Mengenal Lebih Dekat Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA)

Nasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Pada Tahun 2001, saat Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) digagas, jumlah penduduk miskin menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai angka 37,87 juta jiwa, atau sekitar 18.41 %.  Di antara jumlah penduduk miskin tersebut, 13 % di antaranya dikepalai oleh perempuan.

Pada saat yang sama, dari tahun 1985 hingga tahun 2015, rata-rata rumah tangga yang dikepalai perempuan meningkat secara konsisten,  7.54 % di tahun 1985 menjadi 14,87 % pada tahun 2015.

Angka lain yang lebih mengejutkan. Menurut hasil Survey Sistem Pemantau Kesejahteraan Berbasis Komunitas ( SPKBK) yang diselenggarakan oleh Sekretariat Nasional PEKKA, menarik kesimpulan bahwa satu dari setiap empat keluarga dikepalai oleh perempuan.

Baca Juga: Surat dari Adonara

Angka tersebut diperoleh dari sampel 111 desa di 17 propinsi wilayah kerja PEKKA. Survey yang sama juga menyebutkan; dari keluarga paling miskin (keluarga yang tingat kesejahteraanna tidak sampai 40 %), 71 %-nya dikepalai oleh perempuan.

Kepala Keluarga menurut definisi Badan Pusat Statistik (BPS) adalah seseorang yang menjadi tulang punggung keluarga, yang menjadi sumber pencari nafkah utama dalam keluarga.

Sementara PEKKA mengganggap bahwa perempuan yang melaksanakan peran dan tanggung jawab sebagai pencari nafkah utama, pengelola rumah tangga, penjaga keberlangsungan hidup keluarga dan penggambil keputusan dalam keluarga di sebut sebagai Perempuan Kepala Keluarga.

Usia para Perempuan Kepala Keluarga ini, rentang antara 18 hingga 65 tahun, yang bertanggungjawab atas 1-6 anggota keluarga. Sebagian besar bekerja di sektor informal, menjadi buruh tani, pedagang dan pengrajin dengan rata-rata pendapatan Rp10.000,- per hari.

Baca Juga: Memasarkan Minyak Goreng Kelapa Merek “Tapo”

PEKKA mulai berkegiatan pada tahun 2001, kelompok perempuan kepala keluarga (Kelompok Pekka) pertama terbentuk di Pulau Adonara, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pada tahun 2002.

Terbentuknya Kelompok Pekka di Adonara tentu memiliki alasan yang kuat. Perempuan Adonara khususnya dan perempuan Lamaholot pada umumnya, bertanggung jawab terhadap hampir semua gerak kehidupan keluarga.

Mereka bekerja sama kerasnya seperti para pria. Dan ketika para pria sudah beristirahat, mereka masih terus bekerja mengurus rumah. Merawat Keluarga.

Di antara para perempuan itu, banyak diantara mereka yang justru menjadi kepala keluarga. Tulang punggung yang menopang kehidupan keluarga.

Baca Juga: Wabup Agus Boli Pembeli perdana Minyak Kelapa Pintu Air di Flotim

Para janda, Perempuan orangtua tunggal, perempuan yang tidak menikah namun memiliki tanggung jawab menopang kekuarga, perempuan yang menjadi sumber penghasilan keluarga, dan perempuan yang ditinggal suami karena merantau.

Mereka yang dalam kategori ini sekaligus mengambil tanggung jawab menghidupi keluarga.

Lewat Pekka Lodan Doe, para ibu kehidupan ini mengorganisir diri, mengambil peran besar dalam gerak dinamika masyarakat Lamaholot.

Para ibu anggota Pekka di Adonara mengorganisir diri, terutama untuk saling memberdayakan, secara sosial maupun ekonomi.

