Eposdigi.com – Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang saat ini dapat menyerang, tidak hanya orang dewasa tetapi juga dapat menyerang remaja bahkan anak-anak.
Studi yang dilakukan oleh Child Mind Institute seperti dilansir pada laman VOI, menggambarkan bahwa pada dekade ini, depresi di kalangan dewasa muda dan remaja lebih kerap terjadi.
Data yang hampir sama juga terbaca dari survey yang dilakukan oleh UNICEF dan Gulap. Dua lembaga ini melakukan survey di 21 negara di dunia.
Penelitian dari dua lembaga ini seperti membenarkan kesimpulan dari penelitian sebelumnya yakni 1 dari 5 remaja di dunia mengalami depresi.
Baca Juga:
Pada penelitian UNICEF dan Gulap ini, remaja Indonesia berada di peringkat ketiga terbanyak dalam survey tersebut yakni 1 dari 3 remaja Indonesia mengalami depresi.
Angka ini hanya berbeda tiga point dengan negara yang jumlah remajanya tertinggi mengalami depresi yakni Kamerun, salah satu negara berkembang di Afrika.
Jika ditelusuri mengapa kecenderungan ini terjadi maka dua penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penyebab utamanya adalah karena banyaknya waktu yang dihabiskan oleh remaja untuk mengakses media sosial.
Baca juga :
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa remaja justru mengalami depresi karena memiliki waktu banyak untuk mengakses media sosial? Seolah-oleh tidak ada sisi positif dari media sosial bagi remaja.
Atau pertanyaannya, bagaimana agar remaja dapat mengambil manfaat positif dari kehadiran media sosial? Mengingat selain dampak negatifnya, media sosial pun harusnya dapat berdampak positif bagi remaja, karena ada banyak sisi positif dari media sosial.
Mari kita fokus pada pertanyaan kedua yakni, bagaimana agar media sosial yang memiliki dua sisi; baik dan buruk, dapat berdampak lebih positif bagi remaja?
Perlunya pendidikan literasi digital
Hasil penelitian yang dipaparkan pada bagian awal tulisan ini, menggambarkan media sosial yang memiliki dua sisi; baik dan buruk, ternyata lebih berdampak buruk daripada berdampak baik.
Baca Juga:
Menurut hemat saya, ini terjadi karena remaja harus menggunakan media sosial, tetapi tidak memiliki kecakapan, apalagi menguasai etika bermedia. Oleh karena itu belum muncul rasa tanggung jawab dalam memperoleh informasi dan berkomunikasi.
Intinya, remaja belum siap bermedia sosial, artinya belum matang. Oleh karena itu, belum dapat menggunakan media sosial secara bertanggung jawab, sehingga lebih berdampak buruk.
Oleh karena itu diperlukan pendidikan literasi digital. Pada proses ini anak dididik agar menguasai kecakapan menggunakan media digital secara beretika dan bertanggung jawab.
Baca juga :
Karena ini membutuhkan proses dan waktu, maka sebelum remaja cakap beretika dan bertanggung jawab, mereka harus didampingi, selain tindakan proteksi dari orang dewasa; orang tua, guru dan orang dewasa yang terkait.
Jadi ada tiga tindakan; pendidikan literasi digital, pendampingan dari orang tua dan guru, serta tindakan proteksi berupa pengaturan privasi melalui pengaturan fitur untuk mencegah anak mengakses fitur yang negatif.
Pendidikan literasi digital, karena memerlukan keahlian, maka diharapkan dilakukan oleh pemerintah terkait dan sekolah, dengan sasaran anak dan remaja, dengan melibatkan orang tua secara aktif.
Sedangkan tindakan pendampingan dilakukan oleh orang tua dan guru. Wujudnya adalah penerapan kesepakatan tentang usia penggunaan media dan pengawasan aktivitas anak di media sosial, pembatasan waktu penggunaan media sosial, dan orang tua tentu saja mau jadi contoh.
Baca Juga:
Dan tindakan proteksi dilakukan tentu saja oleh orang tua dengan dialog yang baik dengan anak, hingga anak sepakat melakukan proteksi terhadap device-nya tanpa merasa terpaksa.
Dari tiga proses ini, diharapkan membuat anak dan remaja kita menjadi lebih siap dan matang sebagai pribadi, sehingga menjadi lebih positif dalam menggunakan media sosial, lebih beretika dan bertanggung jawab, sehingga tidak menyebabkan remaja depresi.
Jika pendidikan literasi digital tidak dilakukan, maka jangan harap penggunaan media sosial remaja kita berdampak lebih positif, bermanfaat dan lebih menumbuhkan remaja-remaja kita.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com / Foto ilustrasi dari tempo.co
Leave a Reply