Eposdigi.com – Mengunjungi Aula Jing Si – Pusat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Pantai Indah Kapuk, 12 Mei lalu bagi bukan hanya mengunjungi sebuah tempat. Bukan sekedar mengunjungi sebuah gedung, yang terdiri dari beberapa lantai dengan ruangan-ruangan tertentu.
Sebagai sebuah tempat yang baru saya kunjungi, Pusat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Pantai Indah Kapuk memang sebuah tempat yang megah. Ornamen kayu yang mendominasi, ruangan besar dengan langit-langit tinggi, adalah kesan baru dari pengalaman yang lalu, tentang sebuah gedung.
Namun kemegahan gedung itu menjadi berlipat-lipat kalinya, ketika menelusuri lorong-lorong, ruang demi ruang, dalam rangka sosialisasi dan pengenalan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan kegiatan-kegiatan yang sudah ditunaikannya.
Salah seorang pendamping kami, di selah penjelasannya mengungkapkan bahwa “semua ini ia alami sebagai latihan bagi diri sendiri”. Bagi saya yang ia maksud adalah sekian banyak kegiatan yang telah ia ikuti.
Baca Juga:
Saya mengamini apa yang dia katakan. Menelusuri lorong-lorong dan ruang-demi ruang, melihat rekam jejak dalam gambar-gambar dan informasi yang ditata dengan baik, seolah kembali ke dalam diri sendiri.
Dominasi rasa kagum, dengan selipan rasa haru pada setiap rekam jejak dalam gambar-gambar informasi yang menghias dinding-dinding ruangan maupun lorong-lorong itu.
Jing Si, bukan hanya sebuah gedung. Oleh pendiri Tzu Chi, nama Jing Si, beliau pakai sebagai nama kecil yang dalam perjalanannya menjadi Biksuni, memang benar berarti “merenung”. Bagi saya Jing Si lebih pada sebuah perjalanan untuk bertanya ke dalam diri sendiri.
Saya sangat suka sebuah penjelasan dari laman tzuchi.or.id “Jing dalam guratan kata mandarin berarti ‘di dunia ini tidak ada yang perlu diperebutkan atau diperdebatkan’ dan Si dalam huruf mandarin memiliki makna ‘ladang berkah diolah dengan sepenuh hati”.
Tulisan ini memang tidak bisa mewakili suasana hati ketika mengunjungi Aula Jing Si – Pusat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Bahwa di sana ada informasi mengenai 4 misi utama Tzu Chi, namun yang menarik bagi saya adalah prinsi-prinsip menjalankan misi-misi itu lah yang lebih besar.
Baca Juga:
Misi Amal bukan hanya soal membantu mereka yang membutuhkan. Lebih dari itu Misi Amal dalam Menghapus Penderitaan dengan Cinta Kasih. Bahwa yang diulurkan kepada mereka bukan sekedar barang-barang bantuan.
Tzu Chi memang secara harfiah berarti “Memberi dengan Cinta Kasih”. Maka Misi Amal Tzu Chi dilakukan atas dasar prinsip “langsung, prioritas, menghormati, sesuai kebutuhan, dan tepat waktu”.
Pada saat yang sama, setiap membagikan Cinta Kasih, para relawan bisa sekaligus berguru pada setiap peristiwa yang membutuhkan uluran tangan. Bahwa melalui bencana alam atau musibah kita menyadari bahwa tidak ada yang kekal dalam hidup.
Penderitaan mengingatkan kita akan rasa syukur atas berkah. Ketulusan dalam pemberian adalah ketika pemberi dan penerima saling berterima kasih atas pemberian itu.
Misi Kesehatan adalah Menjaga Kesehatan, Menyelamatkan Kehidupan dan Mewariskan Cinta Kasih. Para relawan bukan hanya sekedar seorang petugas kesehatan yang melakukan pengobatan.
