Eposdigi.com – Pada dasarnya proses belajar adalah proses berpikir. Proses di mana informasi yang lama dipanggil kembali dari memori otak, dikaitkan dengan informasi yang baru diterima. Proses ini membuat kita mengerti sebuah gejala, mengerti sebuah masalah.
Hingga kita mengerti sebuah gejala, melibatkan proses mengingat, proses memanggil kembali informasi dalam memori kita, mengaitkan, menganalisis. Jadi belajar-mengajar itu tidak hanya menyangkut proses transfer informasi dari guru ke murid.
Belajar juga menyangkut bagaimana murid menyimpan informasi, memanggil kembali informasi dan menganalisis informasi tersebut hingga memperoleh pengertian.
Baca Juga: Billy Mambrasar Pemuda Papua Pertama yang Menjadi Mahasiswa Harvard University
Jadi yang harus berlangsung dengan baik adalah proses transfer informasi di mana informasinya harus merupakan informasi yang bermutu, di-transfer dengan bahasa yang mudah dimengerti dan tidak jauh dari minat para murid.
Selain proses transfer, proses belajar juga berkaitan dengan proses menyimpan informasi. Bagaimana informasi yang diterima, disimpan secara sistematis, sehingga memudahkan untuk dipanggil kembali ketika diperlukan?
Proses lain yang penting dari proses berpikir adalah keterampilan memanggil kembali informasi, memilah informasi, mengaitkan informasi, menyimpulkan hingga memperoleh pengertian dari sebuah gejala alam atau sosial.
Jika proses belajar tersebut dilakukan dengan baik, maka ketika lulus murid tidak saja menguasai informasi dan pengetahuan, tetapi juga menguasai keterampilan belajar. Penguasaan keterampilan belajar itulah hakekat belajar yang sesungguhnya.
Baca Juga: Harvard University, Tolak Calon Mahasiswa karena Komentar Rasis di Media Sosial
Proses belajar mengajar di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi kita, lebih banyak menyangkut proses transfer informasi. Para murid tidak dibekali dengan keterampilan belajar, keterampilan yang mereka perlukan untuk belajar sepanjang hayat.
Ini berbeda dengan Harvard University, salah satu universitas terbaik di dunia. Sebagai universitas terbaik, Harvard tidak hanya peduli pada kualitas informasi dan pengetahuan yang diterima mahasiswa, tetapi juga pada bagaimana mahasiswa menguasai keterampilan belajar.
Harvard University melalui Academic Resource Centre, mendampingi mahasiswa tentang cara mengorganisir informasi dan pengetahuan pada pikiran. Mahasiswa didampingi untuk dapat menyimpan informasi pada memori jangka panjangnya, sehingga lebih efektif dalam belajar.
Baca Juga : Meet Vira, Mahasiswi Indonesia di Prancis “What did You Do During Lockdown?”*
Berikut ini cara belajar efektif yang dianjurkan oleh Harvard University pada para mahasiswa seperti dilansir pada laman detik.edu.
Hindari sistem belajar kebut semalam
Cara belajar ini bertentangan dengan prinsip psikologi belajar. Sistem belajar ini membuat informasi dijejalkan ke otak pada malam sebelum ujian. Praktik belajar ini membuat informasi, pengetahuan tidak masuk pada memori jangka panjang.
Oleh karena itu, ketika informasi diperlukan tidak berhasil dipanggil kembali misalnya pada saat hendak menjawab soal ujian atau mahasiswa lupa apa yang dipelajari semalam.
Baca Juga: Kisah Inspiratif dari Mbah Pon, Penjual Gudeg yang menyekolahkan 5 anaknya Hingga Sarjana
Sistem belajar kebut semalam membuat mahasiswa tidak jadi lebih siap mengikuti ujian, tetapi lebih sulit belajar. Kenapa? Karena mahasiswa tidak berhasil menyimpan informasi pada memori jangka panjang, sehingga tidak memudahkan mahasiswa dalam proses belajar lebih lanjut.
