Eposdigi.com – Pada tulisan kemarin, kami mengutip salah satu tanggapan mengenai sampah di Kota Waiwerang – Adonara Timur. Dalam tanggapan tersebut terpotret bagaimana kebiasaan membuang sampah ke laut. Apalagi menggunakan area pelabuhan yang adalah area publik, milik negara.
Gambaran yang dipotret oleh Alfons Rianghepat mengenai banyaknya sampah yang dibuang di laut sekitar Pelabuhan Waiwerang adalah gambaran bagaimana kita memperlakukan sampah.
Padahal mengatasi sampah adalah persoalan yang susah-susah gampang. Mengapa demikian? Dikatakan susah mengatasi persoalan sampah karena nyatanya sampah masih selalu menjadi masalah kita hingga saat ini.
Namun jika mau, kita bisa gampang menyelesaikan persoalan sampah. Pilihannya ada di tangan kita.
Pada tulisan kemarin kami singgung soal bank sampah. Bank Sampah adalah salah satu cara komunitas memperlakukan sampah dengan baik. Bank Sampah tidak hanya menjawab permasalahan mengenai sampah, namun sekaligus mendatangkan keuntungan, memberi nilai tambah dimana masyarakat menabung uangnya kemudian uang tersebut dikelola, diputar oleh bank dan masyarakat memperoleh manfaat dari tabungannya berupa bunga tertentu.
Bank Sampah pun demikian. Masyarakat menyetorkan sampahnya ke Bank Sampah, kemudian sampah-sampah tersebut diolah oleh Bank Sampah untuk menghasilkan nilai tambah. Nilai tambah ini bisa kembali kepada Bank Sampah atau kembali ke komunitas masyarakat pemilik Bank Sampah.
Sukses story Bank Sampah banyak bertebaran di mana-mana. Dalam pencarian daring, kisah-kisah sukses Bank Sampah tidak sulit ditemukan.
Persoalan sampah di Kota Larantuka pun sering muncul di dalam postingan-postingan berbagai laman media sosial. Dan persoalan mengenai sampah di Kota Larantuka pun masih sama-saja setiap tahun.
Persoalan seputar masyarakat membuang sampah secara sembarangan atau sampah yang tidak segera tertangani oleh petugas pemerintah dari dinas terkait.
Membebaskan Kota Larantuka dari sampah juga merupakan persoalan yang susah-susah gampang. Dibilang susah selama belum adanya kesadaran baik dari masyarakat Kota Larantuka maupun Pemerintah Kabupaten Flores Timur untuk memperlakukan sampah dengan cara yang berbeda.
Masyarakat Kota Larantuka sudah saatnya secara sadar menempuh cara yang berbeda untuk memperlakukan sampah. Dan menumbuhkan kesadaran untuk memperlakukan sampah secara berbeda bukan merupakan persoalan yang gampang.
Mulai dari memilih dan memilah sampah. Bagaimana melihat potensi ekonomi dari setiap sampah anorganik yang dihasilkannya. Dan ini bukan persoalan yang sederhana untuk dilakukan. Hingga pada akhirnya masyarakat Kota Larantuka terbiasa mengkategorikan sampah sesuai peruntukannya.
Namun membebaskan Kota Larantuka dari sampah pun bisa menjadi persoalan yang gampang. Salah satunya lewat Bank Sampah. Bank Sampah adalah entitas ekonomi yang menjanjikan. Karena Bank Sampah adalah entitas ekonomi yang menjanjikan maka layak menjadi entitas bisnis skala kelurahan atau kecamatan.
Mendirikan Bank Sampah bersamaan dengan upaya yang intens dan direncanakan dengan baik untuk membangun kesadaran masyarakat Kota Larantuka untuk melihat sampah sebagai komoditas baru yang menghasilkan uang.
Cara pandang baru bahwa sampah adalah sumber penghasilan,barangkali menjadi faktor yang memotivasi masyarakat Kota Larantuka untuk memperlakukan sampah dengan cara yang berbeda.
Semua sampah, baik yang organik maupun yang bukan organik bisa diproses untuk menghasilkan produk-produk baru yang bernilai tambah. Inilah peluang yang seharusnya bisa ditangkap oleh siapa saja dalam skala komunitas.
Peluang bisnis ini pasti bisa membebaskan Kota Larantuka dari Sampah. Pertanyaannya adalah apakah hal ini menjadi pilihan Masyarakat dan Pemerintah Kota Larantuka atau tidak?
Foto Sampah di belakang Pasar Inpres Larantuka diambil dari Postingan Melky Guka di Laman Facebook Group Flotim Hari-Hari
Leave a Reply