Koda dan Integritas Ata Lamaholot

Kearifan Lokal
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Integritas bukan hanya mengenai sifat seseorang. Integritas juga mengenai mutu pribadi seseorang, yang menggambarkan keseluruhan, lengkap menjadi kesatuan yang utuh, sehingga memancarkan kewibawaan dan kejujuran.

Seseorang dikatakan yang memiliki integritas apabila setiap tindakannya, pikiran, perkataan dan perbuatannya selalu konsisten dengan nilai-nilai masyarakat, moralitas, etika, dan nilai-nilai universal.

Konsistensi dari pikiran, perkataan dan tingkah laku dari seseorang yang dikatakan memiliki integritas terhadap setiap nilai yang berlaku di masyarakat, entah dalam skala lokal maupun internasional berlangsung selama seseorang itu hidup. Dari bangun pagi hingga pagi lagi.

Baca Juga:

Menyelami Rahasia Inkarnasi Dalam Mitos Manusia Pertama di Lamaholot

Menilai integritas seseorang bukan sesuatu yang mudah. Sebab integritas seseorang adalah sesuatu yang bersifat personal. Integritas sejatinya tumbuh dari dalam diri, sama seperti kesadaran pribadi yang inside out, demikian juga integritas.

Ini bermakna, bahwa integritas adalah pilihan yang diambil seseorang secara sadar tanpa paksaan dari siapapun. Pilihan sadar ini, tidak ditujukan agar bisa dilihat, diketahui oleh orang lain.

Integritas tidak dapat diukur selain oleh diri sendiri. Bukan pakai ukuran orang lain, integritas adalah tanggung jawab setiap peribadi kepada nuraninya sendiri. Tidak terlihat namun dirasakan dan dialami oleh setiap orang yang ada di sekeliling kita.

Baca Juga:

Gunung, Perempuan dan Ata Diken Lamaholot

Bukan untuk dipamer, atau ditampilkan dari dalam galeri kaca, integritas itu seperti bayangan seseorang, yang walaupun dalam keadaan nir-cahaya, bayangannya tetap melekat erat, tak terpisahkan.

Integritas sejati tidak lagi berdasarkan waktu tertentu, atau sekali-sekali. Integritas adalah pilihan hidup setiap hari. Integritas adalah pilihan yang melampaui satuan waktu.

Jika Digiers membaca buku Everyday Greatnes terbitan Gramedia (Jakarta, 2007), ini merupakan salah satu buku favorit saya, bab mengenai integritas menjadi salah satu dari tema besar “Mulai dari Dalam”.

Baca Juga:

Menakar Kata ‘Lama’ dalam Etnologi Lamaholot

Dari halaman 149 hingga 177 dari buku ini, kita diantar untuk turut serta dalam pengalaman-pengalaman hidup dari mereka yang kisahnya diangkat dalam buku ini.

Bab mengenai Integritas, dalam buku ini, diawali oleh cerita “Tangkapan Paling Istimewah Seumur Hidup” oleh James P. Lenfesty.

Cerita tentang seorang anak yang menangkap ikan Bass di sebuah danau di Kota New Hampshire – Amerika Serikat. Anak berusia 11 tahun itu berhasil menangkap seekor ikan Bass ukuran besar, tepat jam 10 malam, dua jam sebelum musim penangkapan Ikan Bass dimulai.

Tak seorangpun melihat, hanya ayah dan anak saja, di tengah malam gulita. Si anak harus menelan kekecewaan, sebab sang ayah jelas dan tegas, memintanya melepas Ikan Bass hasil pancingannya, karena belum tiba waktunya musim penangkapan Ikan Bass.

Baca Juga:

Menguji Agama Koda Dengan Alienasi Feuerbach

Anak itu, tak pernah lagi menangkap Ikan Bass sebesar itu, seumur hidupnya, namun ia mendapat “tangkapan lain yang paling istimewah” seumur hidupnya.

Selisih “hanya” dua jam, di waktu malam gelap gulita, tak ada seorang pun yang tahu, selain ayah dan anak, namun itu tak cukup jadi alasan.

 Beberapa kali kesempatan, ketika bepergian tengah malam, kisah ini selalu menghantuiku disetiap lampu merah pada jam-jam tengah malam. Sepi, tanpa kendaraan lain, namun harus menunggu hingga lampu hijau menyala.

Integritas, seperti dikutip buku di atas dari Oprah Winfrey “Integritas sejati adalah melakukan hal yang benar, padahal tahu bahwa tidak akan ada seorangpun yang tahu apakah kita melakukannya atau tidak.”

Baca Juga:

Agama Koda : Pilar Utama Pembentuk Jatidiri Anak Adonara (Penutup)

Lantas, apa hubungan antara Integritas dengan Koda Ata Diken Lamaholot?

Dalam sebuah diskusi mengenai Budaya Lamaholot yang diselenggarakan oleh Masyarakat Lamaholot di Kupang belum lama ini, ada sebuah jawaban dari narasumber atas pertanyaan peserta diskusi yang memberi kesan mendalam bagi saya. Kesan itulah yang menginspirasi tulisan ini.

“Kehidupan Masyarakat Lamaholot dulunya seperti apa? Apa yang membuat Masyarakat Lamaholot ‘purba’ hidup ‘lebih baik’ dibandingkan kita saat ini? Kira-kira demikian pertanyaannya.

Narasumber yang dituju pertanyaan itu, memberi jawaban, yang menurut saya sangat elegan.  “Karena masyarakat Lamaholot dulu hidup selaras. Selaras apa yang dikatakan dengan apa yang diperbuat.” Kira-kira demikian jawaban dari narasumber.

Koda bagi Ata Diken Lamaholot adalah sari pati yang menuntun hidup setiap Ata Diken Lamaholot. Ungkapan “ Moripet di Koda, Matanet di Koda” memberi gambaran bahwa hidup dan matinya orang Lamaholot bergantung pada koda.

Baca Juga:

Ai Benga Olha dan Kritik Sosial

Dalam banyak kesempatan saya bilang, namun koda saja tidak cukup. Koda harus menjadi ‘daging dan tinggal diantara kita’.

Koda-Kirin bisa jadi hanya sekedar kata-kata sastra tingkat tinggi Ata Diken Lamaholot jika hanya diturunkan untuk didengar.

Koda Kirin menjadi “Kuat Kemuha” kalau “TitE tetE ta’aro, tapan holo’ro.” Koda jadi kekuatan maha dahsyat yang menopang peradaban tinggi Masyarakat Lamaholot jika Koda hadir dalam setiap tindakan: pemikiran, perkataan dan perbuatan Ata Diken Lamaholot.

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of