Eposdigi.com – Sedikit jauh ke belakang, pada sebuah peristiwa tahun 2017 silam. Kala itu ketika pasangan gubernur dan wakil gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama – Ahok- dan Djarot Saiful Hidayat – Djarot yang akan mengakhiri masa jabatannya mendapat kiriman karangan bunga tanda dukungan dengan jumlah yang fantastis.
Bisnis.com misalnya, mencatat ada lebih dari 8000 karangan bunga yang dikirim untuk Ahok – Djarot.
Kala itu, Chandra Kirana, Sekjen KPPJ mengatakan bahwa kiriman karangan bunga itu adalah yang terbanyak di dunia yang diberikan kepada pejabat yang mengakhiri masa jabatannya (bisnis.com,08/05/2017).
Media tersebut dalam tulisannya bahkan menyebutkan bahwa, karangan bunga sebanyak itu bahkan menyaingi kiriman bunga ketika Lady Diana di Inggris meninggal dunia tahun 1997 silam.
Baca Juga:
Kala itu lebih dari 60 juta bunga dikirim ke pelataran Istana Buckingham dan Kensington sebagai ungkapan duka cita atas meninggalnya sang putri. Bandingkan dengan jumlah penduduk Inggris Raya kala itu yang hanya sekitar 47 juta jiwa.
Menjadi pemandangan biasa bagi kita semua ketika melihat karangan bunga yang berderet-deret ketika ada acara-acara penting. Entah ucapan turut berbagi kebahagiaan, atau pun tanda duka cita.
Momen-momen bahagia seperti pernikahan, pembukaan usaha baru, pelantikan pejabat biasanya juga dipenuhi oleh karangan bunga tanda ucapan selamat. Pada momen-momen seperti ini, baik suka maupun duka, para pengirim karangan bunga biasanya juga menyertakan identitasnya sebagai pengirim.
Karena itu banyak perusahaan bahkan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk iklan model ini. Tentu rejeki besar bagi para penjual karangan bunga ini.
Baca Juga:
Lestarikan Pantai Ina Burak Adonara Berbagai Komunitas Lakukan Aksi Bersihkan Sampah
Namun dibalik ucapan selamat atau tanda duka ini, ada hal lain yang menjadi efek sampingnya adalah sampah dari karangan-karangan bunga ini. Ketika bunga hidup mahal, biasanya para penjual bunga menggunakan bunga artifisial yang tentu saja anorganik untuk membuat karangan bunga.
Belum lagi soal styrofoam yang digunakan sebagai papan rangkaian. Isu lingkungan seperti ini kadang diabaikan oleh banyak pihak.
Mungkin karena mempertimbangkan isu lingkungan ini, banyak media kemudian menawarkan karangan bunga dalam bentuk digital yang ditayangkan pada momen-momen penting itu. Ada nilai bisnis. Ada nilai promosinya juga.
Nilai bisnis bagi penyedia jasa. Mungkin agak vulgar menyebutnya, namun mereka yang memesan layanan jasa digital ini menginginkan identitasnya di tayangkan. Penyedia jasa mendapat bayaran dengan menayangkan iklan dari pemesan dalam bentuk karangan bunga. Digital maupun bukan.
Baca Juga:
Ada Fenomena yang menarik terkait ini. Banyak pejabat daerah yang baru-baru ini dilantik justru menghimbau agar siapa saja yang memberi ucapan selamat, alih-alih menggunakan karangan bunga, sebaiknya menggantinya dengan tanaman hidup.
Beberapa daerah seperti Kota Bekasi, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Ponorogo, Kota Mataram, Sidoarjo- Surabaya dan banyak daerah lainnya di Indonesia lebih memilih mendapatkan tanaman hidup daripada karangan bunga.
Tanaman hidup yang diberikan ini, juga disertakan dengan identitas pengirim karena itu tentunya menjadi semacam media publikasi atau iklan yang efektif.
Namun jika karangan bunga yang harganya ratusan ribu hingga jutaan itu hanya bertahan dua sampai tiga hari kemudian menjadi sampah, maka pilihan yang lebih bijak tentu saja menggantikannya dengan tanaman hidup.
Baca Juga:
Tentu ini merupakan berkah bagi para petani, sekaligus berkah bagi bumi. Dan tentu saja bagi mereka yang ‘memasang iklan’ dengan cara ini tentu akan diingat selama tanaman tersebut masih hidup, bisa saja hingga ratusan tahun. Cara sederhana namun tentu saja efeknya luar biasa.
Foto dari suarakumandang.com
Leave a Reply