Eposdigi.com – Kessler Syndrome bukan barang baru. Pada 48 tahun lalu, mantan Ilmuwan NASA Donald Kasseler dan Burton Cour-Palais memunculkan istilah ini dalam sebuah makalah dengan judul Collision Frequency of Artificial Satellites : The Creation of a Debris Belt.
Ketika orbit bumi dipenuhi oleh benda angkasa buatan manusia; satelit, roket, dan berbagai sampah luar angkasa lainnya sehingga memungkinkan terjadinya tabrakan antar benda-benda buatan manusia tersebut. Puing-puing akibat tabrakan ini akan membentuk sabuk yang mengelilingi bumi.
Donald Kasseler mengungkapkan bahwa tabrakan antara benda luar angkasa ini akan menghasilkan fragmen yang mengorbit yang masing-masing dari mereka berpotensi meningkatkan tabrakan lebih lanjut.
Puing-puing yang merupakan sampah luar angkasa, atau satelit-satelit aktif yang masih mengitari bumi bisa lebih banyak dibandingkan dengan meteorit alami yang mengitari bumi. Jelas ini akan mempengaruhi lintasan pesawat ruang angkasa di masa yang akan datang.
Baca juga:
Setelah Sputnik 1 diluncurkan ke luar angkasa oleh Uni Soviet pada tahun 1957, jumlah satelit yang kini mengorbiti bumi meningkat begitu signifikan. Pada tahun 1990 “hanya” ada 464 satelit aktif yang mengelilingi bumi.
Jumlah ini meningkat sedemikian tajam menjadi 3.368 satelit aktif yang mengelilingi bumi 10 tahun kemudian. Sayangnya satelit sejumlah 3.368 buah ini tidak sendirian di luar angkasa. Puing-puing satelit non aktif lainnya berjumlah hamper mencapai jumlah satelit aktif.
Ini juga belum cukup. Elon Musk bersama SpaceX miliknya berencana mengirim lagi 65.000 satelit Starlink ke orbit bumi. Ini belum termasuk satelit dari negara lain yang akan meluncur kedepannya.
Tidak untuk menakut-nakuti. Pada tahun 1996, puing-puing dari roket luar angkasa Ariane yang diluncurkan pada 1986 bertabrakan dengan satelit Cerise. Tabrakan tersebut menghasilkan puing-puing luar angkasa yang melayang di sekitar orbit bumi.
Baca juga:
Tahun 2006 lalu, sebuah satelit aktif kembali bertabrakan dengan satelit non aktif. Tabrakan tersebut terjadi dalam kecepatan 11,7 kilometer per detik. Tabrakan 2 satelit ini menghasilkan 2.300 pecahan puing yang kini berada pada orbit bumi.
Tabrakan-tabrakan ini membuat Badan Antariksa Eropa (ESA) memprediksi bahwa akan ada jutaan puing luar angkasa yang memenuhi orbit bumi. ESA memperkirakan bahwa akan ada 330 juta puing angkasa dengan lebar kurang dari 1 cm. Ukuran lebih besar dari 1 cm hingga 10 cm akan ada sekitar 1 juta puing dan yang lebih besar dari 10 cm melebihi 36 ribu.
Jutaan puing ini membawa konsekuensi yang tidak sederhana. Dari bulan tahun 1999 hingga Mei 2021, Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) harus melakukan 29 manuver untuk menghindari sampah-sampah luar angkasa ini. Tiga kali maneuver pada tahun 2020.
Manuver ini mengakibatkan para astronot harus memasuki modul yang membawa mereka kembali ke bumi jika terjadi kerusakan serius pada stasiun ruang angkasa ISS.
Baca juga:
Bukan Dongeng, Ini adalah Dampak Nyata Yang Mengerikan dari Pemanasan Global
Apakah bumi akan kembali ke zaman kegelapan akibat tabrakan antara benda luar angkasa ini?
Saat ini kita kita berada pada era Internet of Things (IoT). Hampir semua hal terhubung dan berhubungan dengan internet. GPS yang membantu navigasi pesawat terbang dan kapal laut, jaringan internet, jaringan telepon seluler, dan apapun yang terhubung oleh satelit akan lumpuh karena tabrakan ini.
Ketika internet lumpuh, kita secara metaforis akan memasuki zaman kegelapan – offline abadi. Namun Kessler Syndrome tidak sesederhana perubahan dari online menjadi offline. Ini berarti kelumpuhan ekonomi global dan berbagai “efek kupu-kupu” bagi kehidupan modern saat ini.
Baca juga:
10 Ancaman Global Dalam 10 Tahun Kedepan, Nomor 3 Sudah Terjadi
Karena itu, komunitas global seharusnya sudah mulai memikirkan solusi-solusi nyata untuk menekan sekaligus mengatasi Kesseler Syndrome saat ini dan di masa yang akan datang.
Foto ilustrasi dari dailygalaxy.com
Leave a Reply