Kenapa Sampah Tidak di Bakar Saja?

Lingkungan Hidup
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Dalam kehidupan sehari-hari, setiap kita pasti tidak asing dengan sampah. Sampah merupakan materi yang tidak diinginkan, tidak terpakai, atau telah digunakan dan tidak memiliki nilai lagi bagi pemiliknya.

Sampah dapat berupa berbagai jenis, termasuk sampah organik (seperti sisa makanan), sampah anorganik (seperti plastik, kertas, atau logam), sampah berbahaya (seperti baterai atau limbah kimia), dan lain sebagainya.

Sampah dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk rumah tangga, industri, komersial, atau institusi.

Biasanyanya yang sering kita jumpai di lingkungan sekitar kita adalah sampah yang dihasilkan dari rumah tangga. Sampah yang berasal dari rumah tangga itu seperti, sisa-sisa makanan, kertas kresek, perabotan-perabotan yang tidak terpakai lagi, dan barang-barang lainya yang berkaitan dengan rumah tangga.

Baca Juga:

Program Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Di Kelurahan Pagedangan Kabupaten Tangerang

Terlepas dari hadirnya sampah tersebut, tanpa kita sadari sebenarnya sampah tersebut hadir karena dikehendaki oleh kita sendiri.

Sebenarnya tidak masalah bila kita memproduksi sampah, tapi yang perlu kita perhatikan adalah, apakah sampah yang kita hasilkan tersebut dapat dimanfaatkan kembali atau tidak.

Dikutip dari detik.com- berdasarkan jenisnya sampah diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah tipe sampah yang dapat secara alami terurai dengan mudah.

Ini berarti bahwa proses terurainya sampah organik bisa berlangsung tanpa campur tangan manusia.

Karena sifatnya yang mudah diuraikan, sampah organik dapat diurai oleh mikroorganisme atau bersifat biodegradable. Karenanya, sampah organik sering dimanfaatkan untuk membuat kompos atau pupuk organik cair.

Sedangkan sampah anorganik, di sisi lain, adalah jenis sampah yang tidak mudah terurai secara alami melalui proses alami. Ini berarti sampah anorganik tidak dapat terurai dengan cepat tanpa campur tangan manusia.

Dilansir dari tirto.id, sampah yang berbahan dasar plastik membutuhkan waktu sangat lama untuk terurai di lingkungan. Misalnya, barang-barang plastik dapat membutuhkan hingga 1000 tahun untuk terurai sepenuhnya di tanah, sementara kantong plastik bisa memakan waktu antara 10 hingga 1000 tahun.

Baca Juga:

Hari Pangan Sedunia : Kelaparan vs Sampah Makanan

Botol plastik pun memerlukan waktu sekitar 450 tahun untuk terurai di alam. Ini menjadikan plastik sebagai jenis sampah yang paling banyak memakan waktu untuk terurai secara alami.

Pada artikel ini fokus yang hendak disampaikan bukanlah tentang bagaimana pengolahan sampah untuk dimanfaatkan kembali, tapi ingin menyampaikan sebuah keprihatinan terhadap perilaku masyarakat.

Tanpa  disadari mereka memproduksi sampah plastik berlebihan, yang sebenarnya barang yang di hadirkan tersebut tidaklah memiliki manfaatnya apapun yang berkepanjangan baik bagi pribadi mereka, maupun untuk orang-orang disekitar mereka.

Yang saya maksud itu adalah, barang yang sebenarnya tidak terlalu penting dalam arti tidak memiliki nilai penunjang terhadap keberlangsungan hidup, tetapi dengan sadar kita tetap membeli dan menggunakannya.

Misalnya seperti kebiasaan kita membawa karangan bunga ketika melayat ke tempat duka, atau mencetak baliho ketika mengadakan acara-acara kecil seperti perayaan komuni, kampanye-kampanye partai, dan lainnya.

Baca Juga:

Budaya Malu Membuang Sampah Tidak pada Tempatnya Masih Minim di Kota Kabupaten Ketapang

Menurut saya sebenarnya kebiasan-kebiasan seperti itu harus dihilangkan, dan bisa di ganti dengan memberikan hal lainnya yang lebih memiliki nilai manfaat bagi keluarga duka, maupun kepada warga ketika melayat saat perkabungan ataupun kampanye.

