Suprastruktur Untuk Merubah Lahan Pertanian Kering di NTT

Ketahanan Pangan
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Yohanes W Hayon di media ini beberapa saat lalu  menulis: “Alih-alih mendorong anak untuk menggeluti kancah pertanian, sistem pendidikan absen mengelaborasi dimensi paling sublim yakni harga diri seorang petani.”

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa kebanyakan orang tua di Pulau Flores, NTT lebih mengharapkan anak-anaknya menjadi pekerja kantoran atau pastor Katolik ketimbang menjadi petani.

Ini bisa dipahami. Bagaimanapun tanah tandus di sebagian besar wilayah NTT tentu bukan menjadi lahan pertanian potensial. Tidak potensial untuk menghasilkan berbagai komoditi unggulan.

Ayo Baca Juga: Kaum Muda dan Masa Depan Pertanian Nasional

Jika kesejahteraan petani juga tergantung pada seberapa unggul komoditi yang dihasilkannya maka bisa dibayangkan bagaimana tingkat kesejahteraan petani di NTT.

Orang tua mana yang menghendaki anak-anaknya tidak sejahtera, karena mengandalkan masa depannya pada pertanian di NTT?

Suprastruktur dalam tulisan ini lebih saya artikan sebagai system ide, gagasan dan bagaimana ide dan gagasan tersebut dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan. Jika infrastruktur adalah semua materi fisik yang diusahakan atau diadakan untuk tercapainya suatu tujuan maka  suprastruktur tidak berbentuk benda.

Ayo Baca Juga: Petani dalam Pusaran Era Industri 4.0, Di Mana posisi Kaum Milenial?

Karena Suprastruktur adalah system ide dan gagasan sekaligus bagaimana ide dan gagasan tersebut didayagunakan maka ia berada pada sisi “dalam” sebuah tujuan yang mendorong keluar tercapainya tujuan tersebut.

Infrastruktur adalah buah dari suprastruktur. Sebab ide dan gagasan lah yang menghadirkan benda-benda.

Apabila kesejahteraan petani menjadi tujuan maka kita membutuhkan suprastruktur –suprastruktur dasar untuk mencapai tujuan tersebut.

Suprastruktur dasar yang pertama adalah Pendidikan. Jika perilaku yang seseorang banyak ditentukan oleh pola pikirnya, dan pola pikir dibangun melalui pendidikan, maka pendidikan harus menjadi suprastruktur dasar untuk membangun pertanian di NTT

Ayo Baca Juga : Tantangan Indonesia 4.0 di Bidang Pertanian

Kita membutuhkan kerjasama sinergis dari semua pihak. Pendidikan formal maupun informal. Namun pola pikir yang mau kita sasar dari pendidikan bukan semata-mata untuk menempatkan petani menjadi profesi paling mulia dari profesi lain. Bukan itu.

Kita harus berani membidik target lebih tinggi. Bahwa apapun profesinya, entah jadi petani atau pastor Katolik, profesi itu hanyalah cara untuk mencapai kualitas hidup terbaik. Apapun profesinya, harus bisa mengantar seseorang untuk lebih sejahtera lahiriah maupun batiniah.

Kemudian jika kita fokus membangun kesejahteraan melalui pertanian di NTT maka pola pikir yang harus kita sasar adalah bahwa kita mampu menemukan, menciptakan dan menggunakan semua sumberdaya atau menghadirkan infrastruktur-infrastruktur penunjang untuk mencapai kesejahteraan itu.

Ayo Baca Juga: Apa Saja Infrastruktur Vital Bidang Pertanian dalam Era Industri 4.0?

Setelah sasaran membentuk atau membangun cara berpikir tercapai, level selanjutnya adalah mensinergikan semua disiplin ilmu pada semua tingkat pendidikan, formal maupun informal untuk mendorong kesejahteraan masyarakat, melalui pertanian.

Pengetahuan bisa saja berbeda sesuai disiplin ilmu yang secara spesifik digeluti oleh seseorang, maka sinergi antar disiplin ilmu ini harus bisa bermuara pada menemukan atau mencipta ‘ know how’, mencari, menemukan dan atau menciptakan cara paling sinergis untuk mensejahterakan masyarakat NTT lewat pertanian.

Tantangan ini tentu tidak mudah tercapai. Barangkali kita butuh lintas generasi untuk mewujudkannya. Namun bukan sesuatu yang mustahil. Saat ini sudah sedemikian banyak data, informasi, kisah sukses orang-orang yang bisa kita pelajari, kita ambil dan kita modifikasi sesuai kebutuhan pertanian di NTT.

Ayo Baca Juga: Menerjemahkan Wacana Gubernur NTT soal Calon Sarjana Peternakan Harus Punya 25 ekor Sapi

Untuk mengukur pencapaian suprastruktur dasar bidang pertanian ini adalah ketika kita mampu menghasilkan komoditas pertanian terbaik dari segala pengukuran, dengan menggunakan sumberdaya yang ada : lahan pertanian kering NTT.

Jika sebelum membangun suprastruktur dasar pertanian NTT, ‘segenggam’ tanah pertanian hanya bisa menghasilkan satu dua kilo gram jagung, maka ukuran keberhasilan kita adalah saat kita menghasilkan dua tiga ton jagung dari ‘segenggam’ lahan pertanian yang sama.

Ilustrasi dari mediaindonesia.com

Sebarkan Artikel Ini:

2
Leave a Reply

avatar
2 Discussion threads
0 Thread replies
0 Pengikut
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
0 Comment authors
Recent comment authors
  Subscribe  
newest oldest most voted
Notify of
trackback

[…] Ayo Baca Juga: Suprastruktur Untuk Merubah Lahan Pertanian Kering di NTT […]

trackback

[…] Ayo Baca Juga: Suprastruktur Untuk Merubah Lahan Pertanian Kering di NTT […]