Ternyata Dunia Semakin Aneh, dan Kita Bisa Jadi Bagian dari Keanehan Tersebut

Budaya
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Zaman berubah sedemikian cepat. Perubahan tersebut mempengaruhi berbagai aspek kehidupan kita. Ada perubahan yang membawa pengaruh baik bagi kehidupan. Namun ada juga sebaliknya.

Tidak semua perubahan membawa kebaikan bagi umat manusia. Ada banyak perubahan yang justru membuat banyak nilai yang dihargai sejak zaman dahulu terkikis begitu saja.

Banyak fenomena yang kita jumpai dalam kehidupan kita, yang mengalami pergeseran nilai sedemikian rupa. Pergeseran nilai yang ada di masyarakat ini seolah menjadi kebenaran baru.

Sayangnya kebenaran baru ini, ternyata dilakukan oleh banyak orang. Entah disadari atau tidak, banyak orang berperilaku seolah-olah kebenaran baru ini menjadi sesuatu yang wajar.

Padahal belum tentu, hal-hal yang bisa kita lakukan saat ini, membawa kita semakin baik dalam hubungan kita dengan setiap orang. Membuat kita bertumbuh menjadi semakin manusiawi.

Baca Juga:

Membaca Latar Psikologi Tindakan Korupsi di Flores Timur

Berikut sepuluh hal yang sering kali kita temui dalam kehidupan modern saat ini. Mungkin sebagian justru sering atau minimal pernah kita lakukan.

Gelar seseorang semakin tinggi, tapi akal sehatnya semakin rendah.

Makin banyak orang mengenyam pendidikan lebih tinggi. Banyak orang meraih gelar akademik tinggi. Sayangnya banyak hal buruk justru dilakukan oleh mereka yang bergelar akademik tinggi. Korupsi misalnya.

 Akal sehat juga berkaitan dengan bagaimana kita mencari dan menemukan solusi bersama terhadap berbagai hal sederhana yang sering menjadi masalah bersama.

 Misalnya, membuang sampah sembarangan bisa menyebabkan saluran air tersumbat. Akibatnya banjir seringkali terjadi. Tapi seringkali kita tidak menempatkan sampah secara benar lalu kemudian kita mengeluh tentang banjir.

 Sampah menjadi contoh sangat sederhana bahwa kita semua sekolah namun akal sehat kita seolah tidak pernah mengenyam pendidikan.

Traveling ke mana-mana hingga keliling dunia, tapi tidak kenal dengan tetangganya sendiri.

Tidak salah juga jika kita ingin menikmati hidup dengan mengunjungi berbagai tempat di dunia. Kita ingin menyenangkan diri sendiri dengan pengalaman mengunjungi tempat-tempat baru, berjumpa dengan orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda dengan kita.

Baca Juga:

Media Sosial, Masyarakat Jaringan dan Kita

Membandingkan traveling dengan tetangga, sebenarnya hanyalah pesan bahwa sangat baik apabila kita mengakrabkan diri dengan tetangga kita. Mengenal mereka yang dekat dengan kita setiap hari. Mereka yang kita jumpai lebih sering dibandingkan dengan orang-orang lain di tempat yang jauh.

Berpenghasilan semakin tinggi dan meningkat, tapi ketentraman jiwa pun semakin berkurang.

Banyak orang disekitar kita, atau bahkan kita sendiri lebih focus mencari dan memperjuangkan hal-hal yang artifisial. Punya uang banyak. Terkenal. Punya banyak penggemar. Berkuasa, dan lain-lain.

Intinya kita ingin mendapatkan kesan baik dari orang-orang sedemikian rupa, sehingga kita mengabaikan bahwa sebenarnya yang kita butuhkan adalah menyadari semua hal baik yang sudah kita miliki.

Uang, itu penting. Berpenghasilan tinggi itu sebuah keharusan. Namun jauh lebih penting adalah memberi waktu pada diri sendiri untuk menikmati dengan tentram dan damai berapapun rezeki yang kita dapatkan setiap saat.

