Eposdigi.com – BMKG pada Agustus lalu, seperti yang dilansir tempo.co (27/08/2019), mengungkapkan bahwa sekitar 92 % wilayah di Indonesia mengalami kemarau. Puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Bulan Agustus hingga September.
Kemarau panjang ini disebabkan oleh anomali peningkatan suhu udara akibat perubahan iklim, fenomena el nino serta Angin Muson Australia.
Akibatnya potensi gagal panen meningkat, mata air – mata air mengalami penurunan debit, sumur-sumur warga mengering. Bahkan banyak PDAM pun kekurangan air baku sehingga kesulitan menjaga pasokan ke pelanggannya.
Belajar dari dampak kekeringan ekstrem tahun ini, saat memasuki awal musim penghujan, merevitalisasi mata air hendaknya menjadi prioritas. Kerusakan hutan di sekitar mata air turut memperparah menurunnya debit air baku akibat musim kemarau.
Salah satu pilihan bijak untuk merevitalisasi mata air adalah dengan memperbanyak tanaman bambu disekitar mata air.
Mengapa harus bambu?
Laman bamboeindonesia.wordpress.com menulis bahwa ada 160 jenis bambu tumbuh di Indonesia. Jumlah ini merupakan 12 % dari 1200 hungga 1300 jenis bambu di dunia. Namun bukan semata soal itu.
Laman ini mengutip sebuah penelitian tentang bambu di China, yang mengatakan bahwa hutan bambu dapat menyerap air kedalam tanah hingga 240% lebih baik dibanding hutan pinus. Hutan bambu adalah sposn alami untuk menyimpan air. Bambu sanggup menahan 90 % air hujan kedalam tanah dibandingkan daya serap pepohonan lain sebesar 35 – 40 %.
Hasil Penelitian Prof Koichi Ueda dari Kyoto University, seperti disebut laman yang sama, menyatakan bahwa akar bambu yang bersifat monopodial sangat efektif mencegah tanah longsor. Hutan bambu dapat menyerap CO2 sebesar 62 ton/hektar/ pertahun, sementara penyerapan hutan tanaman lain hanya sebesar 15 ton/ha/thn.
Selain karena kecepatan tumbuh 30 hingga 90 cm sehari, bambu ternyata mampu melepaskan oksigen 355 kali lebih banyak dari pohon lainnya. Bambu juga dapat tumbuh hingga ketinggian 1.500 mdpl, dan dapat tahan dalam kekeringan sangat ekstrem seperti kebanyakan wilayah di NTT.
Baca juga:
Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor
Selain terbukti mampu secara signifikan meningkatkan debit air dan menjaga mata air, bambu memiliki segudang manfaat lain. Dari bahan makanan untuk manusia maupun ternak, berbagai produk rumah tangga, mabel, bahan bangunan, arang, seratnya untuk tekstil, hingga berbagai macam kerajinan untuk cendera mata.
Apa yang bisa dilakukan dengan kayu, bisa dilakukan oleh bambu. Artinya bahwa semua yang diolah dengan bahan baku kayu bisa diganti dengan bambu. Dalam konteks Indonesia yang rawan gempa bumi maka pilihan konstruksi bangunan dengan menggunakan bambu adalah tepat. Mengingat daya tahan terhadap tekanan maupun daya lenturnya.
Untuk itu, memilih bambu sebagai tanaman untuk konservasi mata air, tidak semata-mata untuk mendapatkan manfaatnya terhadap lingkungan hidup. Lebih dari itu sekaligus untuk memperoleh manfaat ekonomisnya.
Untuk mengoptimalkan manfaat konservasi dan ekonomi bambu harus dilindungi dengan aspek legalitas tertentu. Dalam hal ini daerah-daerah yang memilih bambu sebagai tanaman konservasi perlu melindunginya dengan perangkat Peraturan Daerah.
Ini menjamin bambu sebagai bagian dari keanekaragaman hayati, tanaman khusus konservasi sekaligus memberi manfaat yang optimal secara ekonomis. Aturan ini juga memastikan bahwa panen bambu untuk tujuan ekonomis dihutan-hutan konservasi dilakukan dalam skala yang terkontrol.
Perangkat peraturan inipun untuk memastikan bahwa masyarakat sekitar, terutama pemilik hak ulayat tanah lokasi mata air mendapat manfaat lingkungan dan ekonomis secara maksimal. Pada akhirnya, bambu menjadi berkat bagi banyak orang. Bagi kelestarian lingkungan hidup sekaligus sumber mata pencaharian masyarakat. (Foto ilustrasi hutan bambu / shi.or.id)
[…] Bambu untuk Revitalisasi Mata Air […]
[…] Baca Juga : Bambu untuk Revitalisasi Mata Air […]
[…] Baca Juga: Bambu untuk Revitalisasi Mata Air […]
[…] Baca Juga: Bambu untuk Revitalisasi Mata Air […]
[…] Baca Juga: Bambu untuk Revitalisasi Mata Air […]
[…] Baca Juga: Bambu untuk Revitalisasi Mata Air […]
[…] Baca Juga: Bambu untuk Revitalisasi Mata Air […]
[…] Baca Juga: Bambu untuk Revitalisasi Mata Air […]
[…] Baca Juga: Bambu untuk Revitalisasi Mata Air […]
[…] Baca Juga: Bambu untuk Revitalisasi Mata Air […]
[…] pohon bambu di area resapan dan area dengan kemiringan 70 – 80 derajat [1] […]