Jadwalkan mengulang pelajaran
Secara psikologis, meskipun informasi dan pengetahuan sudah disimpan pada memori jangka panjang, namun manusia tetap bisa lupa. Oleh karena itu, mahasiswa dianjurkan untuk menjadwalkan belajar ulang topik yang telah dipahami.
Baca Juga: Monash University Indonesia, Kampus Asing Pertama yang Beroperasi di Indonesia
Oleh karena itu, mahasiswa perlu menjadwalkan sesi review dan tes mandiri dengan interval tertentu misalnya seminggu sekali. Jadwal review ini membantu mahasiswa menguasai sebuah topik lebih dalam sehingga, lebih siap mengikuti ujian bahkan tanpa cramming.
Hati-hati dengan ilusi sudah mengerti
Para pendamping di Academic Resource Centre menyebut gejala ini sebagai Illusion of fluency. Ini adalah ilusi telah mengerti konsep, padahal belum.
Oleh karena itu, agar tidak terjebak ilusi, tes diri-sendiri untuk mengukur penguasaan konsep. Misalnya tes dengan menyebutkan ulang penjelasan konsep tanpa membaca konsep tersebut dari catatan atau buku sumber.
Baca Juga: Empat Universitas Islam dari Indonesia Ini, Masuk 10 Besar Universitas Islam Terbaik Sedunia
Jika pengulangan ini dilakukan hingga benar-benar mengerti, mahasiswa akan lebih siap mengikuti ujian.
Jembatan keledai
Jembatan keledai atau mnemonics atau juga disebut istana memori adalah teknik yang diperkenalkan pada para mahasiswa untuk membantu para mahasiswa mengingat sebuah daftar yang panjang dengan singkatan yang unik.
Ini adalah teknik untuk menyimpan dan memanggil kembali informasi ketika informasi tersebut diperlukan untuk proses berpikir atau untuk menjawab sebuah masalah.
Misalnya, mnemonics seperti “Please, excuse my dear Aunt Sally.” Ini adalah jembatan kedelai untuk urutan operasi hitung kompleks yaitu; parentheses, exponents, multiply, devide, add dan subtract.
Baca Juga: Beasiswa Indonesia Maju, Untuk Murid Kelas XII Melanjutkan Studi S1 di Luar Negeri
Jadwalkan olahraga dan tidur cukup
Belajar dan berpikir memang realitis psikis, namun proses psikis tersebut harus diwadahi oleh kondisi fisik tubuh yang sehat, agar proses psikis tersebut dapat berjalan dengan baik. Itu hanya terjadi jika mahasiswa rutin berolah raga dan memiliki jam tidur yang cukup.
Kenapa? Karena proses berpikir hanya dapat berjalan dengan baik di otak, jika ada pasokan udara melalui aliran darah dalam jumlah yang cukup ke otak.
Sedangkan, diperlukan juga jumlah jam tidur yang cukup, menimal 6-7 jam sehari, sehingga tubuh tidak berada dalam kondisi lelah. Dan ini dengan pasokan udara melalui aliran darah, meningkatkan kelancaran darah, proses berpikir dan daya ingat.
Baca Juga: Tingkat Drop Out Mahasiswa Tinggi pada Lima Program Studi Ini. Apa Upaya untuk Mencegahnya?
Itulah lima hal yang jika dipraktikkan dalam belajar, dapat meningkatkan efektivitas proses belajar. Lima hal tersebut dianjurkan oleh Academic Resource Centre Harvard, untuk dipraktikkan oleh mahasiswa Harvard.
Namun, keterampilan belajar ini tidak hanya cocok untuk mahasiswa, ini dapat juga diterapkan di SD, SMP, dan SMA. Biasanya di level sekolah dasar hingga menengah, kita menjejalkan murid dengan proses tanpa mengajarkan pada mereka cara belajar efektif.
Praktikan cara belajar efektif ini untuk menambal kekurangan kita dalam mendidik. Selamat belajar.
Artikel ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto ilustrasi dari wirahadie.com
Leave a Reply