Orang Tua dan Guru, Hati-hati terhadap Gejala Kejahatan Grooming

Warga Peduli
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Kini gejala kejahatan grooming mulai marak terjadi di sekitar kita, dialami oleh anak dan remaja kita. Bisa anak dan remaja laki-laki, tetapi kebanyakan dialami oleh remaja perempuan. Mereka adalah korban.

Sedangkan pelakunya atau disebut groomer adalah orang yang biasanya jauh lebih dewasa, bisa laki-laki atau pun perempuan.  Biasanya orang tersebut sudah mapan secara ekonomi.

Laman Raising Children, seperti dikutip kumparan.com, mendefinisikan grooming sebagai upaya orang dewasa untuk menciptakan kedekatan dengan anak atau remaja, yang pada akhirnya bertujuan dapat melakukan pelecehan seksual.

Groomer berusaha membangun hubungan kepercayaan, hubungan emosional dengan anak atau remaja, sehingga anak dan remaja tersebut dapat di manipulasi, dieksploitasi, dan dilecehkan  secara seksual.

Baca Juga: 

Kekerasan Seksual Fenomena Runtuhnya Peradaban Manusia

Proses terjadinya grooming  

Proses membangun hubungan emosional dengan anak dan remaja tersebut dapat terjadi melalui interaksi langsung maupun dapat dilakukan secara online.

Biasanya korban grooming diseleksi dan dipilih oleh groomer berdasarkan kemudahan akses atau kerentanan calon korban. Setelah akses diperoleh, korban kemudian diisolasi dari orang terdekatnya.

Groomer kemudian bertindak sebagai pelindung, berusaha menjadi tempat bergantung, dan dipercaya, setelah itu tindakan grooming biasanya mulai terjadi di tahap ini.

Tahap grooming akan pelan-pelan meningkat melalui sentuhan seperti merangkul, menggelitik, kemudian meningkat menjadi berpelukan, bahkan mulai menyentuh area intim.

Di tahap ini, dalam beberapa kasus grooming, pelaku juga mulai kerap membuka topik pembicaraan terkait topik seksual atau tontonan pornografi, agar korban menjadi biasa.

Baca Juga:

Predator Seksual Anak Merajalela, Kita Kudu Apa?

Sedangkan dalam kasus grooming secara online, groomer biasanya mengamati media sosial korban. Dalam kasus grooming online di Surabaya, yang dibongkar polisi, kasus dimulai dengan pengamatan media sosial korban.

Dalam kasus Surabaya, groomer b yang adalah narapidana yang menggunakan akun palsu untuk menjerat korbanya. Groomer membuat akun palsu dengan menggunakan foto guru atau orang dekat dari korban.

Setelah beberapa lama mengontak korban melalui akun palsu, seolah-olah groomer adalah gurunya korban, pelaku mulai melakukan aksinya.

Ia memerintahkan korban membuka pakain, dan lebih dari itu meminta korban menyentuh bagian intimnya dan aksi yang semakin meningkat lainnya.

Pelaku kemudian meminta korban membuat foto bugil, video cabul, yang dikirim melalui nomor whatsapp yang telah diminta sebelumnya.

Baca Juga:

Waspada Terhadap Maraknya Kasus Pelecehan Seksual Yang Ada Di Sekitar Kita

Pengungkapan kasus grooming secara online ini bermula dari laporan KPAI ke polisi, karena ada guru yang mengadukan akunnya dipalsukan.

Hasil penelusuran polisi dalam kasus grooming online Surabaya ini, polisi menemukan 1300 foto dan video anak tanpa busana. Setelah diidentifikasi, foto dan video tersebut berasal dari 50 anak yang menjadi korban.

Ciri-ciri korban grooming

Grooming, baik secara langsung maupun online, adalah tindakan kejahatan seksual terhadap anak dan remaja. Oleh karena itu, anak dan remaja harus diselamatkan. Untuk membantu menyelamatkan anak, orang tua dan guru harus dapat mengenal ciri-ciri anak korban grooming.

Berikut ini ciri-ciri anak atau remaja korban grooming seperti dilansir pada laman kompas.com.

  1. Menarik diri

Salah satu ciri yang menonjol dari korban grooming adalah anak atau remaja menarik diri dari pergaulan dengan temannya, sahabatnya, bahkan orang tuanya.

Anak akan memilih melewatkan waktunya dengan teman, sahabat, ataupun orang tuanya, demi bisa menjadi dekat dengan pelaku.

Baca Juga:

Upaya Menghilangkan Kekerasan Seksual di Kampus

Ini adalah salah satu tanda yang perlu menjadi perhatian dan tindak lanjut dari orang tua dan guru.

  1. Memperoleh perhatian berlebih dari seorang yang lebih dewasa

Jika anak atau remaja Anda memperoleh perhatian berlebihan dari seorang yang lebih dewasa, seharusnya kita berhati-hati.

Misalnya ia sering menerima telpon dari orang dewasa ini. Ia menghabiskan waktu bersama orang ini. Ataupun sering menerima hadiah dari orang dewasa tersebut. Ini merupakan taktik pelaku untuk menciptakan kedekatan emosional bahkan ketergantungan.

  1. Mulai memperlihatkan sikap tertutup

Anak atau remaja yang tiba-tiba menjadi tertutup, secara emosi menjadi tidak stabil, sering terganggu oleh sesuatu yang ia tidak ingin diketahui, mungkin saja ia sedang menjadi korban grooming.

Apalagi jika kerap emosional, namun  tidak mau menjelaskan penyebabnya. Ini juga menjadi ciri lain anak atau remaja kita menjadi korban grooming.

Baca Juga:

Mengapa Pelaku Pidana Pencabulan Harus Dihukum Berat?

Jika salah satu atau lebih ciri-ciri itu muncul dari perilaku anak atau remaja Anda, perlu dicari tahu. Jangan-jangan anak atau remaja kita sedang terjebak grooming.

Apapun alasannya, anak atau remaja yang terjerat grooming perlu didampingi dengan hati-hati, karena grooming akan merusak masa depan anak kita.

Oleh karena itu, sedapat mungkin mari kita mencegah. Caranya, dekatlah pada anak dan remaja kita. Jadilah seperti seorang teman yang lebih banyak mendengarkan daripada mendikte dan mendominasi mereka.

Ini adalah cara awal untuk memulai dan  mendapatkan keterbukaan dari anak atau remaja. Karena keterbukaan adalah langkah awal yang baik ke arah pendampingan lebih lanjut.

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis./Foto dari infobae.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of