Eposdigi.com – Bagi sebagian kita yang tinggal di Jabodetabek, saat-saat ini kita boleh bersyukur karena hujan sudah beberapa kali turun. Turunnya hujan ini beberapa kali ini membuat suhu udara sudah mulai lebih sejuk. Tidak sepanas beberapa waktu lalu.
Tidak hanya suhu udara yang menjadi lebih dingin, kita juga bisa menikmati udara lebih segar. Udara dengan tingkat polusi lebih tinggi beberapa waktu lalu kini perlahan menjadi lebih bersih.
Namun kita dengan beberapa daerah lain di Indonesia. Mereka masih berada di tengah cuaca panas. Dan mungkin masih harus mengalami kemarau lebih panjang.
Beberapa tahun belakangan ini, kita mengalami beberapa anomali cuaca. Kemarau yang terlalu basah atau kemarau yang terlalu panjang seperti yang kita alami tahun ini. Ini adalah gambaran bahwa pemanasan global bukan lagi sebuah ‘dongeng’ pengantar tidur belaka.
Baca Juga:
Pemanasan global bukan lagi ‘dongen’ untuk menakuti anak-anak agar tidak membuang sampah sembarangan. Pemanasan global telah menjadi kenyataan sehari-hari penduduk dunia belakangan ini.
Pemanasan global terbukti menaikan suhu udara rata-rata 1 derajat celcius sejak abad ke 19. Kenaikan suhu memicu gelombang panas ekstrem. Gelombang panas ekstrem memicu berbagai anomali cuaca dunia.
Anomali cuaca ini bisa kita lihat dengan tidak meratanya curah hujan di sebuah daerah, kemarau basah, dan hari tanpa hujan yang lebih panjang.
Kenaikan suhu udara mengakibatkan mencairnya es di kutub utara maupun selatan. Mencairnya es mengakibatkan naiknya permukaan laut. Mencairnya es membawa berbagai dampak buruk bagi kehidupan manusia maupun hewan dan tumbuhan.
Namun pemanasan global bukan hanya tentang gejala yang sedang kita alami saat ini. Cnnindonesia.com pada 11 Mei tahun lalu melansir sejumlah fakta tentang betapa mengerikannya dampak pemanasan global saat ini.
Baca Juga:
Pertama: setiap kenaikan suhu udara sebesar 1,5 derajat celcius mengakibatkan kenaikan permukaan laut dunia sebesar 48 cm. jika naik menjadi 2 derajat celcius maka permukaan air laut akan naik menjadi 56 cm
Kedua : Tidak hanya naiknya permukaan laut, setiap kenaikan suhu udara sebesar 1,5 derajat celcius, maka akan memicu 16 kali lebih banyak gelombang panas di laut. Jika suhu udara naik menjadi 2 derajat celcius maka gelombang panas meningkat menjadi 32 kali.
Ketiga: Suhu panas menjadi lebih lama 17 hari dari biasanya pada setiap kenaikan 1,5 derajat celcius, dan memicu gelombang panas ekstrem 19 hari dalam setahun. Jika naik menjadi 2 derajat celcius maka suhu panas bertambah hingga 35 hari. Sementara panas eksrem menjadi selama 29 hari.
Keempat: kenaikan suhu panas sebesar 1,5 derajat celcius akan memicu gelombang panas pada 14 % wilayah dunia dan menjadi 37 % apabila terjadi kenaikan 2 derajat celcius.
Kelima: curah hujan ekstrem akan terjadi pada 17 % daratan di dunia, dengan rata-rata kenaikan curah hujan sebesar 2 %. Jika naik menjadi 2 derajat celcius maka akan terjadi 36 % daratan dunia akan mengalami hujan ekstrem, dengan curah hujan ekstrem naik menjadi 4%.
Baca Juga:
Enam; kenaikan suhu mengakibatkan banyak spesies hewan dan tumbuhan mengalami kepunahan, dan tingkat kepunahan ini akan meningkat berkali kali lipat jika suhu udara global naik menjadi 2 derajat celcius.
Tidak hanya itu berbagai anomali cuaca, el nino, la nina, banjir ekstrem, kekeringan ekstrem tentu akan mempengaruhi ekonomi dunia, mempengaruhi produksi dan distribusi pangan dan juga energi
Pada akhirnya, pemanasan global tidak hanya berpengaruh pada komunitas global. Pemanasan global telah mempengaruhi setiap individu dunia. Dan karena itu sudah menjadi kewajiban kita untuk berperan aktif mencegah dan mengurangi pemanasan global mulai dari diri sendiri lewat tindakan-tindakan kecil.
Foto : ANTARA
Leave a Reply