Eposdigi.com – Memulai obrolan apapun dengan anak-anak, membutuhkan persiapan yang cukup dari kita para orang tua. Terutama dengan anak-anak yang akan memasuki usia remaja.
Usia Pra Remaja dikategorikan bagi anak-anak pada rentang usia 9 – 14 tahun, ketika anak-anak mulai meninggalkan masa anak-anak menuju masa remaja.
Masa peralihan ini bisa saja menjadi suatu yang sulit bukan hanya untuk para orang tua melainkan juga untuk anak-anak pra remaja sendiri. Mereka tengah mengalami perubahan fisik dan emosional secara pesat.
Terutama perubahan emosional, pengaruh hormon pertumbuhan pada masing-masing anak remaja bisa saja menjadi sesuatu yang sulit dihadapi. Mereka tengah mengalami perubahan identitas dari anak-anak menjadi remaja.
Baca Juga:
Orang Tua, Waspadai Tanda-tanda Buruknya Hubungan Dengan Anak-Anakmu Berikut Ini
Karena itu butuh kepekaan dari orang tua untuk mengenali perubahan ini. Anak pra remaja menganggap diri mereka bukan lagi anak-anak. Karena itu mereka pasti ‘menolak’ ketika kita orang tua masih memperlakukan mereka seperti anak-anak.
Pada rentang usia ini, mereka tentu sudah memiliki keinginan sendiri, dan menginginkan pengakuan dari kita para orang tua bahwa mereka sudah ‘dewasa’.
Menjadi lebih sulit lagi ketika anak-anak pra remaja kita ini menunjukan tingkat emosi yang tidak stabil, perubahan mood yang cepat dan sering, penolakan terhadap aturan, lebih sering memberontak.
Mereka bahkan ‘menjaga jarak’ dengan orang tua, dan malu jika dipeluk dan dicium di depan teman-temannya. Dunia mereka bukan lagi orang tua. Mereka kini lebih tertarik untuk dekat dengan teman sebaya (peer group) demi pengakuan dan penerimaan.
Baca Juga:
Kebutuhan akan pengakuan dari teman sebaya tadi, membuat mereka melepaskan ketergantungannya pada orang tua. Seolah-olah mereka tidak lagi membutuhkan orang tua. Pada tingkatan yang demikian ini menjadi titik paling krusial ketika mereka tidak didampingi dengan nilai-nilai yang baik dari orang tua.
Tanpa pendampingan, bisa saja mereka menemukan nilai-nilai lain yang sebenarnya tidak selaras dengan kebutuhan mereka, tidak selaras dengan nilai-nilai universal yang ada di masyarakat, lingkungan tempat ia tumbuh. Lebih berbahaya jika mereka kemudian mengklaim bahwa nilai –nilai baru yang diperolehnya dari teman-teman sebaya adalah kebenaran mutlak.
Karena itu, orang tua harus mendampingi anak dalam masa peralihan ini, kemudian membekali mereka dengan standar-standar nilai tertentu yang menjadi filter atas nilai-nilai lain yang diperolehnya dari teman sebayanya.
Untuk itu hal-hal berikut ini seharusnya topic perbincangan yang serius antara orang tua dan anak, pada usia peralihan ini.
Baca Juga:
Masih Tentang Bagaimana Membentuk Rasa Percaya Diri Pada Anak
Pertama: Citra Tubuh. Bahwa masing-masing anak adalah pribadi yang spesial. Jiwa dan raga mereka. Jangan sampai mereka mengikuti standar-standar fisik tertentu untuk menilai tubuh mereka.
Jangan sampai anak-anak tumbuh dengan mengikuti standar fisik tertentu yang tidak realistis. Semisalnya yang cantik itu harus putih, berambut lurus dan lain lain. Sementara yang ganteng itu harus tinggi tegap.
Standar yang salah akan Citra sejati atas tubuh bisa saja membuat mereka mengejar banyak hal artifisial alih-alih menghargai apa yang ada pada tubuh mereka sebagai sesuatu yang spesial, unik dan sungguh berbeda dengan siapapun di luar sana. Bahwa tubuh mereka adalah tubuh yang istimewah yang diberikan oleh Tuhan.
Baca Juga:
“Yang Terbaik Untuk Anak”; Antara Ego Orang Tua atau Kebutuhan Anak?
Kedua: Kesehatan Reproduksi. Dalam suasana batin kita orang timur, berbicara tentang seksualitas masih menjadi sesuatu yang sulit, terutama antara orang tua dan anak-anak.
Walaupun demikian tentang seksualitas harus menjadi topik yang dibahas secara serius dengan dengan anak-anak pra remaja kita. Kesehatan reproduksi tentu menjadi topiK yang menarik jika dibicarakan bersamaan dengan citra tubuh mereka sebagai sesuatu yang spesial yang harus mereka jaga dan lindungi.
Bersambung….
Foto Ilustrasi dari sehatnegeriku.kemkes.go.id
Leave a Reply