Flores Timur Setelah Pilkades Serentak

Daerah
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Pilkades serentak telah usai. Flores Timur sudah memilih 118 kepala desa. Di tangan mereka kita semua tentu berharap bahwa wajah Flores Timur akan berubah. Di mulai dari perubahan wajah desa-desa kita.

Di tangan para kepala desa yang baru terpilih maupun yang terpilih lagi, kita berharap bahwa proses pembangunan di desa diberi cara-cara baru. Kebaruan yang membawa kita  melihat perubahan ke arah yang lebih baik.

Kita tentu tidak berharap bahwa pemilihan kepala desa hanyalah sebuah formalitas prosedural jabatan dalan struktur pemerintahan. Bahwa karena masa jabatan harus berakhir sehingga ada penyelenggaraan pemilu untuk memilih pejabat baru.

Baca Juga: Ini 13 Perempuan Calon Kepala Desa di Flores Timur

Pemilihan kepala desa adalah proses penting pembaruan desa. Kita pasti tidak mengharapkan aparat desa kita hanyalah seperangkat tenaga administrasi yang menjalankan fungsi-fungsi adminstratif di desa-desa kita.

Pejabat baru ataupun periode kepemimpinan baru bagi pejabat lama harus bisa membawa kebaruan. Kita butuh cara-cara baru untuk membangun desa-desa kita di Flores Timur.

Cara-cara baru ini mungkin bukan program-program baru. Kebaruan pada program lama berarti memberi fokus baru pada hal-hal yang menjadi titik picu atau dasar tumpuan untuk pembangunan desa yang berkesinambungan.

Lantas Apa Fokus Pembangunan Desa Kita? Yaitu Menciptakan Ekosistem Baru yang Produktif.

Baca Juga: Memiliki Lima Skills ini Membuat Pekerjaanmu Tidak dapat diambil Alih oleh Robot

Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) adalah menciptakan ekosistem baru yang lebih produktif. Jika masyarakat kita hidup atau mendiami ekosistem yang non produktif maka merekapun cenderung menjadi tidak produktif.

Jika sumber daya manusia kita hidup dalam ekosistem non produktif seperti menganggur, kenakalan remaja dan kejahatan lain, pesta-pesta konsumtif berlebihan, miras dan mabuk, judi, putus sekolah, gaya hidup tidak sehat lainnya, dan itu selalu menjadi keseharian mereka maka ini bisa menjadi kebiasaan.

Menjadi sangat bermasalah ketika kebiasaan ini dianggap lumrah dan baik-baik saja sehingga tidak menjadi masalah. Jika sudah tidak lagi menjadi masalah maka tidak mungkin ada kebaruan yang diupayakan untuk keluar dari situasi semacam ini.

Baca Juga: Mencegah Konflik Antar Warga di Adonara Sebelum Terjadi (Lagi)

Menciptakan ekosistem baru berarti mengalihkan fokus SDM kita dari apapun yang tidak produktif menjadi lebih produktif.

Produktifitas semacam ini adalah apapun yang diyakini dan diterima sebagai sesuatu yang baik di masyarakat. Bisa dilihat dan dirasakan dampaknya bagi kebaikan diri sendiri dan sesama.

Karena ekosistem adalah komunitas beragam yang mendiami sebuah lingkungan, -tidak hanya dalam pengertian ekologis, melaikan juga,- sosial maka ekosistem produktif yang mau kita bangun adalah ekosistem yang diinisiasi dan dijalankan sebagai gerakan bersama.

Terlalu banyak energi yang dikorbankan untuk menciptakan dampak baik jika hanya berasal dari seorang individu saja. Karena itu ekosistem produktif yang kita bagun adalah ekosistem yang digerakan dan dilakukan oleh banyak orang.

Baca Juga: Mengapa “Komunitas Baca Masdewa” Harus Dimiliki Oleh Semua Desa di Flores Timur?

Salah satu ekosistem produktif yang bisa kita jadikan contoh adalah ekosistem yang saat ini sedang dibangun oleh Komunitas Baca Masyarakat Desa Watololong atau yang lazim kita sebut Komunitas Baca “Masdewa”.

Komunitas Baca Masdewa kini tidak hanya menjadi komunitas yang mendorong literasi baca tulis. Mereka mempelajari dan sekaligus mempraktekan literasi budaya. Mendorong anggota komunitas untuk peka dan peduli terhadap persoalan-persoalan lingkungan hidup.

Lebih dari itu, komunitas ini mendorong anggotanya untuk produktif melalui usaha-usaha ekonomi kreatif. Tujuannya jelas. Agar komunitas mereka mandiri secara ekonomi.

Baca Juga: “ketjilbergerak” dan Eposdigi ‘Dorong’ Komunitas Orang Muda Bangun NTT

Berbagai kegiatan produktif dalam komunitas ini, terbukti berhasil mengalihkan fokus anggota komunitas mereka dari sebelumnya yakni ekosistem judi dan miras serta mabuk-mabukan beralih pada ekosistem membaca, menulis, berlatih tarian daerah, terlibat dalam berbagai kegiatan budaya juga kegiatan ekonomi produktif.

Banyak PR desa yang bisa didorong melalui komunitas-komunitas kecil seperti ini. Posyandu tidak hanya menyasar anak-anak balita. Posyandu harus menyasar dan serius untuk membantu semua kelompok umur dalam masyarakat mempromosikan dan mempraktikan pola hidup sehat.

Kelompok anak-anak dan orang tuanya untuk menyadari, mengetahui dan mempraktikan menu makanan untuk pertumbuhan anak usia emas.

Baca Juga: Benarkah Banyak Anak Menjadi Penyebab Tingginya Angka Kemiskinan dan Stunting di NTT?

Kelompok remaja hingga dewasa awal dikenalkan pada kesehatan reproduksi, terpenuhinya gizi usia mereka untuk mencegah defisit gizi bawaan yang mengakibatkan anak-anak mereka kelak berpotensi menderita stunting.

Para calon menikah didampingi untuk mempersiapkan diri untuk mengelolah semua persoalan rumah tangga.

Mulai dari pengaturan kelahiran anak, mencukupi gizi keluarga, mengelola keuangan keluarga, memanage konflik dalam rumah tangga, pendidikan karakter anak dan berbagai persoalan keluarga lainnya.

Hingga posyandu buat para lansia agar sehat dan bahagia di usia senja mereka. Dan pintu masuknya adalah kegiatan posyandu di desa yang menyasar semua kelompok umur.

Baca Juga: Dana Desa, BUM Desa dan Gemohing

Mulai dari kesehatan ibu dan anak, pemeriksaan rutin kehamilan, inisiasi menyusui dini, mendorong ASI esklusif, posyandu bayi baru lahir, Balita, anak usia emas, remaja dan dewasa awal, pasangan calon menikah, hingga posyandu lansia.

Kegiatan-kegiatan, baik seperti yang dilakukan oleh Komunitas Baca Mas Dewa dan juga posyandu di desa seperti yang diuraikan di atas adalah alternatif cara untuk membangun ekosistem produktif di desa-desa kita. Masih banyak cara lainnya, sesuai dengan karakteristik di desa kita masing-masing.

Besok akan kita bahas bagaimana membangun ekosistem ekonomi produktif melalui BUM Des.

Foto ilustrasi dari promkesbro1.blogspot.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of