Eposdigi.com – Di Makassar, cooler box (kotak pendingin) berisi sampel swab pasien COVID-19 dijarah warga. Cooler box di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji, seperti yang diwartakan oleh IDN Times (05/06), ikut dijarah, ketika warga memaksa mengambil jasad pasien yang meninggal positif COVID-19.
Sebelumnya, laman yang sama melansir berita tentang keluhan Kunaifi. Kandidat doktor di Universitas Twente – Belanda yang turut dikarantina ini, pada Sabtu, 16/05/2020, mengeluhkan perilaku sesama penghuni Gedung C2 Wisma Atlet Pademangan.
Para penghuni yang dikarantina saling berebutan makanan, mengabaikan prosedur kesehatan; menyesaki lift, dan berkerumun tanpa menjaga jarak.
Baca Juga: Beberapa Negara Dihantam Gelombang Kedua, Bagaimana dengan Corona di Indonesia?
Beberapa hari sebelumnya, 10/05/2020, warga Jakarta berkerumun di depan sebuah gerai waralaba di Sarinah. Masyarakat Jakarta mengabaikan larangan PSBB, demi tidak kehilangan momen menjadi saksi sejarah ditutupnya waralaba tersebut.
Di Bandara Soekarno Hatta, 14 Mei 2020, penumpang menumpuk di depan loket menunggu proses verifikasi dokumen syarat bepergian di tengah COVID-19.
Keingian memiliki baju baru mengalahkan ketakutan tertular COVID-19. Viral! Pasar Anyar – Bogor pada 17 Mei 2020 padat pengunjung di tengah Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB)
08 Juli 2020, sebuah organisasi guru di Flores Timur, mengelar tour edukatif di Kecamatan Witihama. Menggali data situasi sosial dan rekam proses belajar anak di tengah pandemi. Sekali lagi. Orang berkumpul tanpa jarak. Tanpa Masker.
Baca Juga: Apakah Pembatasan Sosial Berpengaruh Besar?
Selain itu, di lama-laman media sosial bertebaran berbagai konten teori konspirasi tentang COVID-19. Teori-teori konspirasi ini, oleh sebagian orang dianggap sebagai dogma. Membuat mereka mengabaikan berbagai protokoler kesehatan.
Pendidikan adalah proses transformasi nilai yang berintegrasi membentuk karakter seseorang. Dalam proses tersebut, terjadi interaksi seseorang dengan dirinya, dengan sesamanya, dengan lingkungannya, dan dengan Tuhannya.
Proses interaksi ini ditandai dengan penyesuaian diri secara terus menerus terhadap setiap rangsangan yang seseorang terima dari luar dirinya. Penyesuaian terhadap setiap perubahan. Ujung dari proses penyesuaian diri ini adalah terbentuknya karakter seseorang menjadi semakin baik. Semakin manusiawi.
Boleh dibilang, pendidikan adalah proses yang membuat seseorang dapat mempertahankan eksistensinya sebagai manusia. Proses bertahan hidup.
Baca Juga: Coronavirus Yang Menginfeksi Akal Sehat
Perang, bencana alam, dan wabah penyakit bisa merupakan ujian yang turut menentukan bertahan atau tidaknya peradaban manusia. Penyesuaian diri terhadap ketiganya dapat menyelamatkan umat manusia dari kepunahan.
Sejak mewabah di Wuhan – RRT, akhir tahun lalu, Corona telah menjadi pandemi global. Hingga pukul 16:00 WIB Sore hari ini (14/07/2020) COVID-19 sudah menginfeksi 13.265.766 orang di seluruh dunia. Mengakibatkan 576.249 kematian (palu.tribunnews.com).
Di Indonesia sendiri, COVID-19 telah merenggut 3,710 nyawa dari 78,572 dari kasus positif terkonfirmasi (beritasatu.com). Hingga hari ini Jawa Timur mencatat 1.226 jumlah kematian, dari 16.877 kasus positif. Angka ini menjadikannya sebagai provinsi dengan kasus positif terbanyak di Indonesia (tribunjogja.com,14/07/2020).
Baca Juga: Berhasil mengatasi Corona, Inovasi apa yang dilakukan kota di Italia ini?
Angka-angka statistik kesehatan ini ini tentu tidak dapat mewakili semua dampak yang diakibatkan oleh COVID-19.
Ekonomi global yang terpuruk mengakibatkan lebih banyak korban di seluruh dunia. Pembatasan di berbagai negara mempengaruhi banyak dimensi kehidupan masyarakat global secara keseluruhan.
Kabar baiknya adalah banyak negara di luar sana, berkat kedisiplinan warganya, telah merayakan kebebasan negerinya dari pandemi Corona. Kumparan.com (08/06/2020) mencatat ada 6 negara yang telah merayakan keberhasilannya mengatasi COVID-19.
Selain Selandia Baru, Fiji dan Papua Nugini, tiga negara berikutnya adalah negara tetangga sesama Asean. Timor Leste, Vietnam dan Brunai Darussalam.
Walaupun demikian, COVID-19 belum bisa diprediksi kapan akan berakhir. Sejak ditetapkan sebagai pandemi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020, setiap kita diwajibkan untuk mengikuti berbagai protocol untuk mencegah semakin luasnya penyebaran COVID-19.
Memakai masker, menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain, tidak menyentuh wajah, mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer. Pada saat yang sama semua orang disarankan untuk menjaga kesehatan dirinya. Mengkonsumsi makanan bergizi, olah raga teratur dan cukup istirahat.
Baca Juga: Mengapa Anda tidak mengenakan Masker?
Semua aturan ini semata-mata untuk mencegah semakin menyebarnya COVID-19. Aturan-aturan ini adalah cara adaptasi diri agar ras manusia tidak punah oleh karena wabah COVID-19.
Maka mengabaikan berbagai protokol kesehatan yang dianjurkan secara global bisa menjadi tolak ukur seberapa kita terdidik.
Corona adalah ujian untuk mengukur pendidikan kita. Atau, bagaimana menurut Digiers? (Foto ilustrasi : republika.co.id)
[…] Baca Juga: Corona dan Ujian bagi Pendidikan Kita […]
[…] Baca Juga: Corona dan Ujian bagi Pendidikan Kita […]
[…] Baca Juga: Corona dan Ujian bagi Pendidikan Kita […]
[…] Ayo Baca: Corona dan Ujian bagi Pendidikan Kita […]
[…] Baca Juga: Corona dan Ujian bagi Pendidikan Kita […]