Pilkada dan Politik Gagasan

Sospol
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Untuk tulisan ini, saya sengaja membuat sebuah survei kecil di salah satu group Facebook. Suara Flotim. Empat hari lalu, di group yang boleh dibilang barometer berbagai isu hangat di Flores Timur itu, saya menulis begini:

“Kalau Bacalon Bupati dan atau Bacalon Wakil Bupati, TIDAK MENYAMPAIKAN GAGASAN dan TIDAK MEMBAGI PROGRAM di ruang-ruang public,

Maka itu bisa saja menjadi pertanda bahwa tidak cukup niat untuk membangun Lewotanah Flores Timur.

Lebih Jauh lagi, TANPA GAGASAN kita bergerak ke arah PEMBODOHAN POLITIK”

Status empat hari lalu ini, ternyata mendapatkan tidak banyak tanggapan; seperti biasa.  Namun menariknya, dari sedikit tanggapan ini, ada beberapa poin penting yang sebenarnya sudah saya prediksi mengenai gagasan-gagasan membangun Flores Timur.

Lantas apa hubungannya dengan pembodohan politik atau dalam kata yang lebih positif “PENDIDIKAN POLITIK?”

Dari para penanggap yang hanya sedikit itu; saat tulisan ini dibuat status tersebut saya mendapatkan 25 tanggapan berupa like, dan kurang dari 10 orang yang memberi komentar, termasuk tanggapan saya atas beberapa komentar tersebut.

Baca Juga:

Politik Identitas vs Politik Gagasan

Sebagian penanggap, dalam komentar mereka menyebutkan bahwa “belum saatnya” para paket bacalon bupati-wakil bupati untuk Kabupaten Flores Timur pada pilkada yang akan datang menyampaikan gagasannya.

Ada yang pesimis, bahwa gagasan politik kadang hanya berakhir sebagai wacana saja yang kadang sangat jauh kenyataanya dengan berbagai perubahan yang diharapkan dan bisa dinikmati secara langsung oleh masyarakat Flores Timur.

Membatasi tulisan ini, saya akan fokus pada satu tanggapan saja, yang menurut saya tepat jika saya gunakan sebagai sudut pandang kenapa politik gagasan menjadi sesuatu yang teramat sangat penting.

Dan tentu saja, politik gagasan yang sangat penting ini, hanya berada di dalam sebuah lingkungan demokrasi yang sehat. Dan menurut saya satu-satunya ukuran dari demokrasi yang sehat adalah ketika Masyarakat pemilik hak suara TERDIDIK DALAM POLITIK.

Tentu tulisan ini hanya berasal dari saya yang tidak memiliki latar belakang ilmu politik, karena itu tulisan sederhana ini jelas tidak berangkat dari disiplin ilmu tersebut. Dan karena itu, tentu saja tulisan ini sangat terbuka pada tanggapan balik yang lebih “berisi”.

Baca Juga:

Kenapa Caleg Harus Melangkah di Jalan Politik Gagasan?

Petrus Salestinus, dalam tanggapannya pada status tersebut menulis begini:

“harapan masyarakat hari ini adalah butuh kerja nyata. Bicara terlalu banyak juga orang bosan. Saya yakin setiap balon punya visi misi. Yang bikin ribet adalah peran media.

Yang paham tentang birokrasi pasti tau yang namanya program kerja turunan mulai dari pusat sampai daerah. Kita boleh bicara tentang ide/gagasan ataupun program kerja tapi harus didukung dengan kekuatan APBD.

Setiap instansi sudah dibagi anggarannya dengan usulan program kerja, belanja non fisik dan belanja fisik.. omong tinggi tinggi juga belum tentu….”

Dari tanggapan Petrus Salestinus ini lah saya benar-benar menganggap penting bahwa tanggung jawab kita semua untuk mendidik diri sendiri dan lebih baik lagi jika terlibat aktif untuk mendidik orang lain untuk benar-benar memahami politik. Dan untuk urusan pendidikan politik ini, harus jadi suatu yang prioritas saat ini.

Pertama : Hanya yang bisa di-UKUR-lah yang bisa diATUR.

Gagasan dan ide-ide pembangunan harus disampaikan agar masyarakat memiliki cukup pegangan dasar untuk mengukur. Apakah ada kesesuaian antara kebutuhan real dengan gagasan atau program yang sedang diperjuangkan oleh pasangan politik.

Baca Juga:

Politik Pehen Poro

Setelah menyesuaikan diri dengan kebutuhan riil, masyarakat juga memiliki kesempatan untuk mengukur dalam evaluasi, apakah program-program itu telah dilakukan dengan baik dan apakah berhasil membawa perubahan kearah yang lebih baik.

Melalui gagasan yang terukur kita tahu bahwa ada niat dari para politisi kita untuk mengatur – membuat – membawa masyarakat menjadi lebih baik, jiwa dan raga. Karena itu jika tanpa gagasan, dari mana kita tahu bahwa seorang politisi hendak melakukan – mengatur – sesuatu?

