Eposdigi.com – Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyebutkan bahwa 1,6 milyar pekerja informal akan kehilangan pekerjaan akibat corona.
“1,6 milyar pekerja di dalam ‘ekonomi informal’ yang menyangkut pekerja tanpa kontrak atau pengawasan oleh pemerintah, ‘menjadi ancaman langsung bagi hilangnya mata pencaharian mereka’”, tulis portonews.com (20/04/2020)
Tidak hanya pekerja informal. Sumber yang sama juga menyebutkan bahwa 305 juta pekerja formal berpotensi kehilangan pekerjaan akibat pandemi corona.
Di Australia, profesi yang paling rentan adalah para manajer level menengah terutama pada sektor-sektor jasa keuangan, konsultan bisnis dan pekerjaan administratif bisnis pada perusahaan-perusahaan swasta (inisari.grid.id, 21/08/2020).
Para pekerja pada level, dengan penghasilan yang besar akan digantikan oleh tenaga kontrak. Ini adalah cara perusahaan untuk merestrukturisasi biaya karena perlambatan ekonomi pasca corona.
Baca Juga: Industri apa sajakah yang paling terdampak Corona?
Bagaimana dengan Indonesia?
Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri, Kementerian Koordinator Perekonomian, Bambang Adi Winarso, seperti dikutip tempo.co (08/06/2020), mengungkapkan bahwa ada 3,05 juta tenaga kerja kehilangan lapangan kerja.
Jumlah ini masih akan terus bertambah. Ia memperkirakan tambahan pengangguran bisa mencapai angka 5,23 juta.
Konsekuensi dari pandemi corona, dengan pembatasan sosial yang berlaku di mana-mana, memaksa banyak perusahaan menunda atau meminimalisir kemungkinan orang untuk saling bertemu.
Orang-orang bekerja dari rumah. Ini dibuat agar kesempatan karyawan sedikit mungkin bertemu dengan orang lain selama perjalanan berangkat dan pulang kerja.
Kerja dari rumah juga adalah solusi agar sedikit mungkin terjadi kontak dengan orang lain selama berada di kantor.
Selama bekerja dari rumah, semua komunikasi dengan rekan sekerja maupun dengan klien dilakukan melalui telepon atau email, tanpa harus bertemu secara fisik. Meeting bisnis dilakukan secara virtual melalui berbagai aplikasi online.
Baca Juga: Upaya Pemerintah Mencegah Ekonomi Luluh Lantak Akibat Corona
Pembatasan sosial karena corona menjadi pelajaran penting bahwa banyak tugas administrasi bisnis yang selama ini dilakukan oleh tenaga kerja manusia, bisa dilakukan oleh teknologi komputasi maupun teknologi informasi.
Ada alih teknologi dari sebelumnya manual menjadi digital. Banyak proses administrasi bisnis terdigitalisasi.
Administrasi bisnis menyangkut supply chain yang dulunya dilakukan manual menjadi bergeser menuju proses digital.
Sebelum corona menjadi pandemi, digitalisasi administrasi rantai pasok dalam sebuah perusahaan belum teruji efektifitasnya. Ujian itu baru benar-benar menemukan model yang baik selama masa pandemi corona.
Di banyak perusahaan, aktifitas-aktifitas administratif manual yang dulunya dikerjakan oleh banyak orang bisa beralih menjadi digital dengan campur tangan manusia hanya sedikit saja.
Sebelum pandemi, pengantaran barang menyertakan dokumen fisik berupa surat jalan dari vendor ke customer. Dokumen ini dibawa oleh supir yang mengantar barang.
Baca Juga: Corona di Tanah Air Bisa Bertahan Hingga Tahun Depan
Selama pandemi dokumen fisik yang diduga turut menjadi perantara penyebaran corona tidak lagi di gunakan. Banyak perusahaan berhubungan dengan customernya melalui aplikasi. Dokumen fisik tadi tidak lagi dibutuhkan. Diganti dengan dokumen dalam bentuk digital.
Setelah barang diterima dan terkonfirmasi melalui aplikasi digital, pihak vendor kemudian melakukan proses penagihan kepada customernya.
Dulu sebelum corona, dokumen fisik diserahkan ke bagian finance untuk proses administarsi penagihan.
Membuat invoice, menerbitkan dan mencetak faktur pajak, menggabungngkan fisik surat jalan dengan hasil cetakan invoice dan faktur pajak, kemudian kurir internal perusahaan mengantar dokumen tagihan tersebut ke customer.
