Ada Phobia Di Antara Cinta

Budaya
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Fobia atau Phobia adalah salah satu jenis gangguan mental. Phobia digambarkan sebagai perasaan takut yang terus menerus, berlebihan dan tidak realistis terhadap objek, manusia, hewan, situasi juga aktivitas tertentu.

Sebagai jenis gangguan mental, phobia merupakan gejala kecemasan permanen. Jika kecemasan biasa terjadi secara temporary, misalnya cemas karena berbicara di depan umum, cemas bertemu orang baru atau kecemasan sesaat lainnya.

Sementara phobia, merupakan jenis gangguan kecemasan yang bersifat cenderung permanen. Phobia menunjukan gejala atau reaksi fisik dan stres secara psikologis. Tentunya, kelainan mental ini pasti mengganggu interaksi dengan orang lain.

Baca Juga:

Toxic Femininity Juga Bisa “Membunuh”

Gangguan kecemasan ini biasanya menjadi semakin hebat ketika berhadapan dengan objek atau situasi dan aktivitas yang memicu rasa takut berlebihan tersebut. Sementara ketika jauh dari faktor pemicu seseorang biasanya bersifat atau bersikap normal.

Ada banyak jenis fobia. Dari yang ringan sampai yang berat. Jenis-jenis phobia biasanya berhubungan dengan objek atau faktor pencetus rasa cemas berlebihan tersebut.

Ada yang phobia ketinggian, ruang sempit, jarum, phobia ular atau tikus, fobia naik pesawat adalah phobia-phobia yang umum terdengar. Diantara banyak jenis phobia itu, rasanya jenis phobia yang terdengar sedikit aneh adalah phobia  berhubungan dengan hubungan.

Baca Juga:

Penelitian Membuktikan bahwa Anak yang Sukses, Mempunyai Ibu yang Bahagia

Berikut ini tujuh phobia yang pemicunya tidak jauh dari hubungan percintaan.

Philemaphobia : Takut Berciuman

Berciuman dengan pasangan membuat hubungan menjadi lebih dekat dan intim. Pengalaman menyenangkan ini alami terjadi karena pada saat berciuman tubuh melepaskan banyak hormon pemicu rasa bahagia.

Namun tidak bagi mereka yang mengalami philemaphobia. Ciuman bisa menjadi pengalaman yang paling buruk bagi mereka.

Ada yang mengatakan bahwa ini dipicu oleh jenis phobia yang lain. Misalnya misofobia atau takut akan kuman. Merasa bahwa terkena kuman dari tubuh pasangan saat bercuman, atau tertular sesuatu kuman lewat air liur pasangan.

Baca Juga:

Mengejutkan, Membaca Data Pernikahan Anak Di Indonesia

Philemaphobia juga bisa dipicu oleh bromidrosiphobia. Menolak berciuman karena tidak percaya diri dengan bau mulutnya sendiri. Pengidapnya bisa saja sudah menggosok gigi berkali kali namun enggan untuk berciuman karena merasa ‘bernafas naga’.

Chiraptophobia : takut bersentuhan dengan pasangan.

Berikutnya adalah chiraptophobia atau takut disentuh. Mereka yang takut disentuh orang lain biasanya juga menolak untuk dicium. Bagi dia, dicium atau disentuh adalah hal-hal yang menakutkan. Bukan hanya pasangan, mereka bahkan juga menghindari sentuhan fisik dengan kerabat dekatnya.

Pada tingkat yang lebih parah penderita chiraptophobia bahkan tidak nyaman menonton film yang ada adegan bersentuhan fisik pasangan dalam film.

Zhelophobia : takut cemburu.

Kata orang, cemburu itu tanda cinta. Namun tidak bagi penderita zhelophobia. Mereka menekan perasaan cemburu pada pasangan dan menganggap bahwa rasa cemburu justru merusak hubungan percintaan mereka.

Baca Juga:

Mimpi Seorang Anak

Karena itu penderita zhelophobia tidak menginginkan rasa cemburu baik terhadap pasangannya maupun dari pasangannya.

Anuptaphobia : takut menjadi jomblo

Banyak orang sepakat, bahwa menjomblo itu tidak menyenangkan. Sebagian lain, para ‘jojoba : jomblo-jomblo bahagia’, membela diri dengan mengatakan bahwa menjomblo adalah  pilihan yang membahagiakan.

Bukan hanya tidak nyaman, mereka ketakutan berlebihan jika menjadi jomblo. Kecenderungan para penderita gangguan mental seperti ini cenderung mempertahankan hubungan hanya agar tidak jomblo, walaupun hubungan tersebut tidak sehat.

Baca Juga:

Mengapa Orang Dewasa Awal, Pasangan Pra Nikah dan Keluarga Baru Menikah Harus Ikut Posyandu?

Atau ketika menjomblo penderita Anuptaphobia  biasanya tidak peduli siapa pasangannya, ia rela mencari dan menerima siapapun menjadi pasangannya asal bisa mengakhiri status jomblonya.

Gamophobia : takut untuk menikah.

Kebalikan dengan Anuptaphobia, pengidap Gamophobia justru takut menjalin komitmen jangka panjang dengan siapapun. Bagi mereka pernikahaan adalah bentuk tanggung jawab dan komitmen jangka panjang. Karena itu harus dihindari.

Arrhenphobia: Cewek yang takut berlebihan sama cowok.

Arrhenphobia atau biasanya juga dikenal dengan sebutan : Androphobia. Perempuan dengan gejala seperti ini biasanya betah melajang. Ia memiliki perasaan takut yang berlebihan ketika didekati oleh laki-laki, apalagi diajak untuk hidup bersama.

Philophobia : takut jatuh cinta.

Barangkali gangguan mental jenis ini yang paling ‘buruk’ kondisinya. Tidak hanya takut jatuh cinta kepada orang lain, mereka bahkan takut dicintai oleh orang lain.

Baca Juga:

Pentingnya Peran Orang Tua Dalam Mendukung Perkembangan Anak

Gangguan mental berupa kecemasan berlebihan atau phobia tersebut di atas hampir dipastikan datang dari pengalaman buruk dimasa lalu.

Entah itu pengalaman yang dialaminya semasa masih anak-anak, atau pengalaman traumatis bersama pasangan yang menjadi pemicu munculnya gangguan mental tersebut.

Karena itu, para penderita gangguan mental seperti ini tidak untuk dijauhi. Pasangan kita atau siapapun diluar sana barangkali ada yang mengalami salah satu atau bahkan beberapa gejala phobia ini.

Penerimaan apa adanya kepada mereka sekaligus pendampingan yang tepat adalah bantuan yang sangat berharga, selain membawa mereka berkonsultasi pada para profesional untuk penyembuhan.

Sebab bagaimanapun wujud nyata tertinggi dari mencintai adalah menerima pasangan apa adanya dan bertumbuh bersama pasangan menjadi pribadi yang lebih baik, lebih manusiawi, setiap saat.

Ilustrasi dari orami.co.id

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of