Belajar Dari SMAK Kosayu Malang Mempertahankan Tren Pertumbuhan Selama 70 Tahun

Daerah
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – SMAK Kolese Santo Yusup Malang, atau juga disebut SMAK Kosayu, tahun ini memasuki usia yang ke-70 tahun. Ini adalah sekolah yang memiliki asrama  dengan murid dari hampir semua wilayah Indonesia. Sekolah dengan tradisi yang panjang ini terus bertumbuh di tengah-tengah dunia yang terus menerus berubah.

Salah satu indikator pertumbuhan tersebut adalah jumlah murid baru yang diterima selalu sesuai dengan kapasitas dan target penerimaan murid baru mereka. Seperti tahun ini, SMAK Kosayu menerima 430 murid baru atau 12 kelas dengan 11 kelas 36 murid dan 1 kelas 34 murid. Kini total murid yang sedang belajar di sana  ada 1.219 dalam 36 rombongan belajar.

“Penerimaan murid hanya agak menurun terjadi pada tahun ajaran 2022/2023. Murid angkatan tahun tersebut, berjumlah 374, kini mereka berada di kelas XII. Jumlah satu kelas pada angkatan tersebut antara 32 dan 30  orang, tetap dikelompokkan pada 12 kelas paralel,” Jelas Kepala SMAK Kosayu Petrus Harjanto MPd.

Baca juga : 

Memaknai Kasus Murid SMP di Temanggung yang Membakar Sekolah karena Di-bully

Indikator pertumbuhan berikutnya dapat dilihat dari kenyataan bahwa murid baru yang datang setiap tahun kata Kepala Sekolah adalah anak dari alumni, atau adik dari alumni atau murid yang sedang belajar di SMAK Kosayu. Ini tentu saja dapat terjadi karena sekolah dapat memberikan pelayanan sesuai dengan ekspektasi orang tua murid. 

“Orang tua yang puas dengan pelayanan Kosayu cenderung balik lagi. Setiap tahun murid baru yang masuk banyak keluarga Kosayu, meskipun kami belum punya data. Bisa jadi kira-kira 50 persen,” kata Harjanto menjelaskan.      

Indikator lainnya, hingga tahun ini (2024), SMAK Kosayu masih merupakan salah satu SMA terbaik. Jika data UTBK tahun 2024 dijadikan patokan, maka SMAK Kosayu di tingkat nasional berada di peringkat 63 dari 19.926 SMA, baik negeri maupun swasta. Sedangkan di Jawa Timur berada di peringkat ke-5 dengan total nilai 589,509.

Kemampuan SMAK Kosayu mempertahankan pertumbuhan dalam jangka waktu yang panjang tentu saja dapat terjadi karena daya tahan mereka untuk terus membangun budaya dan tradisi sekolah dan terus belajar beradaptasi di tengah-tengah dunia yang terus berubah.

Baca juga : 

Empat Strategi Mendidik Anak Untuk Menerima Kekalahan

Berikut ini, beberapa hal yang secara intensif mereka kerjakan dalam rangka memacu pertumbuhan dan mempertahankan tren pertumbuhan SMAK Kosayu:

Menjalin kolaborasi dengan orang tua murid

Setiap tahun sebelum tahun ajaran baru dimulai, sekolah menyelenggarakan School Parent Gathering (SPG). Acara ini tidak hanya dilakukan selama beberapa jam seperti sekolah-sekolah pada umumnya, melainkan dilakukan selama beberapa hari. Tahun ini dilakukan selama 1 malam 2 hari. 

Semua orang tua dari seluruh Indonesia datang ke Malang, menginap di rumah retret yang dikelola oleh Yayasan yang menaungi SMAK Kosayu. Dengan acara ini orang tua diharapkan memahami kurikulum, program, strategi sekolah, dalam mendampingi para murid. Dengan ini diharapkan untuk saling menghormati antara sekolah dan orang tua. 

“Menghormati adalah sikap yang paling perlu ditumbuhkan mengingat tidak semua kebijakan sekolah sesuai dengan kemauan dan kondisi masing-masing orang tua. Orientasi dari semua kebijakan adalah agar semua murid dapat mencapai cita-cita mulia menjadi insan Kolese Santo Yusuf yang saleh dan terpelajar,” jelas Harjanto. 

Baca juga : 

Soft Skill dan Hard Skill ini Sangat Dibutuhkan Dunia Bisnis Saat Ini

Kata Petrus Harjanto, yang tahun ini memasuki tahun kesepuluh memimpin SMAK Kosayu, kegiatan ini telah menjadi tradisi sejak dari dulu, baru terhenti pada saat pandemi, dan sekarang baru dilanjutkan kembali. Kegiatan ini sangat efektif menjalin kolaborasi antara pimpinan sekolah, guru dan orang tua murid sebagai mitra dalam mendidik.

Kemampuan staf memberikan layanan pendidikan

Romo Joseph Wang, CCD salah seorang pendiri dan mantan kepala SMAK Kosayu yang menjabat sejak tahun 1956-1974,  dalam banyak kesempatan, sering menekankan tentang perlunya SMAK Kosayu menjalankan tiga fungsi sekolah.

