Eposdigi.com – Nusantara dikenal mancanegara karena berbagai rempah-rempah miliknya. Para penjajah dalam kisah-kisah sejarah yang kita pelajari, termotivasi datang oleh karena kekayaan alam, hasil rempah Nusantara itu.
Tidak hanya penjajah, jauh sebelum itu para pedagang dari berbagai belahan dunia, India, China, Timur Tengah menjelajah negeri-negeri Nusantara dulu utuk mencari berbagai rempah-rempah yang kita miliki.
Berbagai hidangan yang memanjakan lidah, akan lain terasa kenikmatannya tanpa bumbu bumbu pelezat makanan yang disertakan dalam aneka hidangan itu.
Tercatat Nusantara dulu pernah mengekspor berbagai rempah-rempah ke berbagai belahan dunia. Tahun 1390, seperti diwartakan kompas.com (09.02.2020) bahwa cengkeh Nusantara sudah sampai ke Eropa hingga 6 metrik ton, disusul pala yang mencapai 1,5 metrik ton.
Baca Juga:
Cengkeh, lada, pala, kayu manis, cendana, vanilla, jahe hingga kunyit menjadi produk unggulan yang menarik minat para pedagang dari berbagai belahan dunia. Hingga kini ekspor rempah asal Indonesia masih menempati posisi lima besar dalam perniagaan global.
Tahun 2023 lalu, ekspor rempah-rempah Indonesia mencapai 469 juta dolar AS. Indonesia menjadi negara ke-5 terbesar secara global dalam perniagaan rempah (antaranews.com,04/09/2024).
Nilai ekspor yang sedemikian ini, ditopang oleh berbagai produk unggulan seperti lada, kunyit, jahe hingga produk kelapa. Bukan hanya nilai rasa aroma nya, sebagian besar bumbu masakan ini juga dicari karena khasiat kesehatannya bagi tubuh.
Tidak hanya rempah-rempah yang disebutkan di atas, saat ini ada lagi bumbu dapur yang menghasilkan nilai ekspor yang tinggi. Terutama karena rasanyanya yang khas, yang banyak ditemukan pada hidangan-hidangan yang terkenal lezat hingga ke berbagai belahan dunia.
Baca Juga:
Kelor Antar Desa di Madura Jadi Desa Devisa, Desa di Flotim, Kapan?
Rendang yang pernah menjadi nomor satu makanan terenak di dunia mungkin akan memiliki cita rasa yang berbeda, tanpa remah yang satu ini.
Walaupun nilai ekspornya menurun, namun Indonesia masih menjadi yang terbanyak mengekspor bumbu masak ini ke berbagai negara di Dunia. BPS mencatat bahwa bumbu dapur ini pernah memecahkan rekor tertinggi nilai ekspor sebesar 4,78 juta dolar Amerika pada tahun 2019.
Pada tahun 2023 sebesar US$4,10 juta dan walaupun menurun menjadi US$ 3,26 juta atau sekitar Rp53 Miliar dengan asumsi kurs Rp16.270 per dolar Amerika, namun itu tidak menjadikan Indonesia turun peringkat sebagai pengekspor nomor 1 dunia.
Menarik nya bahwa pasar global terbesar yang sebagai penampung bumbu dapur ini adalah negeri jiran Malaysia dengan nilai ekspor sebesar 913,32 ribu dolar Amerika. Disusul Jepang sebesar 680,75 ribu dolar Amerika.
Selain Malaysia dan Jepang, negara lain seperti Belanda, India hingga Iran rupanya menjadikan rempah asal Indonesia yang satu ini sebagai komoditi impor mereka.
Baca Juga:
Malaysia membutuhkan bumbu dapur ini karena berkembanggnya berbagai usaha kuliner di negeri tetangga ini. Kedekatan geografis sehingga biaya pengiriman yang murah menjadi variabel yang menguntungkan bagi Malaysia untuk mengimpor bumbu dapur ini dari Indonesia.
Pasar Jepang lebih unik. Permintaan bumbu dapur yang satu ini oleh Jepang karena dorongan akan industri makanan sehat, farmasi, produk herbal dan minyak esensial. Standar jepang yang tinggi akan kualitas produk, rupanya bias dipenuhi oleh petani penghasil bumbu dapur ini.
Walaupun nilai ekspornya turun namun itu lebih disebabkan karena berbagai hambatan distribusi pasca pandemi, juga karena faktor cuaca dan musim panen komoditi satu ini, bukan karena permintaan global yang menurun. Bukan berarti bahwa komoditi yang satu ini kehilangan permintaannya di pasar dunia.
Di masa depan, bukan hanya rempah-rempah utuh yang membanjiri pasar dunia dari Indonesia. Hilirisasi produk harus menjadi prioritas untuk mendorong nilai tambah. Hilirisasi ini juga sekaligus untuk mendorong berbagai sektor ekonomi produktif di dalam negeri.
Baca Juga:
Emas Hijau Milik Indonesia ini Lebih Berpotensi Cuan Dibandingkan Nikel
Berbagai produk turunan rempah-rempah harus naik peringkat dalam percaturan pasar global. Saat ini walaupun kita menduduki peringkat 5 dunia sebagai pemasok rempah-rempah namun produk olahan rempah-rempah kita hanya puas di peringkat 18 dunia (antaranews.com,04/09/2024).
Berbagai upaya harus serius dilakukan. Meningkatkan sebaran dan skala produksi berbagai rempah-rempah ini dengan tetap mempertahankan kualitasnya. Kemudian hilirisasi untuk memberi nilai tambah ekonomis bagi berbagai rempah menjadi PR serius yang juga harus diperhatikan oleh semua pihak.
Kita memang sedang fokus pada ketahanan pangan menuju kedaulatan pangan di dalam negeri. Namun juga harus tetap mengupayakan berbagai rempah-rempah asal Indonesia mengharumkan cita rasa berbagai makanan di dunia.
Baca Juga:
Termasuk menjadikan harum daun jeruk, komoditi ekspor yang juga memiliki nilai pasar tinggi dalam perdagangan global menjadi andalan ekspor rempah-rempah kita dan meningkatkan nilai eksporya ke Malaysia dan juga Jepang.
Foto dari fisipol.uma.ac.id
Leave a Reply