Baca Juga:
Misi kesehatan Tzu Chi tidak hanya mengobati penyakit fisik, melainkan memberi perhatian pada kesehatan batin dengan memperlakukan pasien sebagai manusia yang utuh; menghargai jiwa manusia sebagai harta yang tak ternilai.
Karena itu relawan wajib membawa serta sikap welas asih dan arif, menyelamatkan banyak orang dari derita sakit, menuju kondisi sehat, selamat dan bergembira. Kehadiran relawan melengkapi ketentraman batin pasien.
Misi Pendidikan : Memelihara dan Menumbuhkan anak-anak hingga dewasa dengan pendidikan yang dipenuhi dengan Cinta.
Berangkat dari filosofi bahwa pendidikan adalah landasan dalam membangun kepribadian dan moralitas manusia maka Tzu Chi berkomitmen membangun pendidikan yang komprehensif dan menyeluruh.
Dengan harapan dapat membina generasi muda yang berbakat lewat pendidikan yang berkualitas dengan fokus pengembangan karakter dan kemampuan akademik agar nantinya mereka dapat melayani masyarakat dengan tulus.
Baca Juga:
Melatih sikap welas asih dan rasa cinta kasih kepada sesama perlu dibina sejak dini agar saat dewasa memiliki kepedulian dan sikap welas asih kepada orang lain.
Pendidikan adalah memelihara pikiran yang penuh cinta kasih. Master Cheng Yen berkata bahwa “ Menumbuhkan cinta kasih dalam pikiran anak-anak untuk mengasihi sesama manusia, menyayangi benda, dan alam sekitar. Dengan demikian, di masa depan secara alami mereka akan mengarah pada jalan yang berguna untuk umat manusia.”
Pendidikan dengan nilai humanis menjadi ciri khas sekolah Tzu chi. Para siswa dilatih tentang sopan santun, peduli dan melayani orang lain, peduli pada lingkungan hidup sekitar, berbakti kepada orang tua dengan beragam cara, dalam semua kegiatan.
Hal ini tidak semata dilakukan hanya di dalam kelas, melainkan pada saat istirahat maupun kegiatan tambahan para siswa.
Baca Juga:
Misi Budaya Humanis : Membimbing Manusia ke jalur Kebenaran dan Kebaikan.
Misi Budaya Humanis berlandaskan pada prinsip untuk mencari kebenaran, keindahan dan kebaikan dengan tujuan untuk menjadi saksi semangat kebaikan manusia dalam sejarah. Misi ini ditopang oleh tiga pilar : Hidup penuh Rasa Syukur (gan en), Saling Menghormati (zhung zong) dan Saling Mengasihi (ai).
Budaya Humanis Tzu Chi dapat diamati lewat berbagai kegiatan pelestarian lingkungan hidup, pengelolaan sampah, pola hidup vegetarian, serta setiap tindakan yang dilakukan oleh para relawan pada saat kegiatan-kegiatan Tzu Chi atau lewat tayangan Cahnel tv Tzu Chi ; DAAI TV.
Tulisan singkat ini, tentu tidak bisa menyimpan begitu banyak rekam jejak dan jalinan karma baik yang telah dilakukan oleh Tzu Chi baik di dunia Internasional maupun di Indonesia Sendiri.
Paska kunjungan 12 Mei lalu, saya memosting sebuah foto dari kunjungan tersebut. Dalam postingan itu saya menulis “ Tempat ini jadi luar biasa, bukan hanya karena gedungnya yang megah, Tapi filosofi kemanusiaan yang mengisi setiap aktivitasnya.”
Benar, mengunjungi Aula Jing Si, juga merupakan perjalanan jauh ke dalam diri sendiri, memeriksa hal baik apa yang sudah menjadi darma bakti bagi pertiwi, bagi kehidupan, bagi kemanusiaan?
Tulisan ini merupakan lanjutan dari : Jing Si : Sebuah Ziarah Batin
Leave a Reply