Memagari Bambu Untuk Konservasi Mata Air dengan Perda

Lingkungan Hidup
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Pada 27/08/2019 lalu, tempo.co mengutip BMKG yang mengungkapkan bahwa sekitar 92 % wilayah di Indonesia mengalami  puncak musim kemarau dari  Agustus hingga September.

NTT tahun ini menjadi daerah dengan jumlah Hari Tanpa Hujan (HTH) lebih dari 60 hari, salah satu terbanyak di Idonesia. Kemarau panjang ini mengakibatkan mata air – mata air mengalami penurunan debit, sumur-sumur warga mengering.

Bahkan PDAM pun kekurangan air baku sehingga kesulitan menjaga pasokan ke pelanggannya.  Kemarau panjang ini disebabkan oleh anomali peningkatan suhu udara akibat perubahan iklim, fenomena el nino serta angis Muson Australia.

Flores Timur, salah satu kabupaten di NTT yang terdampak, mengatasi kelangkaan air baku dengan sumur bor. Antaranews.com, 24 Juli 2019, menulis bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Flores Timur  akan membangun 10 sumur bor pada tahun 2019 ini.

Sumur bor ini menjadi startegi jangka panjang untuk wilayah-wilayah di Flores Timur yang tidak memiliki sumber air permukaan. Rencana kedepan minimal lima (5) sumur bor akan dibangun setiap tahunnya.

Namun langkah ini bisa berpotensi menjadi sumber bencana baru dimasa yang akan datang. Eksploitasi air dalam lewat sumur bor secara berlebihan bisa membuat tanah kehilangan daya dukung. Turunnya permukaan tanah, tanah amblas dan longsor bisa menjadi bahaya yang mengintai berikutnya.

Berkurangnya debit air baku, baik air permukaan di sumber-sumber mata air maupun air tanah dangkal bisa dikembalikan dengan bambu. Tidak dapat dipungkiri bahwa bambu memiliki segudang manfaat untuk merevitalisasi mata air.

Baca Juga:

Bambu untuk Revitalisasi Mata Air

Tidak hanya mata air, sebuah penelitian di India seperti dilansir laman bamboeindonesia.wordpress.com mengungkapkan bahwa hutan bambu ternyata mampu meningkatkan debit air tanah sebesar 6,5 meter dalam jangka waktu 5 tahun.

Penelitian lain tentang bambu di China seperti dikutip laman ini, bahwa hutan bambu dapat menyerap air kedalam tanah hingga 240% lebih baik dibanding hutan pinus. Bambu sanggup menahan 90 % air hujan kedalam tanah dibandingkan daya serap pepohonan lain sebesar 35 – 40 %.

Hasil Penelitian Prof Koichi Ueda dari Kyoto University, menyatakan bahwa akar bambu yang bersifat monopodial sangat efektif mencegah tanah longsor. Bambu yang dapat  tumbuh 30 cm hingga 90 cm sehari ternyata  mampu melepaskan oksigen 355 kali lebih banyak dari pohon lainnya.

Selain itu bambu memiliki segudang manfaat lain. Dari bahan makanan untuk manusia maupun ternak, berbagai produk rumah tangga, mebel, bahan bangunan hingga sekedar cendramata.

Maka bambu adalah pilihan tepat untuk konservasi mata air. Tidak semata-mata untuk mendapatkan manfaatnya terhadap lingkungan hidup. Lebih dari itu sekaligus untuk memperoleh manfaat ekonomisnya.

Dalam konteks Flores Timur, memilih bamboo untuk konservasi mata air-mata air harus dipagari dengan Perda. Dasar hukum ini semata-mata untuk mengoptimalkan fungsi konservasi sekaligus ekonomis dari bambu.

Apa saja yang harus diatur dalam Perda ini?

Pertama: Menjamin hak-hak ulayat tanah mata air terjaga. Ini mencegah berbagai konflik yang bisa saja tumbuh akibat politisasi sumber-sumber mata air.

Kedua: Agar ada alokasi anggaran yang tepat. Alokasi anggaran dalam APBD juga turut mendorong partisipasi masyarakat luas untuk terlibat secara langsung. Baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan dan evaluasinya.

Ketiga: Menjamin fungsi ekonomis dari bambu dapat secara langsung dinikmati oleh masyarakat. Terutama masyarakat di sekitar mata air.

Selanjutnya, setelah perda ini harus ada gerakan bersama, sebagai implementasi dari Perda, untuk menanam bambu secara masal di mata air – mata air di seluruh Flores Timur. Katakanlah satu juta pohon bambu setiap tahun.

Dalam lima tahun pertama kita sudah memiliki bahan baku yang cukup untuk diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomis. Tanpa merusak fungsi konservasi di mata air.

Pada tahun ketiga, pemerintah membuka kesempatan dan mendorong pelatihan untuk mengolah bambu. Mendatangkan ahli atau mengirim orang untuk belajar ke sentra-sentra kerajinan bambu.

Kemudian memberi insentif kepada masyarakat yang mengaplikasikan bambu untuk membangun rumah, kafe, restoran, atau home stay bahkan hotel.

Selain memperlajari dan mengadopsi berbagai teknologi pengolahan, pengawetan hingga membuat berbagai produk dari bambu yang paling pentng adalah secara serius mempelajari desain.

Desain untuk memanfaatkan bambu menjadi berbagai produk. Dengan fungsi dan estetika yang terjaga. Fungsi dan estetika inilah yang memberi nilai tambah luar biasa pada bambu.

Sebarkan Artikel Ini:

7
Leave a Reply

avatar
7 Discussion threads
0 Thread replies
0 Pengikut
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
0 Comment authors
Recent comment authors
  Subscribe  
newest oldest most voted
Notify of
trackback

[…] Baca Juga : Memagari Bambu Untuk Konservasi Mata Air dengan Perda […]

trackback

[…] Baca Juga: Memagari Bambu Untuk Konservasi Mata Air dengan Perda […]

trackback

[…] Baca Juga: Memagari Bambu Untuk Konservasi Mata Air dengan Perda […]

trackback

[…] Ayo Baca Juga: Memagari Bambu Untuk Konservasi Mata Air dengan Perda […]

trackback

[…] Baca Juga: Memagari Bambu Untuk Konservasi Mata Air dengan Perda […]

trackback

[…] Baca Juga: Memagari Bambu Untuk Konservasi Mata Air dengan Perda […]

trackback

[…] Baca Juga : Memagari Bambu Untuk Konservasi Mata Air dengan Perda […]