Eposdigi.com – Satu lagi mahasiswa sekolah kedinasan tewas setelah dipukul seniornya. Kali ini terjadi pada Zidan Muhamad Faza, mahasiswa Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang. Terjadi pada Senin, 6 September 2021.
Polrestabes Semarang telah menetapkan lima senior PIP sebagai tersangka kasus dugaan penganiyaan dengan ancaman hukuman di atas 5 tahun penjara.
Kasus ini bermula ketika para pelaku mengumpulkan 15 orang junior di Mess Indoraya untuk lakukan pembinaan. Kata Kombes, Irwan Anwar, para junior dipukul dibagian perut oleh para pelaku.
Baca Juga: Benarkah Sekolah Kita Sedang Mengalami Darurat Kekerasan?
“Lima senior itu bergantian memukuli 15 juniornya. Korban, Zidan Muhammad Faza tumbang saat terakhir dipukuli oleh CR, salah seorang senior,” jelas Kombes Irwan Anwar.
Kasus kekerasan yang berulang di sekolah kedinasan kemenhub
Seperti dilansir pada laman bbc.com, kasus serupa pernah terjadi pada tahun 2019 di Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makasar. Seorang taruna bernama Aldama meninggal karena kekerasan fisik oleh seorang taruna senior.
Dua tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2017, Taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, Jakarta Utara, bernama Amirullah Adityas Putra meninggal di tangan empat orang seniornya. Ternyata, tiga sekolah kedinasan ini berada dalam Kewenangan dan Pembinaan Kementerian Perhubungan.
Baca Juga : Kekerasan Pada Anak Melonjak Selama Masa Pandemi Covid-19, Apa Dampaknya Pada Anak?
Merespon ini, Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati, mengatakan pihaknya sedang melakukan investigasi internal atas tindakan kekerasan yang melibatkan taruna PIP Semarang ini.
Adita menjelaskan, usai kejadian dua pejabat di PIP Semarang dinon-aktifkan, yakni Wakil Direktur 3 dan Kepala Pusat Pengembangan Karakter Taruna dan Perwira Siswa.
Adita menegaskan pihaknya tidak mentolerir kekerasan dalam bentuk apapun. Sehingga para pelanggar akan diserahkan pada Kepolisian untuk diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Selain itu, kata Adita, Kemenhub juga meminta pengelola untuk meningkatkan kesadaran para taruna untuk tidak melakukan tindakan kekerasan di samping memperketat pengawasan.
Baca Juga: Masalah Uang Komite ; Orang Tua Aniaya Kepala Sekolah dan Siswa dikeluarkan dari Ruang Ujian
“Kami juga akan mengevaluasi semua prosedur. Hasil evaluasi akan menjadi rujukan untuk perbaikan,” jelas Adita, dalam pesan singkatnya pada BBC News Indonesia.
Masyarakat menunggu perbaikan
Pernyataan normatif seperti di atas, sering kita dengan ketika publik mempertanyakan mengapa kejadian seperti ini selalu terulang. Namun perbaikan yang dijanjikan tak kunjung datang.
Kekerasan kemudian terulang kembali. Pertanyaannya, Apa sesungguhnya yang sedang terjadi pada sekolah-sekolah kedinasan kita?
Hingga sekarang, hampir seluruh sekolah kedinasan di bawah kementerian dan lembaga masih menggunakaan pendekatan disiplin militer untuk membentuk calon pelayan publik.
Baca Juga : Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri dan Gerakan Radikalisme di Sekolah
Dari beberapa kasus kekerasan, pada sekolah kedinasan, kekerasan tidak terukur muncul ketika senior terlibat pada proses “pembinaan” dan sering terjadi di luar jam belajar resmi.
Di kalangan pembina, ini telah jadi rahasia umum bahkan dianggap wajar, oleh karena itu cederung dibiarkan. Senior kemudian merasa diberi ruang. Kekerasaan di luar batas, biasanya terjadi dalam situasi tanpa pengawasan ini.
Oleh karena itu, perlu diterapkan proses pengawasan yang lebih baik. Pengawasan tersebut hanya bisa berjalan jika ada rasa tanggung jawab yang besar dari para pembina.
Tanpa tangggung jawab tersebut, sekolah kedinasan hanya menghabiskan anggaran, tanpa memberikan manfaat bagi masyarakat. Masyarakat menunggu perbaikan sekolah sekolah kedinasan kita.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto:borneo24.com
[…] Baca juga: Satu Lagi Taruna Sekolah Kedinasan, Politeknik Ilmu Pelayaran Tewas Di Tangan Senior […]
[…] Baca Juga: Satu Lagi Taruna Sekolah Kedinasan, Politeknik Ilmu Pelayaran Tewas di Tangan Senior […]