“Lu tanda sa beta pu omongan e. Itu perempuan tu su sonde perawan le. Lu mau cari apa dari dia?”
“Kau kenal …. to? Kau tahu tidak dia itu tidak perawan lagi. Saya yang jebol gawangnya. Hahaha”
Eposdigi.com – Seriously, dua kalimat di atas actually makes me feel so angry. See, orang-orang selalu menjadikan keperawanan seorang perempuan sebagai semacam suatu takaran untuk menentukan “layak/tidaknya” perempuan itu. What the he*# is that going here?
Teman-teman, sadar atau tidak, kita terlalu sering atau terlalu terburu-buru mengambil sikap untuk menjudge seorang perempuan atau menilainya hanya dari perihal keperawanannya, seolah-olah keperawanan menjadi satu-satunya cara kita melihat kehormatan perempuan itu.
Ketika dia tak lagi perawan, seakan she doesn’t deserve anything else, baik itu cinta, penghargaan, apalagi penghormatan. Padahal nyatanya, tidak semua perempuan kehilangan keperawanannya gegara “ditiduri” oleh laki-laki. (He*#, the word “ditiduri” sounds like girls and women are objects).
Sengaja! Untuk menampar wajah setiap kita yang selalu memandang perempuan hanya sebagai objek. Loe kira perempuan hanya bisa ditiduri atau dikang*@#*? He** you!. Kecelakaan misalnya, tak jarang membuat perempuan harus merelakan keperawanannya itu.
Our (great bulls*@#) society selalu menuntut atau mendikte bahwa perempuan yang masuk kategori “BAIK” adalah yang mampu menjaga keperawanannya dan mempersembahkannya kepada sang suami kelak. So, what do we get of our husband?
Pernahkah ada yang menuntut bahwa laki-laki juga harus perjaka sampai menikah? Wah. Wah. Wah. Nanti kitanya dituduh subversif, because they will tell us that “wajarlah kalau laki-laki nakal”.
Jadi mau sampai kapan kita memaklumi alias mewajarkan “kenakalan” laki-laki? Sedang jika pelakunya adalah perempuan, hal itu tidak bisa diklasifikasikan sebagai sebuah kenakalan biasa, itu penyimpangan. Maybe masuk kategori bahaya : KLB – Kenakalan Luar Biasa. Ckckck.
Perawan atau tidak, perempuan tetap punya kehormatan. Konyol sekali jika kita hanya mengagungkan isi celana sebagai parameter kesucian dan kehormatan seorang perempuan.
Bukankah penghormatan kepada sesama – tentu saja termasuk di dalamnya adalah perempuan – merupakan sesuatu yang bersifat natural? Bukan artifisial to? Bukan karena embel-embel lain semisal “ dia masih perawan, dia anak gadis pejabat, dia lulusan S3 universitas luar negeri, dia istri kepala sekolah” or other blab la bla..
Kita tidak harus memandang “embel-embel” yang melekat dalam diri seorang perempuan untuk melegalkan kemunafikan kita dalam menghormatinya. Tidak perlu, kawan! Setiap perempuan, siapa pun dia : dia yang tetap perawan hingga pernikahan, dia yang menyerahkan kegadisannya kepada lelaki yang dicintainya sebelum ikatan perkawinan.
Ada yang terpaksa menanggalkan keperawanan di bawah rinai hujan, dia yang harus menjadi tak perawan lantaran jatuh dari sepeda, dia yang menjajakan seks, dia-dia lain yang karena pilihan-pilihan sadarnya, mesti menghadapi hidup dengan tegar-tegarnya – semua mereka layak dihormati!!
Girls, people don’t have to look you down just because you are no longer a virgin. As Eleanor Roosevelt said, “No one will make you feel inferior, without your consent”.
Yukkkkkkkkkk bergabung bersama saya dan jutaan perempuan di seluruh dunia dalam kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan.
Buat teman-teman di Kupang, yuk ikutan aksi bersama Lowewini dan Kak Linda Tagie. Saatnya kita #gerakbersama menuju #kupangbergerak demi #hentikankekerasanpadaperempuan karena pada dasarnya #katongsetara dan #lusondesendiri di sini #betajuga
(Catatan Redaksi: Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Setiap tahunnya, kegiatan ini berlangsung dari tanggal 25 November yang merupakan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan hingga tanggal 10 Desember yang merupakan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional)
(Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Cendana – Kupang)
[…] Baca Juga: 16 Hari Tanpa Kekerasan Pada Perempuan […]
[…] Baca Juga: 16 Hari Tanpa Kekerasan Pada Perempuan […]
[…] Baca Juga: 16 Hari Tanpa Kekerasan Pada Perempuan […]
[…] Baca Juga: 16 Hari Tanpa Kekerasan Pada Perempuan […]
[…] 16 Hari Tanpa Kekerasan Pada Perempuan […]
[…] Ayo Baca Juga: 16 Hari Tanpa Kekerasan Pada Perempuan […]