Masih Tentang Bagaimana Membentuk Rasa Percaya Diri Pada Anak

Budaya
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Melalui tulisan sebelum ini, kita ketahui bersama bahwa mengetahui dengan apa yang dibutuhkan oleh anak memerlukan usaha yang tidak sedikit. Butuh keberanian orang tua untuk melepaskan egonya, apa yang diinginkannya, ekspektasi-ekspektasinya kepada anak, kemudian membuka diri melalui usaha serius untuk mengenali kebutuhan anak.

Selain menciptakan lingkungan agar anak pantang menyerah dari sebesar apapun kegagalan mereka, kemudian membantu anak menemukan kekhasan, segala sesuatu yang unik dari mereka, berikut hal-hal lain yang juga bisa kita lakukan sebagai orang tua.

Harapannya adalah anak dapat menemukan kekhasan mereka dan membantu kita untuk menyadari bahwa fokus pada setiap pribadi yang unik ini, kita dapat membantu anak-anak kita tumbuh optimal sesuai kebutuhan mereka.

Baca Juga:

Lagi, Tentang Membentuk Rasa Percaya Diri Pada Anak

Berikut hal lain yang juga bisa kita para orang tua lakukan untuk membantu anak-anak kita mengenali kebutuhan mereka sehingga melalui identifikasi kebutuhan tersebut mereka lebih percaya diri dalam melakukan segala sesuatu untuk memenuhi apa yang mereka butuhkan.

  1. Tidak Membandingkan Anak Dengan Siapapun

Karena setiap pribadi adalah unik maka anak pasti memiliki perbedaan-perbedaan dengan siapapun. Anak dengan kondisi kembar siam sekalipun, pasti memiliki perbedaan karakter dengan kembarannya.

Yang paling penting dari orang tua adalah, anak menyadari bahwa mereka didukung, Anak tahu persis bahwa orang tua memberi mereka lingkungan yang membuat mereka nyaman menjadi diri sendiri.

Baca Juga:

Sosok Siapa Yang tepat Menjadi Role Model Anak?

Membandingkan mereka dengan kakak, saudara atau orang lain jelas menunjukan bahwa ada ekspektasi yang berlebihan dari orang tua kepada anak. Bisa saja ekspektasi orang tua ini diterjemahkan oleh anak sebagai tuntutan.

Ketika anak diberi lingkungan penuh tuntutan maka anak cenderung tidak nyaman mencoba hal-hal baru. Ia takut melakukan kesalahan, sebab jika dia salah maka orang tua akan menggunakan orang lain untuk mengukur si anak. Ini pasti bukan sesuatu yang menyenangkan bagi anak.

  1. Dengarkan Anak. Biarkan Mereka Mengungkapkan Pendapat.

Mendengarkan dengan penuh perhatian, bukan keterampilan yang mudah dikuasai oleh semua orang. Mendengarkan butuh usaha serius. Ukurannya adalah ketika anak bisa terbuka menyampaikan apapun bahkan sesuatu yang tidak ingin didengar oleh orang tua.

Latih anak untuk mengungkapkan pendapat mereka. Beri mereka opsi untuk dipilih dan ajak mereka mengungkapkan alasan kenapa mereka memilih sebuah opsi.

Baca Juga:

Phubbing dan Kebutuhan Untuk Mendengarkan

Barangkali opsi yang dipilih anak, bukan sesuatu yang dikehendaki oleh orang tua. Pada situasi yang seperti ini anak sungguh-sungguh didengar agar dia terbuka menyampaikan alasannya memilih opsi tersebut.

Pada saat yang sama, beri anak contoh bahwa kadang kita mengambil pilihan yang salah, namun dengan penuh tanggung jawab menerima konsekuensi dari pilihan apapun yang kita ambil.

Anak menjadi terbuka ketika dia menyadari bahwa dia diterima ketika memberi pendapat. Ia didengar tanpa dihakimi bahkan ketika ia mengambil pilihan yang salah. Dan dengan pengalaman orang tua, akan lebih mudah mendukung anak untuk menerima tanggung jawab dari pilihan yang salah tersebut.

  1. Mengenalkan Keterampilan Sosial Lebih Dini

Interaksi sosial adalah kodrat yang tidak dapat disangkal oleh setiap orang. Sebab bagaimanapun setiap individu bernama manusia juga adalah makhluk sosial diantara sesamanya. Keterampilan sosial adalah salah satu senjata penting untuk bertahan hidup di tengah masyarakat.

Keterampilan sosial itu bukan barang baru. Kita lebih mengenalnya sebagai sopan santun. Ramah tama. Mulailah dengan dan membiasakan diri menggunakan empat kata ajaib. “Permisi, Maaf, Tolong dan Terima Kasih”.

Baca Juga:

Enam Filosofi Keseimbangan Hidup Ala Jepang

Namun empat kata ajaib ini juga masih belum cukup. Masih ada satu ‘kata’ lagi yang wajib dikuasai oleh anak. Yaitu bahasa tubuh.

Memperlihatkan bahasa tubuh bahwa sedang mendengarkan orang lain -(melalui sikap dan posisi duduk, tatapan mata, dan lainnya), senyuman, anggukan kepala, “salim” dan lain-lain bahasa tubuh yang mengungkapkan sopan santun, harus menjadi bagian dari anak sedini mungkin.

Karena itu orang tua harus benar-benar bisa menjadi role model, contoh nyata untuk mengenalkan Empat + Satu kata ajaib tersebut. Beri kesempatan kepada anak untuk mengenali keempat + satu bahasa tersebut mulai di lingkungan tempat ia tumbuh besar. Di Rumah.

Bersambung….

Foto ilustrasi dari facebook Ayah Edi Parenting

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of