Bambu dan Konservasi Berkelanjutan di Mata Air

Lingkungan Hidup
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Pemotretan di lapangan yang dilakukan oleh Yayasan Tanah Ile Boleng di Flores Timur terutama mengenai berbagai upaya konservasi mata air masih menghadirkan tanda tanya besar.

Hadir sebagai pembicara dalam diskusi virtual yang diselenggarakan oleh media ini Direktris Yayasan Tanah Ile Boleng Veronika Lamahoda mengungkapkan bahwa program-program konservasi mata air belum menjangkau masyarakat di sekeliling mata air, terutama pemilik tanah pada lokasi mata air.

Vero Lamahoda berpendapat bahwa kita seharusnya berupaya menjaga kelestarian hutan di mata air sekaligus memastikan pemilik tanah di area mata air mendapat manfaat ekonomi dari program konservasi itu.

Baca Juga: Vero Lamahoda:  Konservasi Mata Air Kita Belum Berkeadilan

Benar apa yang disampaikan oleh Vero Lamahoda. Ketika kita memastikan bahwa pemilik tanah di area mata air harus mendapatkan manfaat ekonomis. Maka itu artinya bahwa cara pandang kita terkait program revitalisasi mata air harus berubah.

Mata air tidak lagi dilihat hanya sebagai sebuah objek; sebuah lokasi yang ada mata airnya. Mata air harus dilihat dengan cara pandang baru. Tidak lagi sekedar subjek, mata air harus dilihat sebagai sebuah entitas.

Sebagai entitas, maka mata air memiliki banyak isi yang harus di konservasi bersama sekaligus. Utuh sesuai dengan proporsi masing-masing.

Mata air adalah budaya yang dipenuhi oleh banyak aspek kearifan lokal. Ada tatanan nilai warisan leluhur yang dijaga lewat tradisi dan ritual.

Baca Juga: Bambu untuk Revitalisasi Mata Air

Mata air juga merupakan bagian penting dari mitigasi bencana. Menjaga kelestarian mata air sebagai bagian dari mencegah berbagai potensi bencana alam.

Mata air bukan lagi semata-mata tanah yang harus ditanami, di hijaukan atau dibuat lebat dengan pepohonan, ada juga aspek ekonomisnya. Aspek ini yang oleh Vero Lamahoda harus dapat mencapai asas keadilan.

Selain itu baru membingkai mata air dengan berbagai regulasi untuk memastikan segala dinamika; budaya, mitigasi bencana dan ekonomi; yang terjadi pada mata air dapat terjadi secara harmonis dan berkelanjutan.

Tulisan ini juga mereview kembali tulisan -tulisan sebelumnya di media ini mengenai revitalisasi mata air.

Baca Juga: Surat dari Adonara – Januari 2020  “Setelah Penghijauan Serentak; Lantas Apa?

Pertama, Mata air sebagai budaya. Dalam Tradisi Lamaholot kita, Mata air tidak sekedar sebuah lokasi yang ada  air keluar dari perut bumi. Mata air adalah perwujudan dari kehidupan yang disimbolkan oleh tubuh seorang Perempuan.

Karena mata air adalah simbol dari seorang perempuan Lamaholot yang sakral, maka menjaga mata air sama seperti menjaga seorang perempuan. Perlakuan seperti ini membawa konsekuensi tradisi dan ritual tertentu.

Untuk meminta sebuah mata air menjadikannya sumber air baku bagi suatu desa atau wilayah maka pendekatan yang dilakukan adalah sesuai dengan  tradisi Lamaholot umumnya dan terkusus kita di Adonara, dengan berbagi ritual adat.

Kita seharusnya mensyukuri bahwa personifikasi mata air seperti ini adalah bagian dari kearifan lokal  warisan para leluhur semata-mata agar kita menjaga mata air sebagi ibu kehidupan.

Baca Juga: Bahaya Besar Menanti di balik Sumur Bor

Kedua, karena mata air adalah personfikasi tubuh perempuan Lamaholot yang sakral maka kemurnian dan kelestarian area mata air harus dijaga. Mata air tidak boleh di cemari oleh tangan-tangan jahil manusia.

Bahkan area mata air seharusnya tidak boleh menjadi ladang pertanian, apalagi dipenuhi oleh puluhan pipa air dan bak-bak penampungan.

Mata air harus tetap murni lestari. Hutannya perlu dipilihkan berbagai jenis tanaman yang berfungsi secara langsung untuk menyimpan air. Pilihan tanaman yang paling menjaga kelestarian debit air, bukan tanaman yang justru rakus meyedot air.

Menghijaukan mata air adalah bagian dari mitigasi bencana. Maka pilihan tanamannya harus bisa memberi kontribusi langsung pada hutan sebagai daya dukung kelestarian mata air, pun sebagai sumber air baku masyarakat.

Baca Juga: Menanam Hujan, Menuai Air

Ketiga, namun  apapun pilihan tanamannya, yang paling baik adalah tanaman yang paling banyak menyimpan air sekaligus yang paling banyak mendatangkan manfaat ekonomis bagi masyarakat sekitar, terutama pemilik tanah area mata air.

Tidak hanya pilihan tanaman yang paling mendatangkan manfaat ekonomis, tapi juga semua upaya konservasi mata air adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar mata air terutama pemilik mata air.

Ini artinya mulai dari pembibitan, penanaman, menjaga dan merawat hingga tumbuh besar berbagai tanaman untuk konservasi mata air harus melibatkan secara langsung masyarakat sekitar.

Tidak ada lagi atas nama proyek membeli bibit tanaman dari luar untuk menghijaukan area mata air. Menggunakan bibit tanaman masyarakat lokal artinya memberi mereka manfaat ekonomis secara langsung dari kegiatan konservasi mata air.

Selain pembibitan dan penanaman, masyarakat lokal juga harus dipastikan mendapatkan manfaat ekonomis dari setiap upaya memberi nilai tambah atas hasil hutan di area mata air, entah itu potensi kayu dan lainnya.

Kita tidak lagi boleh hanya berkunjung ke mata air pada saat musim hujan atas nama penghijauan. Aktivitas di mata air adalah aktivitas padu yang berkelanjutan. mulai dari pembibitan hingga pemasaran berbagai produk masyarakat lokal.

Baca Juga : Memagari Bambu Untuk Konservasi Mata Air dengan Perda

Misalnya bambu yang dipilih karena kemampuannya menyimpan air tanah tidak dapat dikalahkan oleh tanaman lain manapun.

Maka mulai dari pembibitan, penanaman hingga pemanfaatan bambu di hutan area mata air harus berkontribusi meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar secara langsung.

Pada tulisan kali lalu untuk media ini telah saya uraikan bagaimana menyiapkan masyarakat lokal dengan berbagai keterampilan mengolah bambu untuk berbagai keperluan pengganti kayu, sebelum bambu dapat dipanen.

Berbagai Sovernir dari Bambu / foto : doc. eposdigi.com

Juga bagaimana semua entitas di mata air itu dilindungi dengan berbagai peraturan. Peraturan Desa di tingkat desa, juga termasuk peraturan daerah untuk memastikan entitas-entitas itu berjalan harmonis dan berkelanjutan.

Berbagai peraturan yang memastikan berbagai upaya konservasi bertujuan untuk menjaga mata air lestari sekaligus memberi manfaat ekonomis bagi masyarakat lokal sekitar mata air.

Foto : rimbakita.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of