Eposdigi.com – Sebuah riset yang dilakukan oleh Bustamante dkk., tahun 2023 mencoba mengungkap mengapa pada umumnya anak sekolah menganggap rumpun ilmu science, technology, engineering dan mathematics (STEM) adalah disiplin ilmu yang sulit dipelajari?
Banyak anak, menggunakan banyak waktu mereka untuk mempelajari STEM, namun mereka sulit mendapatkan nilai yang memuaskan. Pada umumnya kondisi ini dikaitkan dengan penjelasan guru yang tidak menarik dan sulit.
Ada juga yang mengaitkan hasil belajar yang buruk tersebut dengan cara belajar anak. Para murid tidak memiliki banyak waktu untuk menyiapkan diri sebelum pelajaran dimulai, dan mengulang topik yang baru dipelajari setelah topik baru tersebut dibahas di kelas.
Untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut, Bustamante dan tim memeriksa data tim peneliti lain yang dilakukan oleh National Institute of Child Health and Human Development Early Child Care Research Network tahun 2008.
Bustamante dan tim memeriksa data dari 979 keluarga yang berpartisipasi dalam studi Perawatan Anak dan Pengembangan Masa Depan. Anak yang menjadi sampel adalah anak-anak yang lahir tahun 1991 hingga tahun 2006.
Baca juga :
Kesimpulan Hasil Penelitian; ChatGPT Menyebabkan Penurunan Kemampuan dan Prestasi Belajar Murid
Selain itu, tim peneliti juga memeriksa data hasil kunjungan tim peneliti, yang mengunjungi tempat penitipan anak dan Taman Kanak-kanak dari semua anak yang terdaftar, selama 10 jam atau lebih dalam seminggu. Anak-anak yang dikunjungi berusia 6, 15, 24, 36 dan 54 bulan.
Kunjungan tim peneliti tahun 2008 tersebut dilakukan untuk mengamati sejauh mana para pengasuh memberi respon pada minat dan emosi anak, menyediakan lingkungan pengasuhan yang hangat pada anak.
Selain mengamati, para peneliti juga memberi nilai pada stimulasi kognitif oleh pengasuh dengan menggunakan bahasa yang kaya, termasuk mengajukan pertanyaan untuk mengeksplorasi pemikiran anak dan memberikan umpan balik untuk memperdalam pemahaman anak tentang konsep.
Setelah memeriksa data pola pengasuhan, Bustamante dan tim juga meneliti prestasi akademis anak-anak tersebut terkait bidang studi STEM. Saat Bustamante dan tim bekerja, anak-anak tersebut sebagian besar berada di SD dan SMP.
Bustamante dan tim memeriksa skor Penalaran, Aritmatika dan Matematika dalam tes berstandar untuk murid kelas 3 dan kelas 5. Sedangkan untuk murid yang duduk di SMP para peneliti memeriksa skor tes terstandar tertinggi dan nilai akhir untuk mata pelajaran Sains dan Matematika.
Baca juga :
Tujuh Ciri Orang Cerdas yang Dapat Dikenali Tanpa Melalui Tes Psikologi
Dari data yang mereka himpun, Bustamante dan tim menyimpulkan bahwa ada dua aspek yang berperan penting dalam mempengaruhi prestasi belajar anak terkait STEM yaitu sensitivitas respon pengasuh yang tepat dan stimulasi kognitif yang tinggi. Ini adalah salah satu indikator pengasuhan yang baik.
Bustamante dan tim meyakini bahwa dua aspek ini jika dilakukan dengan baik di masa bayi dan masa kanak-kanak, akan sangat berpengaruh pada kemampuan atau prestasi anak dalam bidang STEM di SD dan diprediksi akan berpengaruh pula pada prestasi di bidang STEM di SMP dan SMA.
Tim peneliti juga menyimpulkan bahwa orang tua pada keluarga yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah lebih memiliki sensitivitas, lebih tepat merespon dan memiliki stimulasi kognitif yang lebih tinggi pada anak mereka.
Sayang dua penelitian ini tidak menyelidiki lebih jauh tentang mengapa, keluarga ekonomi menengah ke bawah lebih dapat melakukannya daripada keluarga dengan ekonomi atas. Namun penelitian ini mengungkap hal yang penting dalam pendidikan dan pengajaran terkait mata pelajaran STEM.
Baca juga :
Bahwa selain faktor internal seperti faktor guru dan faktor murid pada saat proses belajar mengajar, ternyata ada faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi murid dalam pembelajaran mata pelajaran STEM yakni pola asuh orang tua.
Orang tua yang memiliki sensitivitas dan ketepatan dalam memberi respon pada anak, aktif melakukan stimulasi kognitif dengan kemampuan bahasa yang kaya, mengajukan pertanyaan eksploratif pada anak, memberi umpan balik untuk memperdalam pemahaman anak terhadap konsep, akan menjadi fondasi yang kokoh dalam pembelajaran STEM.
Kesimpulan ini memperkaya pemahaman kita tentang pembelajaran STEM di sekolah, membuat kita lebih realistis. Namun kesimpulan ini sangat penting bagi lembaga negara yang mengurusi keluarga seperti Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dan kementerian terkait untuk memberi perhatian pada hal ini.
Bahwa pola asuh yang baik akan sangat berpengaruh pada mutu pendidikan termasuk mutu pengajaran STEM. Maka menyiapkan pasangan muda yang hendak menikah dengan pengetahuan yang mereka perlukan untuk menjadi orang tua yang efektif adalah sangat strategis, meskipun hingga kini negara belum mau melakukannya.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto: UNPI Cianjur
Leave a Reply