Eposdigi.com – Dengan penduduk lebih dari 1,8 juta jiwa yang terdiri dari 624.523 KK, pada tahun 2023, lalu Banyumas menghasilkan 522 ton sampah setiap hari. Ini baru sampah rumah tangga. Sampah non rumah tangga masih ada sekitar 10-15 ton setiap harinya.
Ketika Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas ditutup pada tahun 2016 setelah diprotes warga karena pencemaran udara, tanah dan air karena sampah, terjadi penumpukan sampah di kabupaten tersebut. Walaupun masih ada TPA Kaliori yang bisa menampung sampah di Kabupaten Banyumas.
Sayangnya, TPA Kaliori pun mulai diprotes warga, yang kemudian berujung pada penutupan TPA tersebut pada Maret 2018. Penutupan kedua TPS ini tentu menjadi perkara besar bagi Kabupaten Banyumas. Walaupun kemudian setelah ada kesepakatan bersama dengan warga TPS tersebut dibuka kembali pada Mei 2018.
Baca Juga:
Program Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Di Kelurahan Pagedangan Kabupaten Tangerang
Inisiatif Dari Pemerintah Kabupaten
Namun permasalahan tentang sampah tidak selesai hanya dengan dibukanya kembali TPA Kaliori. Tantangan pengelolaan sampah ini memaksa Bupati Banyumas Achmad Husein (Periode 2018 – 2023) bergerak cepat mengamankan kabupaten yang dipimpinnya dari timbunan sampah.
Achmad Husein kemudian mengeluarkan Surat Edaran bernomor 660.1/7776/2018 agar masyarakat mengelola sampah terlebih dahulu sebelum dibuang ke TPA. Surat edaran ini kemudian diperkuat dengan program TPS3R/TPST berskala kawasan yang dekat dengan masyarakat.
TPS3R ini merupakan hangar atau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu sementara. TPS3R merupakan tempat pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang dan daur ulang sampah. Sisa sampah yang tidak lagi bisa diolah di TPS3R baru kemudian dibuang ke TPA.
TPS3R tidak cukup. Pemerintah Kabupaten Banyumas juga mendorong sebuah Program Kerja bernama Sumpah Beruang; Sulap Sampah Berubah Uang. Tidak tanggung-tanggung, Sumpah Beruang itu sudah menghasilkan 101 bank sampah pada tahun 2021.
Baca Juga:
Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat
Gagasan utama dari TPS3R maupun Sumpah Beruang adalah memberi pemahaman kepada masyarakat Banyumas untuk mengolah sampah sendiri mulai dari rumah. TPS3R dan Sumpah Beruang adalah pola pengelolaan sampah berbasis masyarakat, mulai dari memilah, memanfaatkan kembali, mendaur ulang hingga memusnahkan sisa sampah yang tidak bisa lagi diolah atau dipakai kembali.
Kini ada 6 TPST yang menjadi tempat pengolahan sampah sementara. Sisa sampah yang tidak bisa lagi diolah di TPST kemudian dibuang ke TPA BLE (tempat Pemrosesan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi).
Dari namanya saja, kita bisa dengan sangat jelas mengetahui bahwa pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas kini telah berada pada level yang berbeda dengan kebanyakan kabupaten di Indonesia.
Di TPST sampah dipilah kemudian diolah untuk berbagai manfaat oleh masyarakat sendiri melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Kini ada 29 KSM yang melibatkan lebih dari 1.200 tenaga kerja untuk mengolah sampah.
Baca Juga:
Mereka menghasilkan 3,5 ton maggot per hari dari sampah sisa makanan, sampah anorganik diolah menghasilkan refused derived fuel (RDF) sebagai bahan bakar pengganti batu bara yang bisa juga digunakan sebagai paving block plastic. Di salah satu TPST yang dikelolah oleh KSM Randu Makmur bahkan beromzet hingga Rp140 Juta setiap bulan.
Memanfaatkan Teknologi Informasi.
Sulap Sampah Berubah Uang atau Sumpah Beruang tidak dibiarkan berjalan sendiri. Memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, Sumpah Beruang ditopang oleh dua aplikasi sekaligus. Salinmas dan Jeknyong.
Salinmas merupakan aplikasi online yang dapat dengan mudah diakses di playstore. Salinmas merupakan singkatan dari Sampah Online Banyumas.
Aplikasi ini memudahkan masyarakat dan KSM mengumpulkan dan mengambil sampah. Sampah yang telah dipilih oleh masyarakat berupa sampah organik dan anorganik, dikumpulkan dalam jumlah tertentu untuk diambil oleh KSM.
Baca Juga:
Mendorong Bank Sampah Sebagai Entitas Bisnis Skala BUMDes di Flores Timur
Satlinmas tentu saja menjawab persoalan penumpukan sampah. Sementara di hulu, Satlinmas didahului oleh pemilahan dan pengolahan sampah. Tentu saja sampah yang telah dipilah dan diola ini memiliki nilai jual tertentu. Sampah organik menjadi pakan maggot atau pupuk kandang sementara sampah anorganik didaur ulang menjadi berbagai produk baru lainnya.
Aplikasi Berikutnya adalah Jeknyong. Ojeke Inyong Banyumas atau Jeknyong adalah layanan jemput antar sampah dari masyarakat ke bank sampah.
Awalnya Jeknyong adalah aplikasi ojek online berkearifan lokal Banyumas. Kini aplikasi ini memiliki fitur tambahan berupa tabungan sampah. Jeknyong memanfaatkan kendaraan ojek untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah konvensional. Ini jelas memudahkan pengumpulan sampah dari rumah-rumah.
Bank Sampah dan atau TPST yang mengumpulkan sampah dari masyarakat dapat langsung menjualnya ke industri-industri pengelolaan sampah, atau melakukan proses pengolahan sendiri untuk menjadi berbagai produk baru.
Baca Juga:
Reputasi Nasional hingga ASEAN
Apa yang dilakukan oleh Kabupaten Banyumas kini mengantar kabupaten ini menjadi salah satu kabupaten yang memiliki manajemen persampahan terbaik di tingkat nasional bahkan di kawasan ASEAN.
Tahun 2022 Kabupaten Banyumas mendapatkan Adipura untuk kategori TPS3R terbaik dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Tahun 2023 lalu Kabupaten Banyumas diakui sebagai Salah Satu Kabupaten se ASEAN yang memiliki pengelolaan sampah terbaik, berkat keberhasilannya mengola sampah hingga 91% untuk digunakan kembali atau untuk menghasilkan produk baru. Hanya 9 % sampah yang dibuang ke TPA.
Baca Juga:
Kemudian pada Januari lalu Kabupaten Banyumas juga mendapatkan anugerah dari Indonesia Green Awards (IGA) kategori EcoStar of the Year yang diselenggarakan oleh The La Tofi School of CSR.
Bagaimana dengan Kabupaten lain di Indonesia? /
Foto dari republika.co.id
Leave a Reply