Tiga fungsi tersebut adalah, pertama, menyiapkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang Cinta Tanah Air dan berjiwa Pancasila. Kedua, membekali peserta didik dengan keterampilan dan kecakapan hidup dalam persaudaraan. Ketiga, menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 

Nampaknya pemahaman ini kemudian menjadi satu orientasi pengembangan sekolah ini. Meskipun kurikulum sekolah ini adalah kurikulum nasional (ideal kurikulumnya), namun real kurikulumnya sejak dari dulu terkenal sangat kreatif. 

Baca juga : 

Rata-Rata IQ Orang Indonesia Berada di Peringkat 129 Dunia, Di ASEAN Paling Rendah, Ini Penyebabnya

Mereka tetap mengikuti kebijakan umum dari kurikulum nasional tetapi tetap punya kebijakan yang khas Kosayu, terutama  agar tetap dapat melayani kebutuhan murid untuk bertumbuh dan agar sekolah dapat mencapai tiga fungsi sekolah seperti diwariskan oleh Romo Joseph Wang di atas.

Sebagai sekolah Katolik, SMA Kosayu adalah bagian dari gereja setempat yang mendidik para murid melalui berbagai bentuk program penggemblengan kerohanian termasuk upaya menanamkan sikap nasionalisme melalui berbagai kegiatan organisasi kesiswaan. 

Ini adalah upaya menyiapkan peserta didik sebagai warga negara yang Pancasilais sebagai orientasi yang pertama. Untuk membekali peserta didik dengan keterampilan fungsional, termasuk kemampuan belajar sepanjang hayat, sebagai orientasi kedua, para guru  menyelenggarakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau student centre

Melalui proses belajar yang berpusat pada peserta didik tersebut, peserta didik lebih aktif melatih keterampilan dan mengembangkan potensi mereka secara lebih intensif melalui pembelajaran dengan pendekatan konstruksi melalui pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran inkuiri. 

Baca juga : 

Catatan Kritis tentang Arah Pengembangan Literasi Kita

Dengan pendekatan pembelajaran ini peserta didik didorong untuk mengeksplorasi, merumuskan masalah, bereksperimen, belajar memecahkan masalah, merumuskan solusi untuk masalah di dunia nyata. Melalui pendekatan pembelajaran ini, peserta didik dilatih berpikir kritis, selain itu, kreativitas, rasa ingin tahu, serta kemampuan memecahkan masalah pun ditumbuhkan. 

Inilah keterampilan fungsional yang sangat diperlukan peserta didik untuk menghadapi perubahan yang akan terus terjadi dan tantangan kehidupan yang akan mereka hadapi. Termasuk mengembangkan rasa ingin tahu untuk belajar sepanjang hayat. 

Selain itu, sebagai upaya mewujudkan orientasi yang ketiga, SMAK Kosayu juga aktif menyiapkan peserta didik memasuki perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri, maupun melanjutkan pendidikan di luar negeri. Proses ini bahkan dilakukan sejak dari kelas X.  

Upaya ini dimulai dengan membantu peserta didik mengenali bakat dan minat, mengenali dunia karier, merencanakan karier dengan terlebih dahulu mengikuti ekspo karier, ekspo perguruan tinggi. Kegiatan ini melibatkan alumni dari berbagai angkatan yang tersebar di berbagai penjuru dunia dan perguruan tinggi kerja sama. 

Baca juga : 

Indonesia Memerlukan Wirausahawan untuk Mencapai Target Menjadi Negara Maju. Praktik Pendidikan Perlu Ditinjau Ulang

Program seperti inilah yang membuat peserta didik memahami dirinya dan mengetahui tujuan hidupnya dari awal, sehingga pada umumnya semua peserta didik fokus pada tujuan hidup dan cita-cita masing-masing. Dengan demikian pada umumnya semua kegiatan yang direncanakan berjalan sangat efektif. 

Semua dapat berjalan seperti ini karena guru dan staf pada SMAK Kosayu pada umumnya memiliki kompetensi yang mumpuni. Untuk mencapai kompetensi tersebut, para guru dan staf didorong untuk terus belajar secara mandiri selain dilatih sesuai dengan kebutuhan. 

Dalam hal pendampingan peserta didik, SMAK Kosayu terkenal sangat antisipatif, preventif, dan sangat individual berdasarkan kebutuhan peserta didik. Misalnya terlihat dari pengalaman Ibu Dika dari Wamena Papua, yang anaknya kini ada di kelas XII. 

“Sebagai anak daerah, bekal pengajarannya kurang. Sekolah menyediakan guru untuk memberikan les tambahan. Anak saya diterima dengan baik, penuh keakraban dan kekeluargaan, semua anak membaur dalam satu keluarga. Ini membuat anak saya nyaman, dan dalam waktu tiga bulan anak saya sudah dapat beradaptasi,” kata Ibu Dika. 

Baca juga : 

Hanya dengan Cara Inilah Kecurangan dalam Proses PPDB Dapat Diatasi

“Yang sangat menarik di Kosayu, bukan sekedar prestasi akademik yang dikejar, tetapi karakter anak didik juga diperhatikan, dibina, sehingga anak kami mendapat pendidikan yang utuh. Semua anak dari daerah yang berbeda tetapi saling menghormati. Ini sangat positif,” lanjutnya. 

Untuk sementara, itulah dua hal penting yang menurut hemat kami, membuat SMAK Kosayu terus mempertahankan pertumbuhannya di tengah-tengah persaingan antar sekolah. Masih ada tiga sub bagian lagi yang akan kami bahas pada tulisan berikutnya. 

Tulisan ini sebelumny tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis /  Foto dari foursquare.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of