Eposdigi.com – Semua orang pernah mengalami sakit. Ringan maupun parah, setiap orang pernah mengalaminya. Sesuatu yang sangat alamiah, sebagai reaksi pada saat tubuh mengalami keadaan buruk.
Setiap keadaan buruk yang terjadi pada tubuh, pikiran dan juga jiwa dapat kita kategorikan sebagai penyakit Sementara sakit adalah reaksi indrawi kita terhadap kondisi tubuh yang lagi buruk tersebut.
Karena itu, sakit dan penyakit jelas sesuatu yang berbeda. Penyakit itu kondisi buruk pada organ tubuh tertentu. Kondisi buruk ini bisa saja disebabkan oleh banyak hal. Penyakit bisa terjadi karena ada virus, bakteri atau kuman masuk kedalam tubuh, kemudian merusak tubuh.
Penyakit juga bisa timbul karena luka, tidak seimbangnya kimiawi dalam tubuh, terkena racun atau barangkali karena kelainan genetic atau adanya sel yang tidak normal yang tumbuh di dalam diri.
Penyakit tidak hanya menyerang tubuh. Penyakit juga menyerang jiwa. Gejala penyakit jiwa juga banyak. Tidak harus kita bahas satu demi satu.
Akibat tubuh yang rusak itulah kemudian otak membacanya sebagai rasa sakit. Karena itu, sakit adalah salah satu gejala bahwa tubuh kita sedang mengalami kerusakan atau sedang terserang penyakit.
Baca Juga:
Sakit hanyalah satu gejala yang disadari. Ada juga penyakit yang tidak menimbulkan gejala sakit. Penyakit tanpa sakit inilah yang hendak kita bahas dalam tulisan ini.
Tubuh, pikiran, bahkan jiwa kita memiliki cara yang khas untuk menanggapi berbagai faktor dari luar yang terjadi. Ketika kita tertusuk jarum, tubuh menanggapinya dengan mengirim sinyal ke otak dan kita merasakan sakit. Ini cara sederhana menjelaskan mengenai cara tubuh menanggapi rangsangan dari luar.
Ketika tertusuk jarum, otak menerjemahkannya menjadi rasa sakit. Namun ada juga cara tubuh menanggapi rangsangan dari luar yang menyebabkan kerusakan pada tubuh namun “gagal” diterjemahkan oleh otak sehingga tidak ada respon berupa rasa sakit.
Kita tidak merasakan sakit, namun kerusakan yang terjadi akibat rangsangan dari luar ini, perlahan namun pasti menggerogoti organ-organ tubuh kita tanpa kita sadari.
Ketika ada pemicu dari luar, entah tubuh maupun pikiran kita akan memberi respon agar kita cepat menyesuaikan diri dengan pemicu tersebut. Ini adalah respon alamiah. Cara tubuh dan pikiran kita melindungi diri terhadap rangsangan dari luar tersebut. Kita mengenalnya sebagai stress.
Jadi stres adalah sesuatu yang baik bagi jiwa dan raga. Stres adalah reaksi alamiah dari tubuh maupun pikiran, baik fisik maupun emosi apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan kita untuk menyesuaikan diri.
Baca Juga:
Maukah Menukar Waktu Berkualitas Anda Bersama Keluarga Dengan Uang?
Stres berupa panas, maka kita mengipasi diri kita. Stres karena dingin maka kita akan menarik selimut atau mengenakan pakaian tebal untuk menghangatkan badan.
Begitu juga dengan banyak hal lain. Kekecewaan, keinginan yang belum terkabul, tekanan dari orang-orang sekitar, harapan yang tidak sesuai kenyataan juga merupakan jenis-jenis perubahan yang mengharuskan kita untuk menyesuaikan diri.
Dan nyatanya Allah sungguh adil. Di dalam diri kita ada begitu banyak benteng-benteng alamiah yang yang diproduksi otomatis untuk melindungi kita dari rangsangan-rangsangan atau pemicu-pemicu, atau perubahan dari luar.
Tubuh kita memiliki hormon kortisol, adrenalin dan juga norepinerfin yang berfungsi sebagai benteng alami ketika kita mengalami situasi yang mengharuskan kita berubah.