Saat ini banyak perusahaan sudah tidak lagi menggunakan dokumen fisik dalam proses administratif tagihan ke customernya.
Dokumen konfirmasi terima barang dalam bentuk digital akan otomatis dibaca oleh system digital, kemudian secara otomatis komputasi menerbitkan invoice, faktur pajak, yang kemudian langsung dikirim dalam hitungan menit ke customer melalui aplikasi.
Untuk perusahaan besar yang memproses ribuan surat jalan secara manual setiap hari, tentu membutuhkan tenaga kerja manusia dalam jumlah yang banyak.
Bidang-bidang pekerjaan yang terspesifikasi pada tiap-tiap proses adminstratif membutuhkan sumber daya manusia yang khusus untuk pekerjaan-pekerjaan adminstratif tersebut.
Baca Juga: Beberapa Negara Dihantam Gelombang Kedua, Bagaimana dengan Corona di Indonesia?
Penerima dokumen fisik surat jalan dari ekspedisi dan memferifikasinya, kemudian menginput surat jalan tersebut kedalam system computer internal. Ada bagian yang khusus mencetak invoice. Mereka yang menerbitkan faktur pajak juga berbeda.
Bahkan ada sumber daya manusia yang khusus menempelkan materai pada lembar tagihan untuk kemudian ditandatangani oleh orang lain lagi.
Setelah dokumen tagihan lengkap sesuai yang diminta oleh customer, ada sumber daya manusia lagi yang khusus memasukannya ke dalam amplop untuk diserahkan kebagian kurir eksternal (kolektor) untuk diantarkan ke customer.
Banyak sumber daya manusia yang terlibat dalam proses administratif bisnis dari rantai pasok jika dilakukan secara manual.
Jika terdigitalisasi, tidak lagi dibutuhkan banyak tenaga kerja untuk memproses tagihan. Tidak lagi butuh tenaga manusia untuk memverifikasi surat jalan dan proses input ke dalam system internal perusahaan.
Para fakturis yang bertugas mencetak invoice, mencetak faktur pajak, menggabungkan semua dokumen tagihan tersebut, serta kurir internal perusahaan tidak lagi dibutuhkan.
Proses administrasi bisnis akan berjalan secara otomatis melalui aplikasi komputasi; secara digital. Customer akan menerima tagihan dalam bentuk digital.
Sebelum corona merebak, ketika dokumen tagihan akan jatuh tempo, kurir internal perusahaan akan mendatangi customer untuk menagih dan/atau mengambil pembayaran berupa bilyet giro dari customer.
Baca Juga: Krisis Pangan Mengintai di balik Punggung Corona
Selama PSBB karena corona, customer tidak lagi membayar dengan bilyet giro. Customer langsung transfer pembayaran ke rekening perusahaan. Banyak kurir internal (kolektor) perusahaan kehilangan pekerjaannya.
Robotisasi administrasi bisnis adalah sebuah keniscayaan saat ini. Dan bukan lagi corona yang mengancam, alih teknologi dari manual menjadi digital-lah yang bisa saja memicu tsunami PHK. (Foto: technixtechnologies.com)
[…] Baca Juga: Bukan karena Corona, Ini Penyebab PHK Massal […]
[…] waktu lalu, di eposdigi.com saya menulis tentang digitalisasi administrasi bisnis. Pada tulisan tersebut saya sekedar […]
[…] Baca Juga: Bukan karena Corona, Ini Penyebab PHK Massal […]
[…] saya tentang robot, sesungguhnya adalah awal untuk lahirnya tulisan ini. Mulai dari Bukan Corona yang menyebabkan PHK, Digitalisasi Administrasi Bisnis, tentang Era Robot hingga Sinergi Robot – […]
[…] Ayo Baca: Bukan karena Corona, Ini Penyebab PHK Massal […]
[…] di eposdigi.com tentang robot, sesungguhnya adalah awal untuk lahirnya tulisan ini. Mulai dari Bukan Corona yang menyebabkan PHK, Digitalisasi Administrasi Bisnis, tentang Era Robot hingga Sinergi Robot – […]
[…] Baca Juga: Bukan karena Corona, Ini Penyebab PHK Massal […]
[…] Baca Juga: Bukan karena Corona, Ini Penyebab PHK Massal […]
[…] Baca Juga: Bukan karena Corona, Ini Penyebab PHK Massal […]