Eposdigi.com – Ada anggapan bahwa dengan merokok, orang akan terlihat semakin keren. Lihat saja, iklan-iklan rokok biasanya dibuat sedemikian keren.
Diperankan oleh para bintang iklan yang keren-keran juga. Bintang iklan dan video iklan yang keren benar-benar menarik. Iklan keren ini pada gilirannya menarik minat orang untuk merokok.
Para remaja yang berusia sekolah menengah pertama, biasanya sedang ingin diterima sebagai orang dewasa. Banyak diantara mereka menganggap bahwa merokok bisa jadi membuat mereka terlihat lebih keren. Seperti orang dewasa dalam iklan.
Baca Juga: Rokok dan Segudang “Manfaatnya”
Bukan hanya karena zat-zat kimia dalam rokok yang membuat orang ketagihan, tapi karena terlihat keren tadilah yang lebih mendorong orang merokok. Tidak hanya oleh orang dewasa, tapi telah merasuki banyak anak remaja.
Benar saja, bisnis.com (3/6/2020), mengungkap data WHO bahwa perokok pada usia 15 tahun ke atas meningkat dari 33 persen pada tahun 2000, menjadi 39 persen pada tahun 2015.
Data Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) menyebutkan bahwa dari tahun 2013 hingga 2018, prevalensi perokok anak usia 10 hingga 18 tahun meningkat dari 7,2 persen menjadi 9,1 persen.
Angka prevalensi 9,1 persen ini menunjukan bahwa 9 dari 100 anak usia 10 sampai 18 tahun merokok. Bahkan lanteraanak.org (20/01/2021) mengkategorikan ini sebagai kondisi darurat perokok anak.
Baca juga: Waspada Penggunaan Tembakau Gorila Di Kalangan Remaja
Mengapa kondisi ini bisa terjadi? Banyak faktor yang mendasari hal tersebut. Anak-anak tumbuh dan berkembang lewat proses imitasi atau meniru.
Lewat lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar, anak-anak akan menjadi peniru yang sangat baik atas apa yang telah dilakukan oleh keluarga dan lingkungan sekitar.
Ole karena itu, sebagai orang dewasa, kita tentu harus memberikan contoh yang baik dengan cara tidak merokok di depan anak-anak, apalagi meminta tolong kepada anak untuk membelikan rokok.
Jika perilaku merokok ini terus dilakukan di depan anak-anak, maka mereka dapat meniru cara dan gaya lewat penangkapan indera pengelihatan mereka.
Baca Juga: Vape, Rokok Elektrik Berbahaya Yang Semakin Diminati Remaja
Ditambah lagi dengan harga rokok yang sudah katam dalam memory mereka (harga batangan dan bungkusan), tentu membuat mereka menjadi semakin mudah dalam mendapatkannya.
Orang dewasa yang memiliki kebiasaan merokok bisa dilakukan pada tempat-tempat yang dikhususkan. Jauh dari jangkauan anak-anak. Tidak hanya itu, perlu ada perluasan daerah dengan warning “dilarang merokok”. Sehingga akses ruang untuk merokok menjadi terbatas.
Data-data mengenai hal ini cukup mengejutkan. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) mengungkapkan bahwa pada tahun 2019, 19,2 persen pelajar menghisap rokok. 58,7 persen pelajar terpapar asap rokok di rumah mereka.
Sebanyak 76,6 pelajar membeli sendiri rokok yang dihisapnya, dan memprihatinkan karena 60,6 persen anak yang mebeli rokok tidak dilarang atas dasar usia oleh penjual (who.int – 26/05/2020).
Baca juga: Ganja Jadi Obat, Kenapa Tidak?
Selain karena anak-anak terpapar rokok di rumah, iklan rokok juga menjadi salah satu pemicu anak-anak merokok. Sama dengan pelajar yang melihat iklan rokok di televisi, 65,2 persen pelajar juga melihat iklan rokok di tempat penjualan.
Pelajar yang mengaku melihat iklan di luar ruangan sebanyak 60,9 persen. Di internet dan media sosial sebanyak 36,2 persen dan pelajar yang melihat iklan rokok di majalah dan atau koran sebanyak 23,9 persen.
Sementara enam persen pelajar mengaku ditawari rokok gratis oleh tenaga penjualan langsung yang mewakili perusahaan rokok. Fakta-fakta ini tentu memprihatinkan.
Banyak dari kita yang tentu tahu, bahwa banyak sekali penyakit-penyakit yang muncul akibat merokok yang secara eksplisit sudah tertera pada bungkusa rokok. Salah satunya adalah menyebabkan kanker paru-paru.
Baca juga: Ditemukan Jenis Narkoba Baru, Tantangan Baru Dalam Pendampingan Remaja
Merokok utamanya menyerang atau dapat kita rasakan di bagian pernapasan seperti paru-paru, tenggorokan dan mungkin banyak lagi. Selain itu, banyak sekali angka kematian yang disebabkan karena kanker paru-paru akibat perilaku merokok.
Dilansir dari suarasurabaya.net (26/02/2020), yang dilaporkan oleh Dhafintya Noorca oleh kepala Kemenkes Aldirin Neilwan mengatakan bahwa, kasus kematian akibat kanker paru-paru meningkat pada 2020.
Data dari Global Cancer Statistics (Globocan) 2020 mencatat, kematian karena kanker paru-paru di Indonesia meningkat menjadi 30.843 orang dengan kasus baru mencapai 34.783 kasus. Banyak sekali bukan?
Kita beralih sebentar dari orang yang merokok. Sekarang kita harus ketahui bahwa orang yang tidak merokok sekalipun atau perokok pasif bisa terkena dampak dari asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok aktif.
Baca Juga: PBB Legalkan Ganja untuk Kesehatan, Indonesia Kapan?
Perokok pasif pun bisa saja terkena dampak penyakit yang cukup serius. Asap rokok mengandung sekitar 7.000 bahan kimia berbahaya yang jika terpapar secara terus-menerus, asap rokok dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan tubuh serta menimbulkan masalah kesehatan bagi perokok pasif atau orang yang menghirup asap rokok.
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan setidaknya ada 8 juta kematian yang disebabkan oleh asap rokok dan 1,2 juta kasus diantaranya terjadi pada perokok pasif.(alodokter.com)
Dari semua penjabaran terkait perokok aktif bagi anak-anak, remaja dan orang dewasa serta dampaknya terhadap perokok pasif.
Tulisan ini mencoba memberitahu bahwa dengan merokok di depan anak-anak, secara tidak langsung kita sudah mengajari anak-anak untuk merokok. Lebih dari itu, merokok kemungkinan juga akan memperpendek usia seseorang .
Oleh karena itu, sayangi anak-anak, sayangi diri Anda. Merokoklah sewajarnya dan jadilah orang dewasa yang memberikan contoh yang bermanfaat dan tentunya mendidik.
Ipii Tokan adalah nama pena dari Siprianus Senuken Medhon – Junior, ia adalah mahasiswa FKIP Sanata Dharma, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. / Foto: Reuters
[…] Baca Juga: Hebat; Anak Remaja sudah Merokok […]