Membangun Kedaulatan Pangan: Tak Ada Kedaulatan Pangan Tanpa Kedaulatan Petani

Ketahanan Pangan
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Dalam konteks dan latar belakang persoalan dalam tulisan sebelum ini, apa yang bisa dilakukan untuk membangun dan mempertahankan kedaulatan pangan di Adonara? Beberapa gagasan praktis ini bisa dicermati:

Kolaborasi membangun dan memperkuat soliditas organisasi petani

Kita butuh kelompk tani sebagai role model, sebagai petani penggerak melalui contoh konkret. Kelompok petani penggerak dan menjadi role model tersebut hanya bisa didapat melalui kolabotasi multi-stakehoders.

Baca Juga: Hari Tani Nasional; Apakah Petani berdaulat atas lahan dan benih?

Di sana ada kolaborasi antara kelompok pemikir, praktisi pertanian, dan penyandang dana. Idealnya ada unsur keempat, yaitu pemerintah dan/atau lembaga agama yang memayungi, mendukung, dan melindungi embrio gerakan membangun kelompok-kelompok tani penggerak yang mandiri.

Jika gagasan kolaborasi multi-stakeholders di atas didudukan dalam kerangka besar konsep dan arah pendidikan sumberdaya manusia abad 21, maka, meminjam konsep the 4Cs dalam konsep pendikan untuk abad 21, konsep dan kerangka kolaborasi multi-stakehonders tersebut apat dipetakan sebagai berikut: 

Critical thinking: diperlukan dukungan kelompok pemikir (terutama dari dunia akademik) untuk membangun sikap sikap kritis para petani dalam menghadapi era disrupsi ekonomi global;

Creativity: introduksi gagasan, contoh, dan model pertanian inovatif untuk menyiasati berbagai keterbatasan alamiah seperti lahan pertanian yang terbatas dan keras, berbatu, minim air dan curah hujan, rentan terhadap hama penyakit. cuaca yang tidak menentu, dan seterusnya.

Baca Juga: Krisis Pangan Mengintai di balik Punggung Corona

Mahasiswa Adonara yang belajar di Jawa, Bali atau Sulawesi, misanya, bisa mengintip (sambil belajar sungguh-sungguh) model-model pertanian,peternakan dan perikanan alternatif yang kreatif, juga industri kerajinan – semua yang bisa diadopsi dan diterapkan di Adonara dengan teknologi minimal, murah dan meriah.

Collaboration: kelompok-kelompok petani perlu bekerjasama dengan para pemikir, pelaku pertanian, dan pemilik modal (bank);

Communication: mengembangkan kemampuan komunikasi dalam dan untuk menjual gagasan dan pemasaran produk pertanian melalui berbagai platform media sosial.

Kuasai teknologi pertanian, manajemen produksi, pemasasan dan teknologi pengolahan pangan

Tanpa transformasi teknologi bertani, pembenahan manajemen produksi dan pemasaran serta teknologi pengolahan pangan – kita hanya mengulangi apa yang sudah pernah dilakukan nenek-moyang kita. Teknologi pertanian kita tertahan di fase pertanian subsisten.

Baca Juga: Negara-Negara ini Punya Teknologi Maju di Bidang Pertanian, Bagaimana Dengan Indonesia?

Teknologi pengoalahan pangan kita juga masih merupakan warisan nenek moyang, nyaris tanpa sentuhan teknologi.

Kalau pun ada sentuhan, itu adalah kegiatan ibu-ibu PKK atau posyandu – belum merambat menjadi kebiasaan penggunaan teknologi olah pangan meningkatkan gizi dalam kehidupan sehari-hari di dapur rumah kita masing-masing.

Masalah manajemen produksi dan pemasaran perlu mendapat sentuhan serius, seperti kemampuan membuat logical frame analysis, strategic planning, menyusun business plan dan lainnya.

Tanpa kolaborasi multi-stakeholders terutama dengan mereka yang memiliki kompetensi di bidang-bidang ini, petani kita hanya sibuk-sibuk di tempat tanpa kemajuan berarti dan rentan menjadi mangsa sistem ekonomi neoliberal.

