Eposdigi.com – Viktor Bungtilu Laiskodat Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal suka mengeluarkan pernyataan menohok. Salah satunya baru baru ini soal turis miskin dilarang ke NTT.
Menurutnya NTT dipenuhi oleh potensi keindahan alam dan budaya yang luar biasa. Salah satu daya tariknya adalah ketika dinobatkannya Pulau Komodo sebagai World Heritage Site oleh UNESCO.
Daya tarik luar biasa ini, harus bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat NTT. Manfaat dari pariwisata bisa dimaksimalkan dengan salah satunya dengan menjual pariwisata NTT sebagai destinasi premium.
“Karena itu, wisatawan yang datang itu harus kaya. Kalau miskin tidak boleh datang,” tegas Viktor seperti dilansir kompas.com (15/11/2019).
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Shana Fatina Sukarsono.
“NTT memang disasar untuk market. Potensi wisatanya luar biasa sehingga memang yang bisa datang ke lokasi-lokasi tadi adalah market premium,” terang Shana.
Apa yang disampaikan Gubernur Viktor, menurutnya, untuk menambah wisatawan yang datang. Hal ini bisa dilihat dari pembangunan destinasi wisata sejak tahun 2017 lalu yang sudah mulai terlihat hasilnya saat ini.
Menjual pariwisata NTT sebagai destinasi premium tidak hanya tanggung jawab pemerintah. Menjadikan destinasi wisata NTT kelas premium perlu andil semua masyarakat NTT.
Baca Juga :
Gubernur NTT: Festival Pariwisata Harus Berdampak Terhadap Ekonomi Masyarakat
Kata kunci industry pariwisata adalah “hospitality”. Jika punya panorama alam bak di surga, atau punya atraksi tradisi budaya yang memukau namun tanpa diiringi oleh keramah tamahan penduduknya rasanya sulit menjual pariwisata NTT. Apalagi menjualnya sebagai destisasi premium.
Karena itu, selain infrastruktur penunjangnya, soal perilaku sadar wisata juga harus serius ditanamkan dalam diri setiap orang NTT. Kesadaran ini mendorong setiap orang NTT untuk memperlakukan setiap wisatawan, lokal maupun manca negara, kaya maupun miskin dengan segala keramah.
Bahasa tubuh, roman muka, tutur kata, perilaku harus mampu mencerminkan keramahan tersebut. Ini harus dialami oleh wisatawan, siapapun dia, apapun latar belakang ekonominya, dimanapun dia, saat berada di NTT. Kesadaran ini harus didorong, ditumbuhkan dan dibiasakan sehingga menjadi karakter, terutama dimulai dari para pelaku bisnis pariwisata di NTT.
Baca Juga:
Tujuh Kawasan Wisata Baru di NTT dikembangkan bersama Masyarakat Desa
Pintu-pintu masuk, baik pelabuhan laut, bandar udara, terminal-terminal harus bisa memberi kesan pertama yang memukau para wisatawan, karena keramahannya. Tentu hal ini tidak mudah. Keramahan harus dibiasakan. Agar menjadi karakter. Bukan sesuatu yang dibuat-buat. Apalagi dipaksakan.
Destinasi wisata premium yang dicita-citakan, baru bisa menjadi berkah bagi masyarakat banyak ketika para pelaku bisnis pariwisata NTT tidak dimonopoli oleh pemodal besar dari luar. Karenanya masyarakat didorong, kemudian didamping untuk menjadi pemain langsung dari bisnis pariwisata di NTT.
Perangkat peraturan daerah harus sensitive terhadap kepentingan dan dominasi pengusaha. Tanpa harus menolak atau membatasi investasi dari luar. Yang terpenting adalah keterlibatan masyarakat lokal secara luas dalam bisnis pariwisata.
Kamar-kamar hotel dibuka dalam jumlah yang terbatas untuk memberi tempat pada homestay-homestay milik masyarakat lokal. Manajemen hotel mendampingi komunitas masyarakat lokal untuk menyediakan akomodasi dalam kadar kualitas yang setara dengan hotel.
Begitu juga dengan restoran. Komunitas masyarakat lokal didampingi untuk mengelolah usaha-usaha restoran kelas bintang lima. Apalagi jika diintegrasikan pengelolaannya dengan sumber-sumber lokal lainnya.
Kebutuhan makanan baik untuk hotel maupun restoran didatangkan dari kebun-kebun, dari kandang ternak dan dari nelayan lokal. Maka pariwisata juga memicu sumber ekonomi lain seperti kebun dan ternak.
Restoran-restoran dengan menu lokal diolah dengan standard internasional. Begitu juga dengan pelayanannya. Para pramusaji dilatih dan disertifikasi dengan standard internasional.
Semua hal ini, semata-mata agar para wisatawan mendapatkan layanan premium dari destinasi wisata premium yang dipasarkan oleh NTT.
Harapannya, semakin banyak wisatawan, apapun latar belakang ekonominya, datang ke NTT. Betah tinggal lebih lama di NTT saat berwisata, kemudian memutuskan untuk berkunjung kembali kemudian hari.(Foto: travelingyuk.com)
[…] Baca Juga: Membaca “ Turis Miskin Dilarang ke NTT” […]
[…] Baca Juga: Membaca “ Turis Miskin Dilarang ke NTT” […]
[…] Baca Juga: Membaca “ Turis Miskin Dilarang ke NTT” […]
[…] Baca Juga: Membaca “ Turis Miskin Dilarang ke NTT” […]
[…] Baca Juga: Membaca “ Turis Miskin Dilarang ke NTT” […]