Eposdigi.com – Hidup adalah rangkaian dari sebuah proses. Di mana proses ini dimulai sejak awal kita dilahirkan. Dalam rangkaian proses hidup itu, ada banyak hal yang kita alami dan lalui yang telah membawa kita sampai pada titik kehidupan yang sekarang ini.
Rangkaian proses-proses itulah yang kemudian kian membentuk kepribadian kita. Perilaku kita yang sekarang ini adalah akumulasi dari perilaku-perilaku kita di masa lalu. Demikian juga dengan apa yang kita lakukan sekarang.
Apa yang kita lakukan atau putuskan hari ini akan menentukan atau membentuk siapa kita di masa yang akan datang.
Baca Juga: Media sosial; so sial?
Karena setiap tindakkan kita hari ini menentukan siapa kita di masa depan maka setiap tidakan dan perbuatan yang hendak kita lakukan, harus perlu dipertimbangkan dengan matang. Lewat proses berpikir dewasa.
Hal-hal sekecil apapun yang hendak kita lakukan harus dipikirkan berulang-ulang, supaya tidak menimbulkan sesuatu masalah yang akan menjadi bumerang bagi kehidupan kita di masa mendatang.
Bisa jadi perbuatan kecil kita di masa lalu, menjadi batu sandungan di masa yang akan datang. Hal-hal kecil ini bisa akan timbul saat orang yang bersangkutan punya karier yang bagus atau lagi berada di puncak kariernya entah itu di karier pemerintahan, politik atau karier lainnya.
Orang-orang akan berusaha mencari informasi apapun yang bersifat negatif tentang kita, Itu bisa di jadikan sebagai senjata untuk menjantuhkan kita.
Baca Juga: Alangkah Lucunya Negeri ini, Pembuat Masalah kok Jadi Duta
Contohnya seperti sosok Nadya Arifta. Perempuan yang dikabarkan menjadi pacar Kaesang Pangarep ini masih menjadi sorotan hingga saat ini. Netizen iseng mencari dan memviralkan jejak digitalnya saat membicarakan Presiden Jokowi.
Terlihat di situs askfm, Nadya Arifta pernah beberapa kali mengirimkan pesannya untuk Pak Jokowi. Ia berharap ayah Kaesang Pangarep itu bisa tegas dalam memimpin Indonesia.
“Dear presiden baru, jangan letoy ya pak JOK,’’ tulisnya sekitar setahun yang lalu. Tak hanya satu unggahan, ada puluhan komentar lain Nadya Arifta mengenai presiden Indonesia terpilih.
Unggahan lawas Nadya Arifta itu kemudian diposting kembali oleh salah satu akun @gosipjulidoffcial, Rabu (10/03/2021).
Sih admin pun menuliskan kata buzzer guna mengomentari postingan Nadya Arifta. ‘’ Kalau di FTV judulnya ‘calon menantuku buzzerku di masa lalu’, ucapnya‘’ (suara.com/ 11.03.2021).
Baca Juga: Prostitusi Online, Media Massa dan Degradasi Moral
Selain contoh di atas masih banyak hal lainya akan timbul karena persoalaan yang di lakukan di masa lalu.
Seperti saat ini, kampus-kampus yang menyediakan beasiswa meminta calon mahasiswanya mengisi alamat akun sosial medianya di formulir pendaftaran. Dengan begitu pihak kampus dapat menelusuri jejak digital calon mahasiswanya.
Jejak digital itulah yang menjadi salah satu point penting agar mereka bisa diterima atau tidak. Persoalan semacam ini pernah di alami oleh Kyle Kashuv, seorang lulusan SMA yang ingin mendaftar menjadi mahasiswa di Universitas Harvard. Penolakan oleh universitas bergengsi tersebut setelah ditelusuri jejak digitalnya oleh komite penerimaan.
Pada proses penelusuran jejak digital, ditemukan pernyataan rasis dari beberapa tahun yang lalu. Komite penerimaan Harvard University menyurati Kashuv untuk bertanya tentang temuan pernyataan rasis yang dibuat Kashuv tersebut.
Baca Juga: Harvard University, Tolak Calon Mahasiswa karena Komentar Rasis di Media Sosial
Dan dalam proses klarifikasi tersebut, Kashuv mengakui bahwa ia memang mengeluarkan pernyataan tersebut di media sosial Twiter (depoedu.com/ 08.07.2020).
Begitu pun juga dengan perusahan-perusahan saat ini. Mereka juga mencari data calon karyawannya dengan menelusuri akun sosial media si calon karyawan.
Kita mungkin menganggap hal-hal seperti ini adalah masalah sepeleh, karena merasa hal ini pastinya hanya akan terjadi pada orang-orang yang terkenal atau mempunyai kedudukan tinggi.
Jadi semoga dengan contoh di atas, kita mungkin perlu lebih lagi memperhatikan setiap langkah yang ingin kita perbuat. Entah itu dalam media sosial atau di mana pun itu, kita perlu berhati-hati.
Menulis status atau memberi komen di Facebook, mengunggah foto di instagram, mengupdate konten tiktok atau apapun jejak digital kita di laman-laman media sosial, akan terekam abadi sampai kapan pun.
Sama seperti setiap proses rangkaian pikiran dan perbuatan yang kita lakukan saat ini juga kemudian akan membentuk dan menentukan siapa diri kita di masa yang akan datang.
Foto: digitalmama.id
Leave a Reply