Eposdigi.com – Publik pasti masih mengingat tragedy Susur Sungai yang memakan korban pada Februari tahun lalu (2020) yang dialami oleh murid SMPN 1 Turi, Sleman, Yogyakarta.
Pada peristiwa naas tersebut, 10 orang murid SMPN 1 Turi, meninggal karena terseret arus air Sungai Sompor. Di pengadilan tiga orang guru sekolah tersebut dinyatakan bersalah dan kini masih dalam masa menjalani hukuman.
Jumat, 15 Oktober 2021 tragedi Susur Sungai kembali terulang. Kali ini dialami oleh Madrasah Tsanawiyah (MTS) Harapan Baru Cijantung, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Awalnya kegiatan susur sungai yang dilakukan berkelompok brlangsung lancar. Sebagian besar siswa sukses menyeberang sungai di hulu Leuwi. Namun Naas saat satu kelempok yang berangotakan 13 orang menyebrang. Mereka hanyut terbawa arus sungai Cileur.
Baca Juga: Guru di Bone Ceramahi Murid Berjam-jam Hingga Murid Pingsan
Bupati Ciamis Herdiat Sunarya dalam keterangannya mengatakan 11 murid MTS tersebut dinyatakan meninggal dan dua orang lainya, salah satunya adalah guru, masih dalam perawatan di rumah sakit.
Sebelas korban meninggal tersebut, terdiri dari delapan murid laki-laki, dan tiga murid perempuan. Seluruh jenazah telah diantar ke rumah duka masing-masing hari ini (16/10/2021) ke berbagai daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
“Sebenarnya, menurut saksi mata, pada saat kejadian air sungai saat itu cukup tenang, namun tiba-tiba ada arus kuat dari hulu menuju muara sungai, menyeret para korban. Upaya pertolongan telah dilakukan namun tidak berhasil,” jelas Herdiat.
Herdiat mengatakan lokasi para korban terseret arus air merupakan muara dari dua aliran sungai. Kedalaman air di lokasi tersebut menurut keterangan masyarakat setempat mencapai 3-5 meter.
Baca Juga: Satu Lagi Taruna Sekolah Kedinasan, Politeknik Ilmu Pelayaran Tewas di Tangan Senior
Berdasarkan keterangan humas MTs Harapan Baru, kegiatan susur sungai tersebut adalah kegiatan ekstrakurikuler yang rutin mereka lakukan. Oleh karena itu, disiapkan dengan cukup baik.
Misalnya dari segi jumlah pendamping, kegiatan tersebut didampingi oleh 12 guru, dan 28 kakak pembina dari MAN Harapan Baru, setara SMA.
Dari keterangan yang dihimpun depoedu.com, meskipun dari segi pendampingan, jumlah pendampingannya cukup memadai namun para peserta tidak dilengkapi dengan peralatan yang memadai.
Harusnya aktivitas menyusuri sungai, apalagi menyusuri sungai pada titik pertemuan dua aliran air dengan kedalaman 3 sampai 5 meter, peserta harusnya dilengkapi dengna peralatan yang memadai seperti tali.
Baca Juga :Benarkah Sekolah Kita Sedang Mengalami Darurat Kekerasan?
Kejadian ini sekali lagi menggambarkan bahwa dunia pendidikan tidak belajar dari pengalaman musibah sebelumnya. Disamping itu, kesan bahwa sekolah masih kurang professional mengurus kegaiatan juga mengemukakan dari kasus ini.
Kita berharap kasus MTs Harapan Baru Ciamis ini menjadi kasus terakhir yang menimpa dunia pendidikan kita. Mudah-mudahan komunitas sekolah mau belajar dari kasus ini agar kasus ini tidak terulang di masa depan.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto: sindonews.com
Leave a Reply