Bagian ketiga…
Eposdigi.com – Manusia adalah bagian yang tak terpisahkan dari alam semesta yang manunggal dengan ARWTE (TuhanYME), maka kita adalah salah satu wujud hidup dari Tuhan YME. Jika demikian maka tugas utama kita adalah menghadirkan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Hal ini bukan berarti mewujudkan jasmani Tuhan namun menghadirkan sifat-sifat Tuhan, terutama sifat Tuhan sebagai Tuhan Yang Maha Kasih dan Yang Maha Penyayang dalam hidup kita.
Jadi panggilan hidup kita sebagai manusia adalah menghadirkan cinta kasih kepada sesama manusia dan semesta alam berserta isinya dalam hidup kita sehari-hari di mana pun dan kapan pun kita berada.
Leluhur Lamaholot sudah meyakini sepenuhnya bahwa manusia adalah wujud hidup Tuhan YME dan dipanggil untuk menghadirkan cinta kasih Tuhan dalam hidupnya sehari-hari ini sehingga manusia disebutnya dalam bahasa Lamaholot dengan ‘atadiken’.
Dari segi etimologi, kata ‘Atadiken’ berasal dari kata “ata” yang artinya orang atau manusia dan diken artinya yang baik. Kata “ata” adalah turunan dari kata “Aten” yang artinya “hati – jantung”, yang secara biologis merupakan organ vital dari tubuh manusia dan secara spiritual hati adalah sumber rasa yang mempertimbangkan baik buruknya segalah sesuatu dalam hidup kita.
Baca Juga: Agama Koda : Pilar Utama Pembentuk Jati Diri Anak Adonara (Bagian pertama dari lima tulisan)
Sedangkan kata “diken” berasal dari kata ‘dike’ yang berarti ‘baik’; kemudian mendapat akhiran “n” menjadi “diken” artinya ‘yang baik itu melekat pada objek yang menyertai kata ini’. Jadi “Atadiken” artinya manusia yang baik hati – manusia yang berbudi luhur.
Lebih tepat ‘atadiken’ adalah makluk hidup yang berhati penuh cinta kasih.
Kita semua lahir sebagai ‘atadiken’ karena di dalam diri kita bersemayam roh kudus (roh Tuhan) yang merupkan wujud dari kemanunggalan Tuhan dengan ciptaanNYA. Hal ini berarti kita semua memiliki hati yang baik – hati penuh cinta kasih.
Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk tetap menjaga dan merawat kemurnian hati kita sebagai ‘atadiken’ yang ada pada kita sejak kita di dalam rahim ibu dengan menghadirkan kebaikan dalam kehidupan kita sehari-hari lewat tutur kata dan perbuatan kita.
Kemurnian hati kita sebagai ‘atadiken’ dijaga dan dirawat dengan selalu berbuat baik kepada sesama manusia dan kepada semesta alam beserta isinya yang lain. Kebaikan yang kita lakukan ini tidak lain dan tidak bukan sebagai wujud cinta kita kepada ARWTE (Tuhan YME).
Tentu tidak mudah menghadirkan cinta kasih ARWTE (Tuhan YME) setiap saat sebab cinta membutuhkan pengorbanan diri yang tak berakhir. Sebagaimana yang disampaikan oleh Padre Yoseph Muda bahwa cinta artinya memberi apa yang menjadi hak kita kepada orang lain – kepada yang kita cintai.
Baca Juga: Agama Koda : Alap’et Rera Wulan Tana Ekan – ARWTE
Jadi cinta selalu membutuhkan pengorbanan baik korban harta, korban rasa, korban waktu, korban tenaga serta korban pikiran. Semua pengorbanan ini demi kesejahteraan dan kebahagiaan orang (atau apa pun) yang kita cintai (Ata Lamaholot dalam sorotan Budaya Dunia, 2016).
Apa yang disampaikan oleh Padre Yoseph Muda ini sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah mandarah-daging dalam diri ata Lamaholot yaitu dalam wujud “gelekat lewotana”.
Dari penjelasan di atas terpahami bahwa kata ‘atadiken’ tidak hanya sekedar untuk menyebut manusia tetapi lebih dari itu ‘atadiken’ merupakan suatu konsep hidup – suatu pandangan hidup -suatu cara hidup (way of life) yang ada dalam diri ata Lamaholot.
Dengan demikian ‘atadiken’ adalah inti sari atau sari pati dari ajaran agama Koda. Ketika kita melihat ‘atadiken’ atau mengucapkan kata ‘atadiken’ kita diajak untuk menyadari kemanunggalan diri kita dengan ARWTE dan menyelami kebesaran cinta kasih ARWTE (Tuhan YME) terhadap ciptaanNYA. Bersambung….
[…] Baca Juga: Agama Koda: Way of life Atadiken Adonara […]
[…] Baca Juga: Agama Koda: Way of life Atadiken Adonara […]
[…] Baca Juga: Agama Koda: Way of life Atadiken Adonara […]
[…] Baca Juga: Agama Koda: Way of life Atadiken Adonara […]
[…] Baca juga: Agama Koda: Way Of Life Atadiken Adonara […]
[…] Baca juga: Agama Koda: Way Of Life Atadiken Adonara […]