Eposdigi.com – Tulisan ini, walaupun tidak memadai, namun saya maksud sebagai tanggapan, bukan mengambil posisi untuk mempertanyakan, lebih sebagai sumbangan pemikiran, atas sebuah seminar yang diselenggarakan Keluarga Lamaholot di Kupang, belum lama ini.
Seminar pada Kamis (9 juni 2022) lalu, bertajuk “Jejak Sejarah dan Peradaban Ata Lamaholot” itu menghadirkan narasumber-narasumber yang memiliki latar belakang yang membuat saya begitu menyesal tidak mengikuti dari awal seminar tersebut.
Baca juga:
Karena tidak mengikuti dari awal seminar tersebut, maka tulisan inipun pasti jauh dari materi-materi yang dipaparkan para narasumber, apalagi mengingat bahwa para narasumber ini adalah akademisi kelas atas Lamaholot, maka tulisan inipun barangkali hanya meminjam latar seminar dimaksud.
Lebih dimaksud sebagai pendapat sendiri dengan meminjam tajuk diskusi tersebut sebagai dasar untuk melihat kekayaan Ata Diken Lamaholot.Saya menyadari bahwa sudut pandang yang mau dibidik tulisan ini pun hanyalah sudut pandang orang awam, dengan tanpa latar belakang studi budaya sama sekali.
Artinya bahwa tulisan ini tentu tidak dapat mewakili alam pemikiran atau situasi batiniah Ata Diken Lamaholot secara keseluruhan. Minimal ini situasi batin saya saat melihat ‘Peradaban Ata Lamaholot”.
Baca Juga:
Peradaban Ata Diken Lamaholot, dalam banyak mitologi, adalah peradaban yang dibangun di atas gunung atau berasal dari gunung. Setidaknya, mitologi asal-usul manusia di banyak tempat di Lamaholot adalah dari Ile – Gunung.
Bahwa penduduk pribumi penghuni pertama banyak daerah di Lamaholot adalah pemilik gunung. Ia tinggal di gunung, di ketinggian. Ia adalah penghuni sekaligus pemilik dan penguasa gunung.
Pada saat yang sama pemilik gunung, penghuni, penguasa dalam mitologi-mitologi itu adalah sosok Perempuan. Setidaknya sosok perempuan selalu menjadi pribadi sentral dalam mitologi-mitologi manusia pertama ata Lamaholot.
Baca Juga:
Sedo Lepan Ina di Gunung Boleng – Adonara, Peni Utan Lolon di Ile Ape – Lembata, Peni Masan Dai di Ile Seburi, Peni Muko Lolon di Lembata, Wato Wele di Ile Mandiri, dan lainnya adalah perempuan-perempuan yang membentuk peradaban Ata Lamaholot.
Tidak hanya sebagai Ibu yang melahirkan penduduk asli Lamaholot, perempuan dalam mitologi Ata Lamaholot lainnya pun memiliki peran sentral lain semisal Besi Pare Tonu Wujo, Bala Nogo, Tonu Uto Wata Wuyo Hadun Horet atau Sabu Peni.
Mitologi-mitologi yang dituturkan turun temurun, menurut saya adalah cara Ata Diken Lamaholot mengekspresikan nilai hasil oleh batin Ata Diken Lamaholot.
Baca Juga:
Dalam mitologi-mitologi tersebut, nilai-nilai (yang abstrak) disimbolkan lewat ekspresi-ekspresi yang dekat dengan kehidupan (konkrit), yang dapat dijangkau alat indra.
Bisa jadi, menurut saya, gunung dan perempuan dalam mitologi-mitologi tersebut adalah simbol dari nilai-nilai adiluhung milik peradaban awal masyarakat Lamaholot.
Gunung adalah lambang sesuatu yang besar, agung, dan sakral. Pada saat yang sama, gunung juga adalah sumber yang melahirkan kesejahteraaan.
Baca Juga:
Barangkali mitologi perempuan yang ‘melekat’ pada gunung dan juga sumber pangan dan mata air, adalah cara peradaban awal Lamaholot mengekspresikan penghormatan pada sumber-sumber yang menghidupi.
Sumber daya-sumber daya yang menopang keberlangsungan hidup manusia harus dijaga kelestariannya. Menjaga dan melestarikan sumber-sumber itu adalah menjaga dan melestarikan keberlangsungan hidup manusia sendiri.
Setiap anak adalah dekat dengan Ibunya. Dari rahim perempuan setiap anak manusia dikandung. Dari air susu ibu setiap anak manusia dibesarkan. Kedekatan dengan ibu sekaligus melahirkan penghormatan dan perlindungan kepada ibu.
Baca Juga:
Mahar Gading Gajah lambang “Harga Diri” Perempuan Lamaholot?
Gunung, pangan, dan air, adalah sumber-sumber kehidupan yang harus dijaga dan dilindungi. Sama seperti kita dekat dengan ibu yang melahirkan kita untuk dihormati dan dijaga.
Mitologi-mitologi tentang gunung dan perempuan adalah cara peradaban awal Ata Lamaholot untuk menjaga keselarasan dan harmoni antara manusia dengan manusia sekaligus antara manusia dengan alam semesta.
Tubuh gunung dan tubuh perempuan dalam suasana batin Ata Diken Lamaholot adalah sakral. Keduanya harus dijaga.
Foto Ilustrasi dari Pinterest
Leave a Reply