Eposdigi.com – Konflik Israel vs Hamas, menghadirkan pembelaan dari berbagai pihak. Ada yang kemudian membela Hamas karena yang dilihat adalah agamanya yaitu Islam.
Ada kelompok lain yang membela Israel karena merasa lebih dekat dengan Israel dengan dasar dari Alkitab seperti sebagian umat Katolik dan komunitas gerejawi lainnya.
Konflik Israel vs Hamas pada gilirannya menuai perpecahan di tengah bangsa yang lain karena pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan agama.
Munculah kelompok bela Hamas dan yang lain kelompok bela Israel. Padahal konflik Hamas vs Israel sudah sangat jelas yaitu bukan soal agama tetapi politik.
Baca Juga: Diplomasi Seperti Apa Yang Paling Pas Untuk Mengatasi Masalah Global?
Masalahnya seperti di Indonesia, hampir semua persoalan politik pendekatannya adalah pendekatan agama, tafsir Kitab Suci yang dijadikan pijakan maka munculah dua kubu yang saling bertentangan. Hamas vs Israel, kita sendiri yang jauh dari Israel maupun Hamas yang akhirnya terpecah belah.
Kita yang hanya mengetahui sebagian kecil persoalan Israel vs Hamas, bahkan hanya mendengar dan membaca setiap berita yang kebenarannya masih bisa dipertanyakan, membuat diri seakan-akan paling tahu tentang konflik Israel vs Hamas.
Baca Juga: Orang Yahudi Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan
Kita membuat diri kita seakan warga negara asli Israel maupun anggota dari kelompok Hamas.
Tak terkecuali oknum tokoh agama termasuk Katolik maupun Protestan ikut angkat bicara yang sangat berat sebelah. Tafsir ayat-ayat Kitab Suci dijadikan pijakan dengan melibatkan Tuhan seakan-akan konflik Israel vs Hamas adalah kehendak Tuhan.
Agama bersama para tokohnya yang sejatinya menjadi jalan menemukan solusi perdamaian seringkali justru menjadi peruncing permasalahan karena masalah atau konflik politik selalu ditafsir menurut ajaran agama masing-masing.
Para tokoh agama yang sejatinya menjadi penyambung suara perdamaian, pada akhirnya jatuh pada penyebaran suara pengrusakan dan perpecahan karena tafsir-tafsir agama yang dijadikan landasan.
Baca Juga: Arab Saudi Mengembangkan Kurikulum Baru untuk Menumbuhkan Toleransi
Agama bersama para tokohnya yang diharapkan menjadi solusi untuk menyelesaikan setiap persoalan termasuk konflik Israel vs Hamas justru menjadi penyebab masalah baru di bangsa kita sendiri dengan munculnya kelompok bela Israel dan kelompok bela Hamas karena pendekatan masyoritas dan minoritas serta tafsir ayat-ayat Kitab Suci secara sepihak yang dijadikan landasan berargumentasi.
Apapun yang kita ketahui tentang konflik Israel vs Hamas, termasuk kepandaian kita dalam memberikan tafsir ayat-ayat suci atas konflik Israel vs Hamas seharusnya menjadi landasan untuk menyerukan perdamaian dan bukan untuk memihak salah satunya dan mengecam atau mempersalahkan yang lain.
Paus Fransiskus Setelah doa Angelus pada Minggu 16 Mei 2021 merefleksikan konflik Israel vs Hamas yang memakan korban nyawa anak-anak dalam satu pertanyaan refleksi yang sangat indah;
Baca Juga: Universitas Islam Internasional Indonesia Jadi Kiblat Riset Islam Moderat
“Saya bertanya pada diri sendiri: kemana arah kebencian dan balas dendam? Apakah kita benar-benar berpikir kita akan membangun perdamaian dengan menghancurkan yang lain?”
Pertanyaan refleksi Paus Fransiskus ini menjadi sebuah refleksi termasuk menggugat kita semua untuk sungguh-sungguh memikirkan perdamaian dan bukan penghasutan di antara kita dengan saling membela Hamas atau Israel.
Kita para tokoh agama, sejatinya memikirkan solusi perdamaian bagi Israel dan Hamas dan bukannya memberikan pernyataan yang memihak salah satu dan mempersalahkan yang lain hanya berdasar pada tafsir ayat-ayat suci agama kita sendiri atau berdasarkan agama.
Ketika para tokoh agama dengan pernyataannya justru melahirkan kelompok bela Israel atau kelompok bela Hamas, maka sejatinya kita sedang menyuarakan kemunafikan perdamaian dengan menghancurkan yang lain.
Baca juga: Radikalisasi di Lembaga Pendidikan Mengancam Indonesia?
Konflik Israel vs Hamas sama-sama menelan korban jiwa di kedua belah pihak. Para korban kedua belah pihak adalah sesama kita semua. Tak perlu melihat apa agama mereka. Tuhan tidak menghendaki peperangan.
Tuhan tidak menghendaki anak-anak menjadi korban peperangan. Tuhan menghendaki perdamaian. Dan kita semua adalah agen perdamaian untuk Israel maupun Hamas.
Manila: 17-Mei 2021 / Foto: wikipedia
Leave a Reply