Mengakhiri “Pokoknya” dalam Belajar Matematika

Nasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com —“Ingat ya, Siti… Pokoknya semua bilangan dikalikan nol hasilnya nol “

“Eh, Suprii… Kalau mau jumlahin pecahan itu pokoknya harus disamakan penyebutnya”

“nggak usah banyak nanya, Aliando… Pokoknya kalau mau jago matematika itu latihan, latihan, latihan”

“Pokoknya pakai rumus cepet ini aja, ya, Eko… yang penting hasilnya benar!”

Pernah dengar kalimat-kalimat ini? Atau malah pernah mengucapkannya di kelas? Kira-kira berapa kali selama kita mengajar kita mengatakan “pokoknya”? Kalau sering, mari kita tos dulu. 

Baca juga : 

Matematika Menyenangkan Bukan Solusi

Karena mungkin tanpa sadar, kita sudah berhasil dan berkontribusi dalam menciptakan generasi yang jago menghafal tapi bingung kalau disuruh menjelaskan kenapa begitu?

Yuk, kita jujur sebentar. Pernah gak sih kita nanya ke murid:

“2×3 itu artinya apa?”

Dan mereka menjawab: “Ya, 6, Bu/Pak!”

Bukan “Dua kelompok berisi tiga” atau “Tiga kelompok berisi dua.” Mereka hanya tahu jawabannya harus 6, tapi gak paham kenapa bisa sampai ke sana.

Dalam satu sesi kuliah di S2 saya pernah dimarahi profesor saya. Kalau kamu nggak paham konsep gimana kamu sebagai guru bisa ngajarin konsep matematika ke anakmu? 

Baca juga : 

Kompetisi Matematika Itu Buruk

Konsep dalam matematika itu nggak bisa sekedar diberitahukan. Konsep matematika bukan sekedar informasi.

Sejak saat itu saya sadar kalau matematika bukan ilmu hafalan. Bukan cuma pemberian informasi dari guru ke murid. Kalau cuma menghafal rumus, murid-murid kita ibarat robot kalkulator—pintar hitung-hitungan tapi kosong di pemahaman. 

Dan yang paling parah, begitu rumus lupa, hancur sudah! Generasi orang dewasa sekarang yang membenci matematika adalah generasi yang dicetak dengan cara pengajaran yang salah.

Sekarang bayangkan kalau kita bisa mengajarkan matematika dengan cara yang bikin siswa paham beneran. Bukan sekadar “asal dapet nilai,” tapi ngerti konsepnya. Dan yang paling penting membangun konsep itu sendiri. 

Baca juga :

UN Menyesatkan Tujuan Belajar Matematika

Nggak sekedar tahu 2×3 sama dengan 6 tapi tahu konsep perkaliannya. Mereka gak cuma bisa ngerjain soal yang persis seperti di buku, tapi juga bisa pakai matematika buat nyelesain masalah di dunia nyata.

Nah, inilah yang harusnya kita pelajari bersama-sama. Bagaimana caranya sebagai guru matematika kita membuat murid membangun pemahaman konseptualnya sendiri. 

Kalau mau di bulan ramadhan yang berkah ini kita diskuisin bareng tentang gimana caranya Membangun Pemahaman Konsep Matematika dengan Deep Learning.

Gak ada hapalan rumus tanpa makna. Gak ada drilling soal sampai kertas ulangan penuh coretan tak berarah. Yang ada adalah pendekatan deep learning with deep understanding, biar murid-murid kita bisa paham matematika dengan lebih dalam dan lebih lama.

Baca juga : 

Baru. Anak Sekolah dengan Prestasi Rendah dalam Bidang Studi Matematika Dapat Berobat di Rumah Sakit Ini

Kalau kita mau siswa kita beneran ngerti, kita sendiri harus paham dulu caranya, kan? Yuk, belajar bareng di kelas ini. Jangan sampai kita terus-menerus jadi bagian dari generasi “Pokoknya… “

Mau ikutan kelas online-nya? Limited only buat 20 peserta ya. Detailnya ada di https://s.id/kelasgurumtk

Atau kalau menurutmu ini penting, bagikan ke guru-guru lain. Karena matematika yang dipahami adalah matematika yang bermakna! 

Artikel ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tauangkan kembali dengan izin dari redaksi. / Foto:sekolahmuridmerdeka.id

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of