Untuk Para Perempuan Adonara yang Perkasa

Warga Peduli
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Apapun yang Anda katakan, saya tetaplah pribadi yang berharga. Begitulah salah satu pesan dosen saya, Bapak Sinurat tahun 2017 lalu. Kalimat tersebut seperti menjadi senjata yang sangat ampuh ketika sedang berada pada situasi yang membuat saya jatuh.

Pada kesempatan ini pula, saya ingin meneruskan pesan ini kepada perempuan Adonara. Terutama para perempuan yang menjadi kepala keluarga. Membesarkan anak-anaknya tanpa didampingi suami. Karena berbagai alasan.

Peran kepala keluarga yang diemban banyak perempuan Adonara karena banyak faktor. Karena kematian suami, suami merantau, suami menikah lagi dengan perempuan lain, juga karena suami tidak bertanggung jawab.

Para perempuan ini tentu tidak bisa menjalani kehidupan ‘normal’ selayaknya perempuan yang menikah dan tinggal dengan suami. Dalam kasus tertentu banyak dari mereka mengalami stigma negatif. Tulisan ini mencoba mengambil sudut pandang dari mereka.

Baca Juga: Mahar Gading Gajah lambang “Harga Diri” Perempuan Lamaholot?

Bahwa kita tidak bisa mengendalikan keadaan, tapi kita bisa mengendalikan pikiran yang  kita miliki, yang dalam bahasa Lamaholot bisa saya sederhanakan dengan kalimat “Ake Rekewe”.

“Ake Rekewe” atau dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai “Tidak usah digubris” sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Mark Manson dalam tulisannya “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodoh Amet”.

Mark Manson menegaskan bahwa kita kadang perlu mengambil sikap bodoh amet dengan penilaian orang lain terhadap diri kita. Sebab sesungguhnya siapa kita, hanya kita yang benar-benar tahu. Kitalah tuan yang bisa menentukan siapa diri kita. Orang lain hanyalah sebagai  bumbu pelengkap.

Ake rekewe/bodoh amet bukan berarti kita mengabaikan segala sesuatu yang ada dan bertindak seenak jidat kita tanpa mempertimbangkannya. Akan tetapi ake rekewe lebih berarti kita perlu memprioritaskan apa yang menjadi semestinya dan mengesampingkan segala pandangan yang menjatuhkan diri kita.

Baca Juga: Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan-Anak Tidak Cukup Diselesaikan Secara Adat

Teruntuk perempuan Adonara kepala keluarga, yang dalam keadaan itu mau tidak mau harus menjalani kehidupan seorang diri, bekerja keras untuk menghidupi anak-anaknya. Ketahuilah bahwa  kalian adalah perempuan perkasa.

Bukan sekedar kata-kata tapi lewat tindakan, kalian sudah mematahkan persepsi banyak orang yakni “kehidupan berpasangan, sudah semestinya untuk bisa saling melengkapi.” Lewat tindakan kalian, saya menyadari bahwa kehidupan berpasangan tidak melulu saling melengkapi. Akan tetapi dalam banyak kasus bisa berarti saling menggantikan. Bukan komplementer, tapi substitusional!

Kehidupan di depan sana adalah misteri. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dalam sebuah hubungan. Berbagi peran bukan berarti suami tidak boleh melakukan tugas istri atau sebaliknya. Tidak dalam hal kodrati. Suami tentu tidak bisa mengandung, melahirkan dan menyusui anak.

Saling menggantikan dalam hal ini, seorang laki-laki harus bisa mengurusi segala urusan rumah tangga. Memasak, mencuci, mengurusi bayi, belanja kebutuhan rumah tangga, melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Banyak perempuan melakoni tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga. Bekerja keras, banting tulang untuk menghidupi seisi rumah. Perempuan-perempuan ini tentu memiliki bahu yang kuat, hati yang tegar, dan semangat yang tidak pernah pudar.

Sebagai seorang laki-laki Adonara yang sangat patriarkis, saya dibentuk oleh budaya yang dalam banyak hal menomorduakan peran perempuan. Namun tulisan ini lahir dari “ke-tidak-berjarak-kan” saya dengan seorang perempuan Adonara yang mengambil peran kepala keluarga.

Baca Juga: Orang Muda, Revitalisasi Nilai Adat dan Tantangan Era 4.0

Kedekatan inilah yang membuat saya mengambil sudut pandang tulisan ini. Saya mengenal perjuangannya. Saya mengenal pergulatan hidupnya.

Peristiwa meninggalkan dan ditinggalkan baik karena sebab alamiah- kematian, atau pun karena sebab lain bisa saja dialami oleh siapapun. Dan hubungan yang substitusional inilah segala hal bisa lebih mudah dilakukan ketika ia ditinggalkan.

Perempuan Adonara yang menjadi kepala keluarga adalah perempuan yang perkasa. Dari setiap tetesan keringat, lahir para generasi muda harapan Lewotanah. Lewat tulisan ini, saya ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa kalian ada, sebagai sosok yang mandiri, kuat dan tegar.

Apapun padangan orang lain terhadap diri kalian, tetaplah tanamkan bahwa “Apapun yang mereka katakan, kalian tetaplah pribadi yang berharga”.

Sebarkan Artikel Ini:

1
Leave a Reply

avatar
1 Discussion threads
0 Thread replies
0 Pengikut
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
0 Comment authors
Recent comment authors
  Subscribe  
newest oldest most voted
Notify of
trackback

[…] Baca Juga: Untuk Para Perempuan Adonara yang Perkasa […]