidikan dan pelatihan, kita akhirnya bisa lebih mudah menggunakan berbagai teknologi canggih tersebut. Namun pendidikan dan pelatihan tidak cukup menghantar masyarakat NTT menjadi lebih sejahtera, lewat bidang pertanian.
Ayo Baca Juga: Suprastruktur Untuk Merubah Lahan Pertanian Kering di NTT
Selanjutnya butuh dukungan dari pemerintah berupa kebijakan dan regulasi untuk mendorong cara-cara baru mengolah lahan pertanian di NTT. Regulasi-regulasi, kebijakan-kebijakan pemerintah harus mempu menerobos berbagai macam kebuntuan yang selama ini dialami para petani NTT.
Mungkin benar, jika kerja pemerintah adalah mengadministrasi upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka peran pemrintah adalah membuat perencanaan yang matang untuk mencari jalan keluar paling NTT untuk mendorong masyarakat NTT paling sejahtera.
Kebijakan pemerintah harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Saya menggunakan istilah “paling NTT”untuk menegaskan bahwa dalam banyak contoh kasus, kita lebih mudah menelan program-program kementrian dari Jakarta, tanpa melihat dengan jernih kebutuhan masyarakat lokal.
Ayo Baca Juga: Benih Subsidi dan Kemandirian Petani
Kita lebih suka menggunakan anggaran-anggaran proyek dari Jakarta, dari pada membangun pemberdayaan masyarakat local. Proyek pemerintah pusat bias saja bukan kebutuhan masyarakat local setempat.
Proyek jagung hibrida misalnya, dengan usia tanam yang singkat benih jagung ini harusnya untuk daerah-daerah yang cukup air agar bisa mencukupi kebutuhan daya tumbuh jagung hibrida. Bagaimana dengan NTT yang kering?
Bukankah para petani kita hanya mengandalkan musim hujan yang singkat dengan curah hujan yang tidak seberapa itu? Apakah benih jagung hibrida ini bisa bertahan setahun untuk ditanam pada musim tanam berikutnya?
Bagaimana daya tumbuhnya? Bagaimana tingkat produksinya? Atau jangan-jangan proyek benih jagung ini secara perlahan-lahan menghilangkan keanekaragaman benih local karena tidak lagi menjadi pilihan para petani untuk menanamnya?
Ayo Baca Juga: Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor
Program pemberdayaan petani, yang bukan proyek, harus bisa mendorong kedaulatan petani. Kedaulatan mereka atas benih. Kedaulatan atas lahan pertanian. Dan kedaulatan atas harga berbagai komoditi pertanian itu.
Lewat regulasi dan kebijakan, pemerintah local NTT harus bisa mendorong penelitian untuk pemuliaan berbagai jenis benih local. Tujuannya adalah menciptakan benih yang memiliki kualitas tidak kalah dari benih korporasi.
Sederhana saja. Itu untuk memutus mata rantai ketergantungan pada benih subsidi. Mendorong kedaulatan petani mulai dari benih.
Lewat regulasi dan pengawasan atas pelaksanaannya, kita harus memastikan bahwa pola pertanian yang diterapkan di NTT adalah pola pertanian yang ramah lingkungan. Pola pertanian berkelanjutan.
Salah satunya adalah menjaga dan melestarikan sumber-sumber air baku yang digunakan oleh para petani kita. Entah mata air atau sumur bor. Sumber-sumber ini perlu dijaga kelestariannya
Ayo Baca Juga: Memagari Bambu Untuk Konservasi Mata Air dengan Perda
Mata air dijaga agar debit airnya tidak berkurang bahkan ditengah musim kemarau sekalipun. Demikian juga sumur bor. Sumber air bawah tanah yang diambil ini harus terisi kembali.
Inilah kenapa pendidikan dan pelatihan yang melibatkan sinergi berbagai disiplin ilmu sangat perlu. Kita memang harus belajar bagaimana caranya agar mata air kita tetap lestari dan air bawah tanah kita tidak berkurang.
Regulasi dan kebijakan berikutnya adalah memastikan akses petani atas modal kerja. Teknologi canggih pasti butuh modal yang tidak sedikit. Karenannya regulasi dan kebijakan pemerintah harus bisa mendorong akses yang lebih mudah bagi para petani untuk memperoleh modal kerja.
Tidak harus disuapi dengan subsidi. Para petani berhak atas menjadi mandiri. Sebab kemandirin petani adalah juga kehormatannya.
Namun akses yang mudah bagi modal kerja harus juga diikuti dengan pendampingan yang berkelanjutan untuk memastikan capability pengembalian pinjaman tersebut. Jangan sampai ada mismanagemen yang kemudian membuat para petani terjerat hutang.
Ayo Baca Juga: Menanam Hujan, Menuai Air
Pertanian memang harus dikelolah seperti layaknya sebuah perusahaan modern. Harus ada sentuhan system managemen. Untuk menghasilkan output tertentu, harus ada input yang diproses sesuai dengan kaidah-kaidah manajeman modern.
Sebab ditengah era industry 4.0 petani dan pertanian tidak boleh lagi gagap terhadap berbagai teknologi canggih dengan tata kelolah lahan pertanian mengunakan pendekatan manajemen modern.
Siapkah petani dan pertanian di NTT?
Foto: pontas.id
Leave a Reply