Coba bayangkan ketika melayat ke rumah duka dengan membawa karangan bunga, yang kita sama-sama tahu bahwa pada akhirnya karangan bunga tersebut akan berakhir menjadi tumpukan sampah. Jika sampah-sampah tersebut terus dihasilkan, lalu bagaimana dampaknya.

Apalagi karangan bunga tersebut berbahan dasar plastik, seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa untuk penguraian sampah plastik secara alami kita membutuhkan waktu yang sangat-sangat lama.

‘’Kalau secara alami lama, tinggal dibakar saja’’, banyak dari kita pasti akan memilih opsi tersebut, ‘’yakni tinggal di bakar aja, kenapa harus repot-repot tunggu bertahun-tahun’’.

Pilihan dimusnahkan dengan membakar tidak jadi masalah, yang jadi masalahnya adalah dampaknya terhadap lingkungan.  Dikutip dari waste4change.com, berikut adalah beberapa konsekuensi berbahaya dari pembakaran sampah plastik:

Pertama: Asap yang Dihasilkan Mengandung Zat Beracun

Saat plastik dibakar, asap yang dihasilkan mengandung berbagai zat berbahaya. Plastik terdiri dari campuran bahan kimia yang dapat menghasilkan zat beracun ketika terbakar. Proses pembakaran plastik yang mengandung zat beracun dapat mencemari udara.

Baca Juga:

Mendorong Bank Sampah Sebagai Entitas Bisnis Skala BUMDes di Flores Timur

Menurut Departemen Sumber Daya Alam Wisconsin, udara yang tercemar akibat pembakaran sampah ini dapat mengandung residu yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan bisa masuk ke dalam rantai makanan.

Kedua: Ancaman Terhadap Kesehatan Manusia

Bahaya dari pembakaran sampah plastik juga berdampak pada kesehatan manusia dalam jangka panjang. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari University of Leeds bersama International Solid Waste Association dan organisasi lain menemukan bahwa emisi dari pembakaran sampah plastik dapat dikategorikan sebagai polutan organik persisten, karsinogenik, dan mutagenik.

Jenis polutan ini dapat menyebabkan gangguan reproduksi dan menurunkan kekebalan tubuh. Selain itu, pembakaran sampah plastik juga dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan serta meningkatkan risiko penyakit serius seperti gangguan pernapasan, penyakit jantung, dan kanker.

Ketiga: Residu dari Pembakaran

Selain masalah asap, pembakaran sampah plastik juga menghasilkan residu berupa abu dan jelaga. Residu ini dapat tersebar jauh oleh angin dan mengotori lingkungan sekitar. Abu dan jelaga juga dapat mencemari kendaraan, pakaian, serta menyebabkan korosi pada logam dan cat bangunan.

Baca Juga:

Mengurai Sampah; Mulai dari Rumah

Pencemaran lingkungan oleh residu ini juga dapat mengganggu kesuburan tanah dan kualitas air. Bahkan, tidak menutup kemungkinan bahwa residu ini dapat masuk ke dalam rantai makanan.

Keempat: Dioksin sebagai Ancaman Tambahan

Salah satu hasil pembakaran plastik adalah dioksin, yang mengandung klorin. Zat ini dapat menyebabkan masalah pernapasan bagi mereka yang menghirupnya.

Pembakaran plastik juga menghasilkan zat kimia berbahaya lainnya, seperti benzo(a)pyrene (BAP) dan polyaromatic hydrocarbon (PAH), yang telah terbukti berkontribusi pada risiko kanker.

Ada baiknya kita menggantikannya dengan memberikan uang, atau membelikan hal lainnya yang memiliki nilai manfaat bagi keluarga duka.

Atau sebaiknya kita mengganti karangan bunga plastik dengan tanaman hidup, jadi semisal ketika melayat kita bisa membawa tanaman hidup, ini akan lebih baik untuk pihak keluarga duka mereka bisa memanfaatkannya untuk dijadikan tanaman.

Baca Juga:

Mengukur Seberapa Kita Terdidik Dengan Sampah

Jika kita menerapkan tindakan seperti ini tidak hanya satu dampak positif yang dihasilkan tapi lebih banyak hal baru yang timbul.

Dari kebiasaan membawa tanaman hidup saat mengungkapkan dukacita, akan mendorong orang untuk membuka usaha tanaman hidup, dengan lebih banyak memproduksi tanaman hidup lingkungan kita akan lebih sehat dan kita bisa mengurangi sampah yang sebenarnya tidak seharusnya ada.

Foto dari detik.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of