Eposdigi.com – Tahun ini karena jejak digitalnya, Kyle Kashuv seorang lulusan SMA, ditolak pada saat mendaftar menjadi mahasiswa pada Universitas Harvard. Penolakan Universitas bergengsi tersebut terjadi setelah jejak digital calon dan data yang diserahkan, diteliti dengan serius oleh komite penerimaan.
Pada penelusuran jejak digital, ditemukan pernyataan rasis dari beberapa tahun yang lalu. Temuan terkait jejak digital tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan hati-hati oleh komite penerimaan.
Komite penerimaan Harvard University menyurati Kashuv untuk bertanya tentang temuan pernyataan rasis yang dibuat Kashuv tersebut.
Dalam proses klarifikasi tersebut, Kashuv mengakui bahwa ia memang mengeluarkan pernyataan tersebut di media sosial Twitter.
Baca Juga: Media sosial; so sial?
Namun ia menegaskan bahwa sekarang ia menyadari bahwa pernyataan itu merupakan pernyataan bodoh. Dan bahwa sekarang ia telah berubah.
Ia menegaskan bahwa, atas pernyataan itu, ia pun telah meminta maaf. Ia menyadari pernyataan itu sebagai pernyataan kekanak-kanakan dan menyakiti. Ia menegaskan tidak akan bersikap seperti itu lagi.
Namun karena komite penerimaan sangat mempertimbangkan kematangan dan sikap moral calon mahasiswa, maka pada surat yang dikirim tanggal 3 Juni, Universitas Harvard memutuskan untuk menolak Kyle Kashuv sebagai mahasiswa di Universitas tersebut.
Dengan rasa kecewa, Kashuv menerima keputusan dari Universitas Harvard seperti yang telah ia unggah di Twitter. “Harvard telah memutuskan bahwa seorang tidak bisa lagi menjadi baik. Ini adalah hal yang memprihatinkan,” kata Kashuv seperti dilansir oleh ABC News.
Baca Juga : Dunia Maya vs Dunia Nyata
“Bila ada institusi yang mengerti mengenai perubahan, mestinya adalah Harvard, yang merupakan lembaga pendidikan bermutu, walau punya sejarah buruk juga”, tegas Kashuv.
Kyle Kashuv adalah alumni dari SMA Marjory Stoneman Douglas yang berada di Parkland, Florida, Amerika Serikat. Ia adalah salah satu siswa yang selamat dari peristiwa penembakan massal yang menewaskan 17 murid di sekolah tersebut, pada tahun 2018.
Pernyataan rasis yang membuat ia ditolak menjadi mahasiswa Harvard ini, ia buat beberapa bulan setelah peristiwa penembakan yang mengerikan itu. Saat ini Kashuv tercatat mendukung gerakan untuk mengkampanyekan pemilikan senjata pribadi, sejak insiden di SMA Marjory Stoneman Douglas tersebut.
Sebagai universitas yang berpengaruh, langkah Universitas Harvard ini dapat saja ditiru oleh universitas lain di dunia. Menelusuri jejak digital untuk mengambil keputusan menerima atau menolak seorang calon mahasiswa.
Namun langkah ini bukan langkah yang baru. Karena cara merekrut melalui penelurusan jejak digital, telah cukup sering digunakan oleh perusahaan multinasional untuk rekruitmen karyawan baru.
Daripada melakukan tes dengan biaya mahal untuk memperoleh profil kepribadian seorang calon karyawan, kunjungi saja media sosialnya, karena kebiasaan bermedia sosial lebih akurat menggambarkan profil kepribadian seseorang.
Bagi generasi milenial, pengalaman Kyle Kashuv ini membuat kalian harus belajar untuk bijaksana dalam menggunakan media sosial. Jika anda tidak bisa bersikap bijaksana dalam bermedia sosial, maka anda bisa kandas sebelum memasuki universitas dan karir impian anda sekaligus.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis. / Foto :lokadataID
[…] Baca Juga: Harvard University, Tolak Calon Mahasiswa karena Komentar Rasis di Media Sosial […]
[…] Baca Juga : Harvard University, Tolak Calon Mahasiswa karena Komentar Rasis di Media Sosial […]
[…] Baca Juga: Harvard University, Tolak Calon Mahasiswa karena Komentar Rasis di Media Sosial […]
[…] Baca Juga: Harvard University, Tolak Calon Mahasiswa karena Komentar Rasis di Media Sosial […]
[…] Baca juga: Harvard University, Tolak Calon Mahasiswa Karena Komentar Rasis Di Media Sosial […]
[…] Baca Juga: Harvard University, Tolak Calon Mahasiswa karena Komentar Rasis di Media Sosial […]
[…] Baca Juga: Harvard University, Tolak Calon Mahasiswa Karena Komentar Rasis Di Media Sosial […]