Baca Juga: Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan-Anak Tidak Cukup Diselesaikan Secara Adat

Sentar-sentra ekonomi baru tumbuh dan terawat baik. Jika dibandingkan dengan kelompok-kelompok pemberdayaan yang instan di banggun oleh pemerintah atas nama proyek, biasanya akan segera bubar seiring habisnya uang yang terpakai anggota kelompok.

Pekka berbeda dengan program pemberdayaan lain.  Mereka dijiwai oleh tiga arah perubahan yang menjadi sasaran tuju agar para anggotanya dapat hidup layak setara dengan masyarakat umum lainnya.

Pertama, Mendapatkan akses dan turut mengontrol berbagai sumber daya penghidupan, keadilan dan pengambilan keputusan.

Kedua, Perubahan perilaku perempuan kepala keluarga untuk menyikapi dinamika kehidupan agar dihadapi secara lebih positif. Dan yang ketiga, Terbangunnya tata nilai baru dalam sistem sosial budaya masyarakat.

Tata nilai baru yang lebih egaliter. Menghormati keberadaan perempuan kepala keluarga setara dengan lainnya.

Baca Juga: Mengejutkan, Membaca Data Pernikahan Anak Di Indonesia

Tiga arah perubahan PEKKA ini ditopang oleh empat pilar perjuangan. Pertama, Membangun Kesadaran Kritis dan Visi Kehidupan.

Mereka dilatih untuk melihat, mengidentifikasi dan menganalisa berbagai kondisi kehidupan. Kemudian membandingkannya dengan kehidupan yang ideal yang diinginkan.

Keadaan yang ideal yang diinginkan inilah yang menjadi visi masing-masing individu yang kemudian saling menyatu menjadi visi kolektif dalam kebersamaan di antara mereka.

Pilar kedua, Membangun dan Meningkatkan Kapasitas. Lewat pendidikan dan pelatihan, perempuan kepala keluarga diharapkan mampu mengelola dan meningkatkan  seluruh potensi yang dimilikinya.

Baca Juga: Mahar Gading Gajah lambang “Harga Diri” Perempuan Lamaholot?

Diklat menyangkut kehidupan dan penghidupan terus dilakukan. Tidak hanya kapasitas teknis, kapasitas manajerial, partisipasi politik, ketangguhan pribadi terus menjadi agenda tetap dalam pemberdayaan.

Ketiga, Pengembangan Organisasi dan Memperkuat Jaringan. Mulai dari kelompok-kelompok kecil ibu-ibu, kemudian dikembangkan menjadi organisasi berbasis perempuan kepala keluarga.

Organisasi ini menjadi identitas politik sekaligus kekuatan politik untuk menyuarakan berbagai kepentingan dan keprihatinan anggotanya.

Tidak hanya dalam skala lokal, ibu-ibu kepala keluarga juga memiliki organisasi otonom bernama Serikat Perempuan Kelapa Keluarga (Serikat Pekka). Di tinggkat nasional mereka memiliki Federasi Serikat Pekka yang menaungi Serikat Pekka yang berada di daerah-daerah.

Baca Juga: Media dan Penghormatan Pada Perempuan

Keempat, Advokasi dan Kampanye Perubahan. Komunitas perempuan kepala keluarga, harus terus melakukan advokasi untuk perubahan kebijakan agar lebih berpihak kepada mereka.

Tidak hanya keberpihakan kepada mereka semata, kelompok ibu-ibu perempuan kepala keluarga terus mengkampanyekan sistem dan tata nilai yang lebih adail bagi semua golongan.

Bagiaman kipra Pekka Lodan Doe di Lamaholot? Perubahan-perubahan seperti apa yang telah dicapai sejauh ini? Bersambung….

Foto dari akun twitter @yayasanpekka

Sebarkan Artikel Ini:

2
Leave a Reply

avatar
2 Discussion threads
0 Thread replies
0 Pengikut
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
0 Comment authors
Recent comment authors
  Subscribe  
newest oldest most voted
Notify of
trackback

[…] Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) […]

trackback

[…] Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) […]