Pengobatan semakin canggih, tapi kualitas kesehatan semakin memburuk

Teknologi pengobatan semakin modern dan canggih. Informasi mengenai cara hidup sehat juga bertebaran dan semakin mudah kita akses. Fasilitas kesehatan semakin dekat dengan lingkungan kita.

Sayangnya dalam banyak hal semua itu tidak berbanding lurus dengan kualitas kesehatan kita.

Semakin banyak teman didunia maya, tapi tidak punya sahabat sejati didunia nyata

Teknologi informasi yang semakin maju, media sosial yang semakin memudahkan kita, terhubung dengan orang lain secara instan. Kita bisa dengan mudah berselancar di dunia maya, mengagumi banyak hal di dunia.

Baca Juga:

Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2023: “Berbicara Dengan Hati”

Namun sayang kita sering tidak menemukan orang lain atau bahkan diri kita sendiri pun sering tidak betah berlama-lama dengan orang lain untuk berbagi berbagai macam cerita dan hal baik.

Media social nyatanya mendekatkan yang virtual,namun sekaligus menjauhkan kita dari yang nyata-nyata dapat kita temui. 

Pakai jam tangan yang mahal, tapi tidak pernah tepat waktu,  

Soal waktu ternyata benar-benar tidak terhubung dengan penanda waktu yang kita miliki. Jam tangan mewah ternyata tidak terkait erat dengan perilaku tepat waktu 

Kata ‘OTW” benar-benar menjadi saksi bisu bahwa kita sering tidak menghargai orang lain yang menunggu untuk berjumpa dengan kita.

Ilmu semakin tersebar, tapi adab dan akhlak semakin lenyap.

Sama seperti gelar akademik yang berbanding terbalik dengan akal sehat, begitu juga dengan ilmu dan akhlak.

Pengetahuan dapat dengan mudah diakses. 24 jam sehari tanpa henti namun itu tidak menjamin kita memiliki adab terpuji dalam relasi kita dengan alam semesta, dengan orang lain, bahkan dengan Tuhan sendiri.

Belajar semakin mudah, tapi guru semakin tidak dihargai

Hampir sama dengan membandingkan antara ilmu dengan adab. Kita telah lama kehilangan rasa hormat kepada guru.

Baca Juga:

Ai Benga Olha dan Kritik Sosial

Sayangnya, hal-hal ini semakin menegaskan bahwa kita hanya belajar untuk menguasai pelajaran. Kita gagal mendidik diri dengan akhlak dan adab.

Teknologi informasi semakin canggih, tapi fitnah dan aib semakin tersebar.

Kemajuan teknologi informasi ternyata tidak hanya sebatas pada semakin sulitnya kita mendapatkan teman sejati yang bukan virtual.

Media sosial yang sedemikian canggih dan mudah diakses justru semakin dipenuhi dengan kabar bohong, fitnah, saling serang, penipuan, kejahatan seksual dan hal buruk lainnya

Beranikah kita menjadi orang yang pertama kali mengambil keputusan untuk “berhenti di saya” ketika mendapatkan berbagai informasi yang berdampak buruk?

Sibuk mengatur waktu untuk berjumpa, tapi pas ketemu sibuk main HP. 

Ini adalah tentang bagaimana kita menghargai waktu, sekaligus bagaimana kita mengakrabkan diri dengan sesuatu yang tidak virtual.

Baca Juga:

Terbukti; ‘Kita’ Paling Tidak Sopan Bersosial Media

Seringkali kita kesulitan untuk mengatur waktu bertemu, namun ketika sudah dihadapan mata, semua sibuk menghubungkan diri dengan apapun yang virtual lewat HP yang ada di genggaman.

Seberapa sering dari ke-10 hal ini kita lakukan? Apakah kita juga menyadari kebenaran dari 10 hal ini? Apakah kita juga terganggu atas 10 fenomena ini?

Foto Ilustrasi dari kumparan.com

 

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of