Eposdigi.com – Langkah pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia untuk mendukung pemindahan ibu kota negara baru terus menunjukkan tren yang positif.
Pada Senin (14/3/2022) diadakan prosesi penyatuan tanah dan air dari 34 provinsi seluruh Indonesia di Titik Nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang terletak di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Acara ini dihadiri langsung oleh Presiden Jokowi dan 34 gubernur dari 34 provinsi. Lalu apa makna dibalik prosesi penyatuan tanah dan air ini?
Tulisan ini mencoba untuk menelisik makna dibalik prosesi tersebut sekaligus mengumandangkan semangat optimis sebagai bentuk dukungan yang paling sederhana terhadap rencana dan niat baik pemerintah memindahkan ibu kota negara.
Wacana Pemindahan Ibu Kota RI; Dari Banyak Negara Yang Sudah Melakukannya, Ada Yang Gagal
Keputusan pemerintah untuk memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur tentunya diawali dengan proses panjang. Bahkan rencana pemindahan ibu kota ini sudah digaungkan sejak era Presiden Soekarno, tepatnya pada tahun 1957.
Tetapi karena berbagai macam bentuk alasan dan pergolakan yang datang silih berganti, rencana tersebut terpaksa diurung. Begitu juga dengan era pemerintah selanjutnya, rencana pemindahan ibu kota masih sebatas pada tahap kajian.
Di era pemerintahan Presiden Jokowi, rencana tersebut mulai nampak pada tahap eksekusi. Langkah ini tentunya diawali dengan proses kajian ilmiah dari berbagai macam aspek. Sebagaimana yang dijelaskan Jokowi ketika diwawancarai media di titik nol IKN.
Baca Juga: Menjawab Kritik Ben Bland dalam “Man of Contradictions”
Mengingat ini adalah proyek pembangunan yang besar (raksasa), maka dibutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang. Kajian-kajian ilmiah itu sangat diperluhkan. Tetapi yang jauh lebih penting adalah keberanian untuk memulainya.
Prosesi Penyatuan
Prosesi penyatuan tanah dan air merupakan bagian paling penting sekaligus upaya merawat kebudayaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Kehadiran tanah dan air dari 34 provinsi mengkonfirmasi ulang tentang keberadaan bangsa Indonesia yang sangat besar, utamanya dari segi geografis dan jumlah penduduk.
Baca Juga: Kembali Memperkuat Pondasi Bangsa
Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Papua kembali dipersatukan dalam semangat dan komitmen yang sama yaitu membangun Ibu Kota Negara bernama Nusantara.
Semangat ini tentunya lahir dari kesamaan persepsi akan situasi dan kondisi ibu kota negara saat ini yang ditengarai oleh berbagai macam persoalan, khususnya dari segi kemacetan, kepadatan penduduk, dan persoalan sanitasi.
Semangat persatuan ini juga menjadi penanda bahwa akselerasi pembangunan dalam berbagai bidang harus dilakukan secara merata dan berkeadilan.
Menimbang Dampak Positif dan Negatif Pemindahan Ibu Kota Negara
Sebagaimana yang terus ditegaskan oleh Presiden Jokowi bahwa kita ingin agar pemusatan perekonomian tidak terjadi pada satu kota saja. Kedepannya, daya tarik (magnet) itu datang dari berbagai wilayah.
Sementara itu, perihal makna tanah dan air, tentunya tidak terlepas dari fungsi kedua benda tersebut. Tanah tidak semata-mata dimaknai sebagai benda yang kotor.
Tetapi jauh dibalik itu, tanah adalah tentang kehidupan sendiri. Tanah tempat manusi berpijak selalu menyediakan dan menjayikan sumber kehidupan itu sendiri. Hal yang sama pun terjadi pada air.
Baca Juga: Jokowi, Terhormat atau Kehormatan (Memahami Penolakan Jokowi atas gelar Doktor Honoris Causa)
Air adalah sumber kehidupan, tak hanya mengatasi dahaga, melainkan inti dari kehidupan itu sendiri. Keberadaan air akan menghidupkan semua makhluk hidup lainnya.
Prosesi penyatuan tanah dan air di titik nol, sekaligus menjadi penanda akan rasa persatuan yang mengakar kuat dalam tubuh Indonesia.
Ibu kota Nusantara adalah tempat untuk semua. Ia berdiri kokoh di atas tanah dan air Nusantara. Pada dirinya mengalir deras semangat kebhinnekaan.
Harapan di Kota Hutan
Presiden Jokowi menyampaikan ke publik bahwa konsep Ibu Kota Nusantara adalah kota hutan. Artinya akan dibiarkan hijau terus. Tetapi yang dipakai adalah tanaman industri yang monokultur.
Baca Juga: Besipae dan Gimmick Sang Presiden
Kita perlu menyambut baik dan mengapresiasi pemikiran Jokowi perihal konsep hutan. Karena bagaimana pun, kedepannya fungsi hutan menjadi sangat penting bagi proses kelangsungan hidup manusia.
Lalu apa yang kita harapkan dari Kota Hutan? Tentunya akan ada banyak harapan yang datang sekaligus titipkan dari dan di sana.
Satu hal yang pasti bahwa harapan terbesar adalah IKN tak semata-mata hanya bicara soal kemegahan bangunan dengan desain khas burung garuda. Tetapi jauh dari itu, IKN menjadi lokus sekaligus tempat persemaian berbagai macam kebijakan yang diperuntukan bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.
Pembangunan IKN senada dan sejalan dengan pembangunan Sumber Daya Manusia, sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang perempuan, perwakilan tokoh adat dari Suku Dayak saat bertemu Presiden Jokowi.
Harapan lainnya tentu saja akselerasi pembangunan yang berorientasi pada keuntungan seluruh masyarakat Indonesia. Benih-benih kebaikan, bonum commune, dan semangat persatuan serta persaudaraan perlu ditabur sedini mungkin.
Sehingga buah-buah yang dihasilkan pun sejalan dengan doa dan harapan dari ratusan juta rakyat Indonesia. Mari terus merawat semangat optimis dengan mendukung pembangunan IKN. Sebab, Indonesia adalah rumah kita bersama.
Foto : inspiranesia.com
Leave a Reply