Eposdigi.com – Era energi fosil akan segera berakhir. Sejak batu bara digunakan pertama kali sekitar tahun 1880-an sebagai sumber tenaga listrik perumahan dan industri, kini penggunaan bahan bakar fosil meningkat dalam jumlah berlipat-lipat kalinya.
Tidak hanya batubara, sejak revolusi industri, pemakaian bahan bakar fosil terus meningkat dan berkembang. Mulai dari batubara, kemudian minyak bumi dan gas alam.
Dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini saja, pemakaian bahan bakar fosil meningkat hamper dua kali lipat. Kumparan.com (16/07/2021) menyebutkan bahwa pada tahun 1980 jumlah energi fosil yang digunakan sebesar 70.000 tera Watt per jam, meningkat menjadi 136.000 tera Watt pada tahun 2019.
Bahan bakar fosil tidak dapat diperbaharui. Bahan bakar fosil yang kita gunakan hari ini adalah endapan dari fosil makhluk hidup selama ribuan bahkan jutaan tahun lalu. Semntara itu, kenyataannya bahwa cadangan-cadangan bahan bakar fosil dunia akan segera habis.
Baca Juga:
Laman kumparan.com yang sama juga menyebutkan bahwa berdasarkan besarnya cadangan energi, dengan memperhitungkan peningkatan populasi manusia dan permintaan energi global maka energi fosil kita akan segera habis.
Minyak bumi akan berakhir sekitar tahun 2052, atau 30-an tahun lagi. Gas alam akan berakhir pada tahun 2060, kurang dari 40 tahun lagi. Pun batu bara yang cadangannya akan dikeruk habis sebelum tahun 2090.
Laman zmescience seperti dikutip kumparan juga mengkonfirmasi bahwa cadangan energi fosil kita akan habis terpakai tidak lama lagi. Zmescience melaporkan bahwa minyak bumi akan habis pada 53 tahun mendatang.
Gas alam hanya bertahan 54 tahun lagi. Semnetara batu bara sedikit lebih panjang, namun hanya bertahan 110 tahun lagi.
Pun American Petroleum Institut yang memperkirakan semua cadangan minyak bumi pada tahun 1999 hanya akan terpakai sampai paling lama tahun 2094, jika total cadangan minyak dunia antara 1.4 triliun barrel sampai dengan 2 triliun barel.
Baca Juga:
Tantangan Kedaulatan Energi, Belajar dari Krisis Rusia – Ukraina
Karena itu dunia saat ini sibuk menyiapkan diri dengan energi baru terbarukan. Energi baru terbarukan yang lebih ramah lingkungan, bebas carbon dan dapat memperbaharui diri. Intinya energi baru yang sustainabilitynya tinggi.
Dalam konteks Indonesia kita punya banyak alternatif. Dengan mengesampingkan biosolar yang berasal dari tanaman yang ditanam secara monokultur dan diduga tidak ramah lingkungan, sebenarnya kita memiliki berlimpah limpah sumber energi baru terbarukan.
Iklim kita memungkinkan matahari menyinari kita setiap hari sepanjang tahun. Gunung-gunung kita menghasilkan mata air dan ribuan sungai yang mengalirnya. Sebagai negara kepulauan kita memiliki gelombang laut dan angin. Pun misalnya jutaan populasi kita menghasilkan ribuan ton sampah yang bisa kita panen biogas dan gas metan-nya sebagai sumber energi alternatif.
Namun memanfaatkan begitu beragam sumber energi baru terbarukan ini, dengan jumlah potensi energi yang dihasilkannya yang tak terbatas juga bukan sesuatu yang mudah.
Baca Juga:
Wakil Presiden Direktur TBS Energy Pandu Sjharir (liputan6.com/09/05/2023) mengungkapkan bahwa tantangan terberat kita adalah pada SDM kita yang belum mampu mengelola sumber-sumber energi alternatif kita.
“…menurut saya, PR terbesar industri transisi energi adalah mengembangkan talenta-talenta berkualitas dalam 10 tahun kedepan,” kata Pandu Sjahrir.
Jika tidak demikian maka kemungkinan besar adalah tenaga tenaga ahli dari luar yang akan mengelola sumber-sumber energi alternatif kita.
“Jika tidak, kita mungkin harus mengimpor talenta dari luar negeri untuk menggarap potensi besar ini,” lanjut Pandu dalam momen seminar Hilirisasi dan Transisi Energi menuju Indonesia Emas, seperti dilansir liputan6.com.
Bagaimana dengan Flores Timur?
Kita masih memimpikan turbin listrik tenaga gelombang di Selat Gonsalu. Mimpi itu mungkin belum terwujud. Namun mimpi ini bisa diwujudkan. Jika wacana turbin listrik tenaga gelombang ini nantinya dibangun dan dioperasikan oleh perusahaan dari Belanda maka kita harus menyiapkan dengan serius tenaga terampil kita agar dapat mengambil alih operasionalnya kedepan.
Baca Juga:
Jika turbin listrik tenaga gelombang Selat Gonsalu tidak jadi digarap oleh perusahaan luar maka hanya dengan menyiapkan talenta-talenta muda terbaik kitalah yang memungkinkan pembangkit listrik alternatif ini dapat terwujud di tangan anak-anak muda berbakat dari Flores Timur sendiri.
Tidak hanya gelombang laut Selat Gonsalu, kita pun masih memiliki terik sinar matahari sepanjang tahun. Kita di Flores Timur bahkan hanya memiliki musim penghujan hanya sekitar 3 – 4 bulan saja. Sisanya adalah kemarau panjang.
Sinar matahari yang melimpah ini adalah kesempatan kita untuk memperoleh energy alternative dari sinar matahari. Karena itu tantangan kedepan kita adalah menyiapkan SDM seperti yang disampaikan Pandu Sjahrir.
Jika kita serius menyiapkan SDM kita maka niscaya kedepan kita tidak lagi tergantung pada bahan bakar fosil yang didatangkan dari luar Flores Timur. Bila perlu kita adalah pemasok energi bagi daerah daerah lain di luar Flores Timur bahkan hingga ke provinsi tetangga.
Foto dari pushep.or.id
Leave a Reply