Kortison diproduksi oleh kelenjar adrenal yang tugasnya membawa lebih banyak para prajurit bernama cadangan glukosa dari hati. Para prajurit ini bertugas untuk menghasilkan energi dan menghasilkan kekebalan untuk mencegah peradangan pada tubuh.
Adrenalin juga sama. Adrenalin membawa pasukan pelindung dari atas ginjal yang membuka saluran pernafasan, memobilisasi kadar gula dalam darah agar tubuh siap melawan rasa sakit.
Baca Juga:
Waspadai Stress pada Anak Kecil, Ini Gejala dan Cara Mengatasinya
Karena itu biasanya ketika ada pemicu dari luar kita cenderung bernafas cepat dan detak jantung akan lebih cepat untuk memompa darah agar glukosa darah segera pergi ke tempat rasa sakit untuk meredakannya.
Sementara Norepinefrin adalah penyeimbang. Ia bertugas menjaga pembuluh pembuluh darah yang bekerja keras karena kortisol dan adrenalin tetap stabil. Darah boleh dipompa sedemikian kencang tapi dijaga tetap stabil oleh hormon norepinefrin.
Karenanya stress itu sungguh baik. Beda dengan merasa stress. Stres adalah mekanisme perlindungan diri otomatis dan alamiah. Stres melindungi diri dari luar.
Sementara merasa stres itu beda. Rangsangan atau pemicunya ada di dalam diri. Bukan datangnya dari luar. Ada di dalam pikiranmu sendiri. Merasa stress mengakibatkan hormon kortisol, adrenalin dan norepinefrin diproduksi terlalu banyak oleh kelenjar adrenal.
Lebih berbahaya lagi jika merasa stress terjadi berulang-ulang dan dalam waktu yang lama. Hormon kortisol, adrenalin dan norepinefrin akan jadi pelindung jika produksinya pas. Namun berubah jadi perusuh dan penjarah jika diproduksi berlebihan.
Adrenalin yang terlalu banyak, bertanggung jawab atas detak jantung yang terlalu cepat, menyebabkan pusing, mudah tersinggung, insomnia hingga gangguan jantung.
Baca Juga:
Dorong Anak untuk Bermain di Alam Terbuka, Baik untuk Kesehatan Fisik Maupun Mental
Kortisol yang terlalu banyak justru menjadi pemicu peradangan dan melemahnya sistem imun tubuh. Ia adalah sebab utama dari meningkatnya berat badan, jerawatan, dan berbagai masalah kulit. Wajar saja, orang stress biasanya tidak gampang tidur, jerawatan kemudian gendut.
Kalau norepinefrin lain lagi. Kalau terlalu banyak malah memicu gangguan kecemasan, depresi, perasaan euforia, serangan panic hingga hipertensi.
Dimaklumi sebab selain kelenjar adrenal, hormone stress juga dibantu fungsinya oleh sumbu HPA (Hipotalamus, Pituitari dan Adrenal) yang ketiganya ada di pusat kehidupan sehingga wajar, ketika hormone stress diproduksi terlalu banyak ia akan mempengaruhi banyak organ tubuh sekaligus.
Karena itu sangat disarankan untuk berhenti di stress saja. Jangan paksa diri untuk merasa stress. Merasa Stres adalah mekanisme yang sengaja kita ciptakan dengan memikirkan sebuah masalah berulang-ulang di dalam kepala.
Pengulangan inilah yang memicu hormone stress diproduksi berkali-kali dan membanjiri tubuh dengan berbagai potensi kerusakan yang ditimbulkannya. Merasa stress adalah pintu masuk paling cepat dan aman, tidak terdeteksi, diam-diam namun pelan-pelan merusak begitu banyak organ tubuh.
Baca Juga:
Tiga Faktor Ini Menyebabkan Remaja Indonesia Mengalami Darurat Kesehatan Jiwa
Padahal melawan ‘merasa stress’ tidak susah-susah amat. Sambil tersenyum tulus dan katakana saja pada dirimu “ inipun akan berlalu”. Apapun masalahmu, seberat apapun itu, “akan berlalu juga”.
Ilustrasi dari annasindonesia.com
Leave a Reply