Kuasai dan penuhi pasar lokal dengan produk lokal

Suka atau tidak suka, pasar lokal kita -dalam pengertian sempit dan luas- sudah menjadi perwakilan atau cabang korporasi kapitalis neoliberal.

Baca Juga: Ada “Penjajah” di Pasar Mirek

Kios-kios pasar di kampung yang dibangun pemerintah nyaris seluruhnya dikuasai pedagang dari luar yang – tentu saja – menjual produk dari luar. Masyarakat petani kita ditargetkan sebagai pembeli.

Semakin tinggi daya beli orang kampung, semakin besar profit bisnis kapitalis. Masyarakat kita hanya mampu merapat gelar jualan seadanya di emperan bangunan pasar. Kondisi ini harus dibalik.

Lakukan analisis pasar, identifikasi jenis produk pangan apa saja yang dibutuhkan masyarakat dan produk-produk tersebut sesungguhnya bisa disediakan oleh kelompok-kelompok tani kita tetapi sejauh ini masih ‘diimpor” dari luar, bahkan dari pulau Jawa.

Telur ayam dan sayur wortel dari Surabaya untuk mengisi pasar di kampung-kampung kita adalah suatu bentuk penghinaan!

Demikian pula, kalau saja para perajin penjahit pakaian yang tersebar di kampung-kampung bisa berkolaborasi, mereka bisa menghentikan impor pakaian seragam sekolah dari pasar Solo, Yogyakarta atau Tanah Abang Jakarta.

Biasakan penggunaan produk –pangan- lokal

Kedaulatan petani dan kedaulatan pangan di Adonara tidak tercapai karena pernah diseminarkan oleh Epu Oring Adonara secara internasional melalui platform Zoom.

Perlu ada proses edukasi konsumen untuk mencintai dan menggunakan (produk) pangan lokal.

Baca Juga: Pangan Lokal menjadi ‘New Normal’ di tengah Pandemi

Aspek edukasi terdengar simpel tetapi justru paling susah dijalankan. Siapa harus mengedukasi siapa? Dengan cara apa? Berapa lama? Apakah orang mau diajak belajar (lawan dari dipaksa belajar) bersama?

Seperti kata beberapa penanggap dalam diskusi ini: kita perlu kolaboasi pada level tindakan konkret. Seperti apa contohnya?

Pertama; Komunitas Epu Oring Adonara yang berada di berbagai kota di Indonesia bisa melakukan bincang-bincang brain storming sederhana dalam lingkungan komunitas masing-masing tentang tema kedaulatan pangan di Adonara;

Kedua: Naikkan level brain storming itu menjadi materi  diskusi terpilah, terstrukrur dan spesifik menurut tema pada level kota besar dan/atau antar kota besar terdekat;

Selanjutnya, Ketiga: Naikkan gagasan-gagasan rencana tindak lanjut ke level komunitas plenum Epu Oring Adonara;

Empat: Buat agenda tahunan untuk diskusi dan menyusun rencana aksi terfokus tentang Adonara;

Dan Lima: Tentukan satu waktu sebagai “Pekan Studi Adonara” pada satu titik kegiatan di  pulau Adonara. Bentuk OC & SC untuk melakukan berbagai persiapan serius.

Enam; Hasil Pekan Studi Adonara hendaklah berupa contoh konkret perubahan yang bisa dilihat, didokumentasikan, dan dijadikan model pembelajaran (replikasi dan multipilkasi) bagi masyarakat di Adonara and beyond.

Foto: igj.co.id

Sebarkan Artikel Ini:

2
Leave a Reply

avatar
2 Discussion threads
0 Thread replies
0 Pengikut
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
0 Comment authors
Recent comment authors
  Subscribe  
newest oldest most voted
Notify of
trackback

[…] Baca juga: Membangun Kedaulatan Pangan: Tak Ada Kedaulatan Pangan Tanpa Kedaulatan Petani […]

trackback

[…] Baca Juga: Membangun Kedaulatan Pangan: Tak Ada Kedaulatan Pangan Tanpa Kedaulatan Petani […]