Deep Learning Harusnya Menjadi Wilayah Domain Guru Bukan Domain Menteri Pendidikan

Nasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Direktur Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Guru, Kementerian Pendidikan dasar dan Menengah, Nunuk Suryani menargetkan, tahun 2028 Deep Learning sudah harus diterapkan pada semua sekolah di Indonesia untuk pembelajaran mendalam bagi semua peserta didik.

Sebelumnya, deep learning, diperkenalkan oleh Menteri Pendidikan dasar dan Menengah Abdul Mu’ti sebagai pendekatan pembelajaran untuk membantu peserta didik belajar secara mendalam agar peserta didik lebih memahami topik yang dipelajari di kelas.

Jadi deep learning dan pembelajaran mendalam adalah dua hal yang berbeda. Di lapangan terjadi kesalah pahaman yang perlu segera diluruskan. Tulisan ini mencoba meluruskan salah kaprah tersebut. Berikut uraiannya.

Baca Juga:

Deep Learning: Tren Pendidikan yang Menghidupkan Esensi Kurikulum Merdeka

Memahami deep learning 

Deep learning adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menguasai topik tertentu secara mendalam. Oleh karena itu ada tiga elemen penting dari pendekatan deep learning yang secara bertahap harus diupayakan oleh guru.

Elemen pertama yang harus diupayakan guru adalah meaningful learning. Pada elemen ini guru harus membantu peserta didik memaknai topik yang dipelajari dengan mengaitkan konsep baru dan konsep yang sudah dipelajari sebelumnya.

Elemen penting berikutnya yang perlu diupayakan guru adalah mindful learning. Pada elemen ini peserta didik diajak untuk sadar menjalani proses belajar dan menjadi agen pembelajaran yang aktif dan bertanggung jawab atas proses belajar yang sedang dijalani.

Baca Juga:

Meragukan Deep Learning Pak Menteri

Elemen penting yang terakhir adalah joyful learning. Pada elemen ini guru berupaya menciptakan suasana belajar yang positif agar peserta didik dapat menikmati semua proses pembelajaran.

Dengan mengupayakan tiga elemen pendekatan deep learning ini, proses belajar diharapkan membantu peserta didik memahami konsep secara mendalam yang menjadi landasan  penguasaan kompetensi yang dipelajari.

Selain itu, terjadi peningkatan kemampuan analisis data dan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah secara kreatif dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah.

Dari uraian di atas nampak bawa deep learning dan pembelajaran mendalam adalah dua hal yang berbeda. Deep learning adalah pendekatan pembelajaran, sama seperti pendekatan pembelajaran lain yang sudah dikenal sebelumnya seperti cara belajar siswa aktif, atau pendekatan konstruktivisme.

Baca Juga:

Pendidikan Bukan Lomba Cepat-Cepatan

Sedangkan pembelajaran mendalam adalah  tujuan dari semua proses belajar, dari semua penerapan pendekatan pembelajaran yang akan memberi sumbangan pada upaya mewujudkan tujuan kurikulum, bahkan pada semua kurikulum yang pernah berlaku di negeri ini.

Menempatkan deep learning pada tempatnya

Sebagai pendekatan pembelajaran, posisi deep learning sebetulnya sangat mikro. Deep learning adalah bagian yang sangat kecil dari semua upaya untuk mewujudkan semua tujuan besar dari kurikulum sekolah yang seharusnya menjadi domain guru, bukan domain seorang menteri pendidikan.

Sebagai pendekatan pembelajaran, deep learning harusnya hanya  menjadi salah satu pilihan pendekatan pembelajaran di tangan guru untuk mewujudkan tujuan kurikulum. Bukan satu-satunya pendekatan pembelajaran di tangan guru.

Baca Juga:

Tiga Alasan Pembelajaran Mendalam Tidak Layak Diterapkan

Misalnya, untuk mencapai tujuan pendidikan A, guru perlu menggunakan pendekatan deep learning tapi untuk tujuan pendidikan B guru perlu menggunakan pendekatan konstruktivisme, sesuai dengan karakter tujuan pembelajaran, topik dan subyek yang dipelajari.

Oleh karena itu, deep learning perlu diletakkan pada tempatnya, sebagai sesuatu yang mikro dalam jajaran kebijakan pendidikan. Oleh karena itu, sebetulnya tidak diperlukan proses diseminasi yang rumit. Jika diperlukan, proses diseminasi lebih pada upaya mengusahakan pembelajaran yang mendalamnya dan bukan pada deep learning-nya.

Sehingga pendekatan yang dipelajari bukan hanya deep learning, melainkan juga pendekatan pembelajaran lainnya yang bermanfaat untuk mewujudkan pembelajaran mendalam. Sehingga guru menguasai banyak alat, yang siap mereka gunakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di lapangan.

Baca Juga:

Usul Mengenai Kurikulum Sekolah Rakyat dan Bagaimana Implementasi Real Kurikulumnya

Dengan proses diseminasi sekarang, seolah-olah satu-satunya pendekatan yang berlaku di kelas dalam proses belajar mengajar hanya pendekatan pembelajaran deep learning. Ini salah kaprah yang perlu menjadi perhatian tim diseminasi, dalam proses diseminasi.

Tulisan ii sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tyangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto ilustrasi dari inca.ac.id

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of