Kedua : Proyek dari Pusat (atas) itu Beda dengan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat.

Kita harus bertanya secara kritis. Apakah pusat mengetahui secara detail kebutuhan yang ada di daerah?

Ini soal sudut pandang. Sudah jadi rahasia umum bahwa dalam banyak hal proyek-proyek pemerintah pusat hanya dipaksakan turun ke daerah tanpa melihat betul kesesuaiannya dengan kebutuhan masyarakat di daerah.

Karena itu, gagasan-gagasan yang diperjuangkan oleh para pasangan calon di daerah harus diuji kesesuaian dengan kebutuhan real di daerah. Menjadi bagian dari gerakan untuk pemberdayaan masyarakat lokal di daerah.

Itulah kenapa para calon, penting menyampaikan gagasannya lebih awal, agar masyarakat memiliki kesempatan untuk menilai dan menguji gagasan dan program-program kerja tersebut.

Baca Juga:

Musim Kampanye Politik dan Fans Garis Keras Para Artis

Tiga : Merubah Pola Pikir, Tidak Cukup hanya Lima Tahun Sekali, Apalagi hanya di saat Kampanye.

Gagasan-gagasan pembangunan yang disampaikan adalah cara para pemimpin politik mengajak masyarakat berpikir menurut cara pikir para pemilik gagasan.

Karena itu masyarakat pemilih, yang menentukan siapa yang nantinya akan mengemban jabatan politik harus memiliki cukup referensi untuk menguji cara pikir pemilik gagasan itu.

Mempertanyakan sedetail mungkin kenapa gagasan itu dikemukakan, apa dampak nyata bagi perkembangan kualitas hidup masyarakat, sekaligus bagaimana cara mengukur dampak tersebut.

Dan mempersiapkan masyarakat agar memiliki cukup keterampilan untuk menguji gagasan para politisi ini tentu bukan perkara mudah. Kita membutuhkan waktu yang bisa jadi sangat lama untuk merubah pola pikir.

Empat : Proses Pendidikan Politik adalah Cara Membuat Masyarakat Berpikir dan Bertindak Kritis.

Pendidikan politik menurut saya adalah bagaimana mengajak sebanyak mungkin pemilik suara untuk menyadari betul bahwa satu suara mereka menentukan kehidupan setiap orang.

Baca Juga:

Politik dan Peradaban

Karen itu sangat penting bagi para pemilik suara ini untuk menyadari persis, bagian mana dari gagasan-gagasan politik ini yang paling sesuai dengan kebutuhan saat ini.

Tidak hanya melihat gagasannya, namun juga menguji setiap program yang sedang dijalankan oleh pemerintah dan mengevaluasi pencapaian-nya secara kritis.

Kepekaan seperti ini harus menjadi bagian dari cara hidup setiap hari. Bukan pada saat pilkada atau pemilu saja.

Lima: Muara dari Pendidikan Politik.

Sama seperti proses pendidikan lain. Pendidikan politik juga adalah proses untuk merubah pola pikir. Proses untuk mengajak orang berpikir. Tentu esensinya adalah mempertanyakan secara kritis ide atau gagasan, kemudian mempertanyakan secara kritis pula bagaimana cara ide dan gagasan tersebut di diwujudkan, kemudian mengevaluasi dan mengukur pencapaiannya.

Politik pada akhirnya adalah soal memilih siapa. Kemudian orang bisa melakukan apa saja untuk membuatnya terpilih. Bisa jadi banyak orang mengabaikan gagasan politik. Mereka bisa menempuh jalan pragmatis lain untuk terpilih.

Baca Juga:

Budaya Politik Baru Berkearifan Lamaholot

Banyak juga memaksakan gagasan. Atau menyampaikan gagasan yang membuat masyarakat secara psikologis akan menerima itu. Tanpa menolak sama-sekali. Dan dalam banyak kesempatan ternyata efektif.

Salah satu contoh, kata GRATIS menghipnotis banyak dari kita, lalu kemudian membuat alam bawah sadar kita menyukai trik psikologis ini. Lelu memutuskan memilih mereka yang menjanjikan banyak GRATIS. Apakah masyarakat kita cukup memahami apa makna dibalik kata gratis ini?

Bisa jadi, Kuliah Gratis di Flores Timur, atau Makan Siang Gratis, Ibu Hamil di Subsidi dan lain-lain gratis membuat pemilik suara menentukan pilihan pada mereka.

Maka pendidikan politik bukan soal bagaimana menentukan memilih sebuah gagasan, lebih dari itu, muara dari pendidikan politik seharusnya adalah bagaimana caranya membuat masyarakat memutuskan untuk tidak memilih seseorang politisi, karena mereka memahami betul apa yang mereka pilih dan bahwa satu suara mereka menentukan kehidupan banyak orang.

Ilustrasi dari geotimes.id

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of