Sikkapedia; Merekam Warisan Budaya Sikka

Budaya
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – September belum begitu basah. Hujan turun tidak merata. Di Maumere, kota kecil pesisir pantai utara laut Flores ini, rintik hanya menyela sesekali tiap dua tiga hari. Sisanya hanya angin yang berhembus dengan sisa-sisa basah dari laut Selatan yang juga nyaris tidak begitu terasa.

Di salah satu petang September yang terasa seperti tengah malam itu, saya berada di tengah sekelompok orang yang sedang duduk mengitari beranda Candraditya, Maumere. Mereka terdiri dari tiga generasi berbeda, bertukar informasi, sesekali di sela bersoal jawab, berdiskusi dan menyepakati hal-hal. Mereka sedang bergiat.

Sejak beberapa minggu sebelumnya, giat itu sudah dimulai. Digagas oleh Frans Cornelis atau yang lebih dikenal dengan Nyong Franco, giat ini didukung dan didanai penuh oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan diberi tajuk Sikkapedia – Pustaka Budaya Digital.

“Untuk sekarang ini, Sikkapedia baru bisa mengakomodir tiga konten yaitu situs, ritus, dan portofolio seni, dari seni yang dianggap monumental, dari Kabupaten Sikka,” jelas Nyong Franco tentang apa itu Sikkapedia.

Dalam kurun waktu kurang lebih tiga bulan ke depan, panitia pelaksana program ini bermisi mendokumentasikan warisan budaya Kabupaten Sikka dengan menggandeng komunitas lokal, orang muda; penulis, videografer dan cinematografer sebagai tim produksi dan generasi sesepuh; saksi hidup yang masih bergiat sebagai narasumber utama.

Baca Juga : Keaslian budaya kampung adat Wae Rebo bisa hilang tergerus moderenitas

Tujuan dari program ini untuk menyajikan data yang diharapkan cukup lengkap dan akurat tentang kebudayaan Sikka, terutama dalam tiga konten perdana yakni situs, ritus dan seniman monumental. Hasil riset ini akan disajikan dalam bentuk digital, baik audio-visual (video dokumenter) maupun narasi informatif dalam sebuah website; Sikkapedia.

Riset yang dilakukan melibatkan kurang lebih 44 narahubung yang merupakan perwakilan dari berbagai kecamatan di Kabupaten Sikka. Para narahubung ini bertugas untuk mengumpulkan dan mendalami data yang ada di masing-masing wilayah kecamatan di Kabupaten Sikka secara khusus tentang situs, ritus dan seniman monumental yang ada.

Data yang telah dikumpulkan dikawal dan dikaji oleh tim ahli yang terdiri dari para pemerhati, pelaku, dan cedekiawan seni dan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Sikka. Hasil kajian tersebut divalidasi beberapa kali lagi oleh narahubung sebelum akhirnya nanti diolah oleh tim produksi ke dalam bentuk sajian yang tidak saja menarik tetapi relevan dengan kebutuhan di era digital saat ini.

Baca Juga : Ketika Masyarakat NTT Berbicara tentang Pesta (Penutup)

“Secara kasatmata, program ini mungkin terdengar gila. Tetapi Kabupaten Sikka punya angkatan senior yang tidak pelit ilmu, dan sumber daya di kalangan anak muda yang kreatif dan punya hati untuk ini. Giat tiga bulan ini menjadi tidak mustahil lagi, tentu tidak terlepas dari berbagai tantangan yang ada karena ini jelas bukan pekerjaan mudah,” komentar Yos Lasar, salah satu tim ahli program Sikkapedia.

Dokumentasi yang akan terangkum dalam Sikkapedia tidak saja menyasar masyarakat secara luas sebagai audiens dan pembaca, namun terlebih juga pelajar dan pendidik.

“Hasil riset yang akan disajikan dalam bentuk digital ini, memang diusahakan menjadi data yang valid untuk bisa juga digunakan para guru, pendidik, dan bahkan oleh para siswa sendiri di sekolah. Cara penyajiannya pun akan mempertimbangkan hal itu. Ini giat yang bernilai guna besar di masa depan bagi lestarinya budaya nian tana Sikka,” jelas Dus Minzeti, yang juga adalah salah satu tim ahli program Sikkapedia.

Baca Juga : Orang Muda, Revitalisasi Nilai Adat dan Tantangan Era 4.0

“Kita tidak bisa pungkiri bahwa arsip kebudayaan yang kita bilang begini kaya, selama ini, belum ada yang baik. Program ini sekaligus mendorong Pemerintah Daerah untuk lebih mawas lagi terhadap peran penting literasi, terutama dalam hal pelestarian budaya. Dan giat ini jelas bisa jadi pilot project untuk usaha pelestarian budaya Sikka seterusnya,” pungkas Dede Aton, salah satu tim penulis program Sikkapedia menandaskan harapannya.

Petang itu, sambil mendengarkan Opa Oscar Parera Mandalangi sedikit berkisah tentang lirik lagu Maumere Manise yang sudah saya rapal dalam kepala bahkan sebelum saya bisa membaca itu, haru menyeruak seketika tanpa dapat saya tahan. Sebentar lagi adik-adik generasi kami tidak lagi mengeluh bahwa pelajaran seni budaya.

Baca Juga : Gubernur NTT: Festival Pariwisata Harus Berdampak Terhadap Ekonomi Masyarakat

Sebentar lagi mereka juga bisa menyaksikan dengan lebih nyata ritual siklus hidup manusia yang telah dijunjung tinggi nenek moyang kami. Sebentar lagi mereka juga bisa mengenal sedikit lebih dekat tentang tari-tarian daerah kami sendiri, lengkap dengan penggarap dan filosifi serta nilai hidup yang mau diwariskannya.

Tidak lama lagi apa yang menjadi warisan seni dan budaya kami tidak lagi berwujud barisan huruf-huruf mati di buku-buku lusuh dan lembab. Atau berwujud kenangan yang hanya diwariskan lewat tutur kata lepas yang tak terekam. Sebentar lagi yang berharga untuk diwariskan telah lebih dekat lagi ke ujung jari.

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali atas izin dari penulis.

Sebarkan Artikel Ini:

1
Leave a Reply

avatar
1 Discussion threads
0 Thread replies
0 Pengikut
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
0 Comment authors
Recent comment authors
  Subscribe  
newest oldest most voted
Notify of
trackback

[…] Baca Juga: Sikkapedia; Merekam Warisan Budaya Sikka […]