Agama Koda : Gelekat Lewotana

Kearifan Lokal
Sebarkan Artikel Ini:

Bagian keempat dari lima tulisan…

Eposdigi.com – Gelekat Lewotanah adalah cara kita mewujudkan dirinya sebagai ‘atadiken’ dalam hidup dan kehidupan kita sehari-hari sebab dengan demikian kita menghidup-nyatakan cinta kasih ARWTE di muka bumi ini.

Di sini perlu dipahami bahwa Lewotana tidak sekedar sebuah wilayah di mana ada rumah dan bangunan lain yang dihuni manusia.

Akan tetapi Lewotana adalah tempat hidup dan kehidupan manusia yang meliputi wilayah hunian, wilayah pencarian nafkah (tanah, ladang hutan, air dan laut), wilayah naungan ( matahari, bulan, bintang, awan dan kabut, udara dll), wilayah topangan (tanah, bebatuan, logam, magna dll).

Baca Juga: Agama Koda: Way of life Atadiken Adonara

Lewotana juga adalah tatanan sosial (nulu walen, usu asa, gelekat, kaka ari’n opu alap, nuba pulo nara lema, suku wungun dll).

Lewotanah juga merupakan sistem kepercayaan ( ARWTE, koda kirin, nuba nara, koke bale epu orin, ku’at kemuha – kike’et kwa’at, dll) yang ada dalam sebuah maysarakat di wilayah tertentu di tanah Lamaholot.

Semuanya ini adalah komponen pembentuk Lewotana yang melebur menjadi satu kesatuan yang utuh ‘puin ra’an to’u – ga’han ra’an ehan’ dalam satu ikatan suci. Inilah roh Lewotana yang sebenar-benarnya dan roh ini bersumber dari roh Tuhan (ARWTE).

Dari ini jelas terpahami bahwa Lewotana adalah semesta alam mini yang mewujudkan kehadiran ARWTE dalam kehidupan kita sehari-hari.

LEWOTANA yang adalah miniatur semesta alam ini biasanya dibangun atas kesepakatan bersama lewat ‘uku’u koda – gahin kiri’ (musayawara mufakat) untuk melahirkan ‘koda’ yang menjadi dasar bangunan Lewotana tersebut.

Baca Juga: Agama Koda : Alap’et Rera Wulan Tana Ekan – ARWTE

Selain itu wilayah bangunan Lewotana biasanya menyerupahi manusia baik dari segi jasmani maupun dari segi rohani. Di sebuah Lewotana biasanya terdapat ‘lewo kote’en’ (kepala dari kampung), ‘lewo le’in’ (kaki dari kampung), ‘lewo lima’an wana’an dan ‘lewo lima’an neki’in’ (tangan kanan dan tangan kiri dari kampung) yang masing-masing dilengkapi degan ‘nuba nara – epu orin’.

Bagian-bagian dari Lewotana ini secara jasmani (fisik) maupun rohani menyatu dengan ‘lewo tuk’an’ (pusat dari kampung/jantungnya kampung) yang dikenal dengan ‘koke bale epu orin – nuba nara – naman – lewo tuk’an’.

Sebagaimana manusia, anggota tubuh Lewotana juga memiliki peran masing-masing namun semuanya melalui restu ‘koke bale epu orin – nuba naman tukan’ agar selalu terjalin kerja sama yang baik dalam segalah hal, terutama dalam “hide dane’ek – gute gelekat lewotana” (menjaga, merawat dan membangun Lewotana).

Di pusat Lewotana ini didirikan ‘koke bale – epu orin’ tempat di mana “nuba pulo nara lema – kakan pulo arin lema – suku pulo lewo lema” menghaturkan syujud syukur kehadirat ARWTE. Di depan‘koke bale – epu orin’ terdapat ‘nuba-nara’ (batu suci) yaitu batu tempat bersemayam ikrar suci anak Lewotana dengan ARWTE.

Ikrar suci ini dilakukan pada waktu ‘mula nuba-ada nara’ (peletakan batu kramat) lewat doa dalam ritual baulolon yang disampaikan oleh ‘kebelen Lewotana, lewotanah alap’en, suku mehene’ (para pemimpin Lewotana) atas nama ‘nuba pulo – nara lema (orang-orang) yang akan mendiami Lewotana tersebut.

Baca JugaAgama Koda : Pilar Utama Pembentuk Jati Diri Anak Adonara (Bagian pertama dari lima tulisan)

Koda yang diucapkan dalam ritual ini sungguh-sungguh lahir dari hati sanubari yaitu “koda tawan lali one’ket gere – kirin nubu’un weli yohne’ket pai” supaya direstui oleh ARWTE dan menjadi ‘ikatan sakral antara manusia dan semesta alam dengan ARWTE.

Koda ini tersimpan dalam batu ‘nuba nara’(batu kramat) supaya ikatan sakral itu abadi adanya, yaitu tak dapat ditambah atau dikurangi oleh siapa pun dan apa pun sampai ‘nuan tutu – musi’in labot’ (sampai akhir zaman).

Menurut Pastor Stefanus Kopong Keda, SVD; koda yang tersimpan dalam ‘nuba nara’ ini adalah sumber dari segala koda yang dimilki Lewotana. Koda ini merupakan roh kehidupan – yang menyatu dalam diri manusia bukan hanya menjadi darah dan daging manusia, tetapi yang paling utama dan terutama  adalah menjadi roh penuntun jiwa dan raga manusia dalam mengenal asal muasal kehidupannya dan menjadi pedoman  manusia untuk kembali ke asalnya yaitu Lewotana muren (surga).

Karena itu “nuba nara” tempat bersemayamnya ‘ikatan Sakral” antara surga dan bumi  ini sering diartikan sebagai manusia  sebagaimana terselusuri dalam ungkapan ‘nuba pulo – nara lema’ (umat manusia).  Jadi  ‘nuba nara’  dapat diartikan sebagai umat manusia  yang menghuni Lewotana – tanah tumpah darah tercinta (Tulisan Stefanus Kopong Keda, SVD yang tidak dipublikasi). Bersambung…

Sebarkan Artikel Ini:

4
Leave a Reply

avatar
4 Discussion threads
0 Thread replies
0 Pengikut
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
0 Comment authors
Recent comment authors
  Subscribe  
newest oldest most voted
Notify of
trackback

[…] Baca Juga: Agama Koda : Gelekat Lewotana […]

trackback

[…] Baca Juga: Agama Koda : Gelekat Lewotana […]

trackback

[…] Baca Juga: Agama Koda : Gelekat Lewotana […]

trackback

[…] Baca juga: Agama Koda : Gelekat Lewotana […]