Eposdigi.com – Tanggal 25 April 2016, Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Muhamad Bin Salman mengumumkan visi Saudi 2030. Visi Saudi 2030 adalah rencana untuk mengurangi ketergantungan Arab Saudi pada sektor minyak bumi, mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi, mengembangkan sektor layanan kesehatan, pendidikan, pengembangan infrastruktur, rekreasi dan pariwisata.
Untuk mencapai visi tersebut, pemerintah Saudi menyediakan anggaran sebesar $ 20 juta, untuk membiayai proyek besar tersebut. Sekarang, hingga 4 tahun visi ini didorong, harus diakui progresnya tidak secepat yang diharapkan.
Banyak hambatan dihadapi karena visi ini hendak membawa Arab Saudi ke arah yang lebih moderat, toleran dan modern, yang belum pernah ada sebelumnya.
Ayo Baca juga:Di Finlandia Pendidikan Demokrasi Dimulai Sejak Taman Kanak Kanak
Sebuah survey terhadap pandangan warga Saudi terkait Islam moderat seperti didorong oleh visi 2030, menggambarkan 77% warga Saudi, tidak menyetujui arah perubahan tersebut. Survey ini dilansir pada laman Republik.co.id pada bulan November 2019.
Di sisi lain, bagian dari perkembangan politik mutakhir, seperempat dari populasi Muslim Suni menunjukkan simpati terhadap Ikhwanul Muslimin fundamentalis garis keras. Padahal gerakan ini telah dilarang dan dikelompokkan sebagai kelompok teroris oleh pemerintah yang berkuasa.
Ini membuka mata Putra Mahkota dan jajaran pemerintahan yang dipimpinnya, bahwa gerakan ini tidak lebih maju jika negeri tersebut masih punya perkara laten terkait konservatisme dan ekstrimisme.
Di awal kekuasaannya bahkan Pangeran Muhammad bin Salman sempat menggunakan kekuasaannya secara otoriter untuk mengamankan reformasi. Ia menangkapi dan mempenjarakan ribuan ulama, yang menolak tunduk pada ambisi kekuasaannya. Pembunuhan Jurnalis Jamal Kasogi pun dikaitkan dengan ambisi putra mahkota ini.
Ayo Baca Juga: Universitas Islam Internasional Indonesia Jadi Kiblat Riset Islam Moderat
Ini menunjukkan bahwa kaum konservatif dan ekstrimis tidak dapat dihadapi dengan cara-cara otoriter. Gerakan reformasi yang mengusung visi 2030 pun ternyata tidak menunjukkan kemajuan seperti yang diharapkan.
Di sisi lain, munculnya proyek-proyek modernisasi sebagai bagian dari visi 2030 di banyak bidang, menghantar pemerintah kerajaan Saudi pada kesadaran akan ketidaksiapan sumber daya manusia, untuk menyokong proyek-proyek modernisasi tersebut.
Situasi ini menghantar mereka pada pertanyaan tentang bagaimana mempertahankan reformasi dan meneruskan visi 2030 seara berkesinambungan? Jawabannya adalah reformasi di bidang pendidikan.
Kembangkan Kurikulum Baru
Kementerian Pendidikan Arab Saudi seperti dilansir oleh BBC News mengatakan, kurikulum baru tengah disusun dengan tujuan mendorong kebebasan berpikir kritis dan toleran di kalangan para murid.
Ayo Baca Juga : Merdeka dari Pandemi, Merdeka dari Intoleransi
Dengan kurikulum baru tersebut, para murid diharapkan menjadi generasi yang patriotic, yang menghargai keberagaman dan memandang dunia dengan pendekatan yang humanis dan moderat.
Menteri Pendidikan Dr. Hamad bin Muhammad Al Sheikh menjelaskan bahwa mata pelajaran yang diajarkan akan membentuk kemampuan berpikir kritis yang memungkinkan mereka berpikir secara kritis dalam berbagai situasi.
Menteri Pendidikan sebelumnya Ahmed Al-Issa menyatakan pengembangan kurikulum ini memasukkan proyek pendidikan baru yang mencakup mata pelajaran baru seperti filsafat dan pemikiran kritis.
Menurut situs berita Alarabiyah seperti dikutip oleh BBC, prosesnya telah sampai pada tahap lokakarya di lebih dari 100 sekolah menengah di Saudi. Ini terutama terkait kurikulum baru untuk sekolah menengah.
Ayo Baca juga: Radikalisasi di Lembaga Pendidikan Mengancam Indonesia?
Para pejabat ingin mempercepat pengembangan kurikulum baru tersebut. Perubahan ini disambut baik, namun banyak kalangan mengingatkan bahwa implementasinya di lapangan perlu diantisipasi, karena seperti reformasi di bidang lain, ternyata berjalan tidak secepat yang diinginkan.
Kita berharap, sebagai negara penting di dunia Islam, perubahan ke arah kebebasan berpikir dan toleransi di Arab Saudi, berimbas ke negara lain, yang selama ini menjadikan negara di Timur Tengah, sebagai kiblat pertumbuhannya. Juga kita di Indonesia.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu dengan judul “Arab Saudi Mengembangkan Kurikulum Baru untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Toleransi” / Sumber foto: bbc.com
[…] Ayo Baca Juga: Arab Saudi Mengembangkan Kurikulum Baru untuk Menumbuhkan Toleransi […]
[…] Baca Juga: Arab Saudi Mengembangkan Kurikulum Baru untuk Menumbuhkan Toleransi […]
[…] Baca Juga: Arab Saudi Mengembangkan Kurikulum Baru untuk Menumbuhkan Toleransi […]
[…] Baca Juga: Arab Saudi Mengembangkan Kurikulum Baru untuk Menumbuhkan Toleransi […]
[…] Baca Juga: Arab Saudi Mengembangkan Kurikulum Baru untuk Menumbuhkan Toleransi […]
[…] Baca Juga: Arab Saudi Mengembangkan Kurikulum Baru untuk Menumbuhkan Toleransi […]
[…] Baca Juga: Arab Saudi Mengembangkan Kurikulum Baru Untuk Menumbuhkan Toleransi […]
[…] Baca Juga :Arab Saudi Mengembangkan Kurikulum Baru untuk Menumbuhkan Toleransi […]
[…] Baca Juga : Arab Saudi Mengembangkan Kurikulum Baru Untuk Menumbuhkan Toleransi […]