Eposdigi.com – Pesawat Boeing 787 terbang dari Kota London di Benua Eropa ke Kota New York di Amerika tanpa menggunakan bahan bakar fosil Avtur. Pesawat dari maskapai Virgin Atlantic ini menempuh jarak sejauh 5.569 KM jauhnya dengan bahan bakar hijau,
Dilaporkan oleh ILF Science seperti dikutip cnbcindonesia.com, bahwa pesawat yang terbang pada 17.11.2023 itu adalah pesawat pertama yang terbang tanpa menggunakan BBM fosil. Penerbangan ini dimaksudkan sebagai promosi keandalan bahan bakar alternatif yang berkelanjutan atau energi baru terbarukan (EBT).
Diketahui bahwa saat ini industri penerbangan menjadi penyumbang pencemaran di udara di seluruh dunia sebanyak 2 hingga 3 persen. Karena itu berbagai upaya terus dilakukan untuk menekan pencemaran udara dari industri penerbangan.
Benar saja. Berdasarkan data yang dilansir oleh financeonline.com bahwa pada tahun 2020 sebelum Covid-19 merebak, tercatat terdapat 40,3 juta penerbangan terjadi di seluruh dunia Berbagai pembatasan saat Covid-19 membuat volume penerbangan turun signifikan.
Baca Juga:
Pada tahun 2022 kemarin, terdapat 22,2 juta penerbangan, dengan menggunakan berbagai jenis dan ukuran pesawat di seluruh dunia. Angka ini tentu dapat memberi kita gambaran berapa emisi karbon yang disumbangkan oleh industri penerbangan.
Cuaca ekstrim dan berbagai anomali yang yang menyertainya dampak dari pemanasan global, mendorong banyak kalangan untuk mencari, menemukan berbagai alternatif untuk mengganti bahan bakar minyak dari fosil.
Dalam penerbangan yang kami kemukakan diatas Virgin Atlantic menggunakan bahan bakar berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuels (SAF) yang merupakan campuran antara hydroprocessed esters and fatty acids (HEFA) dengan synthetic aromatic kerosene (SAK) komposisi keduanya adalah 88 dan 12 persen.
Walaupun masih menghasilkan gas buang yang mencemari udara, kombinasi HEFA dengan SAK ini disinyalir dapat mengurangi pencemaran udara global sebanyak 70 persen apabila dibandingkan dengan pesawat jet lain yang menggunakan bahan bakar dari fosil.
Baca Juga:
Saat ini Sustainable Aviation Fuels atau SAF sudah banyak digunakan sebagai campuran BBM. Barangkali sama dengan BBM B40 yang merupakan campuran antara 40 persen minyak sawit dengan BBM fosil yang ada di Indonesia saat ini.
Saat ini SAF masih sekitar 0,1 persen digunakan dalam penerbangan dari total bahan bakar jet. Hal ini diakibatkan oleh karena saat ini SAF masih terbilang mahal.
Walaupun saat ini masih banyak aktivis lingkungan yang menganggap bahwa SAF bukan menjadi solusi mengurangi pencemaran udara dari industri penerbangan. Mereka beranggapan bahwa pengurangan volume penerbanganlah menjadi upaya terbaik pengurangan emisi gas rumah kaca.
Namun SAF adalah alternatif energi hijau yang harus dikembangkan secara serius sebagai pengganti bahan bakar minyak dari fosil yang tidak sustainable. Beberapa waktu lalu di media ini kami menulis tentang upaya pemerintah menggunakan minyak kelapa sebagai bahan pengganti avtur. Kita berharap bahwa penelitian ke arah sana dan pengembangan produk pengganti avtur dari minyak kelapa ini serius dilakukan.
Baca Juga:
Tantangan Kedaulatan Energi, Belajar dari Krisis Rusia – Ukraina
SAF dari campuran antara hydroprocessed esters and fatty acids (HEFA) dengan synthetic aromatic kerosene (SAK) seperti yang diwartakan cnbcindonesia.com ini, terutama synthetic aromatic kerosene (SAK) merupakan bahan yang dihasilkan dari olahan limbah jagung.
Dengan demikian maka apabila kita serius mengembangkan SAF maka dalam konteks Flores Timur seharusnya kita sangat memungkinkan, sebab jagung dan kelapa adalah komoditi yang sudah mendarah daging dalam kehidupan kita sehari-hari.
Batasannya adalah apakah kita mau melakukan penelitian dan pengembangan ke arah sana? Jika mau pasti ada jalan.
Foto dari kompas.com
Leave a Reply